• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Internasional

Umat Kristen Jepang dipaksa menginjak simbol wajah Yesus sebagai bukti murtad pada abad ke-17

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
1 December 2019
in Gereja, Internasional, Sejarah, Umum
0
Umat Kristen Jepang dipaksa menginjak simbol wajah Yesus sebagai bukti murtad pada abad ke-17
79
SHARES
414
VIEWS

Paus Fransiskus tiba di Jepang pada hari Sabtu (23/11) dan mengunjungi Nagasaki pada hari Minggu (24/11) untuk memberikan penghormatan kepada para korban bom atom Perang Dunia Kedua.

Tetapi Paus juga memberikan penghormatan kepada kelompok penduduk yang ratusan tahun lalu disiksa dan dipaksa menyembunyikan diri karena keyakinan mereka.

Pada abad ke-17, penduduk Nagasaki beragama Kristen dipaksa melakukan fumie atau menginjak lempengan tembaga yang merupakan simbol Yesus Kristus yang disalib.

Mereka melakukan hal ini dengan disaksikan pejabat pemerintah setempat dari ibu kota.

Ini adalah pernyataan di depan umum bahwa mereka telah murtad alias meninggalkan agama Kristen.

Jika umat Kristen tidak melakukan fumie, mereka akan dapat dihukum mati, disalib, atau disiksa dengan cara dimasukkan ke dalam air panas mendidih atau digantung terbalik di atas kubangan kotoran.

Roma-nya Jepang

Agama Kristen pertama kali memasuki Nagasaki sekitar 1560, ketika misionaris Jesuit dari Portugal mulai tiba.

Mereka berusaha menjadikan penguasa feodal menganut agama Kristen. Para penguasa ini sebagian menjadi Kristen agar dapat berdagang dengan Portugal.

Banyak petani juga menganut Kristen dan pada permulaan abad ke-17, kota tersebut telah menjadi “Roma-nya Jepang”.

Jumlah umat Nasrani di Nagasaki pernah mencapai 500.000 orang.

Orang Portugis tiba di Nagasaki pada abad ke-17.Orang Portugis tiba di Nagasaki pada abad ke-17. (Hak atas foto: Getty Images)

Tetapi kemudian, penguasa politik Jepang memandang pesatnya pertumbuhan Kristen sebagai sebuah ancaman. Mereka memutuskan untuk menumpasnya.

Pada paruh kedua abad ke-16, sebanyak 26 misionaris dihukum mati di Nagasaki.

Tahun 1614, larangan keras terhadap agama Kristen diterapkan di seluruh wilayah Jepang. Misionaris asing segera diusir. Jika menolak pergi, mereka ditangkap, dibunuh atau dipaksa meninggalkan agama Kristen.

Disiksa berkali-kali

Sekitar 1620-an, pemerintah menemukan cara untuk memusnahkan Kristen dari Jepang, yaitu dengan menggunakan fumie.

Setiap penduduk Nagasaki diperintahkan menginjak fumie, wajah Yesus Kristus atau Bunda Maria terbuat dari tembaga pada papan kayu. Praktik ini kemudian menjadi kegiatan yang dilakukan setiap permulaan tahun.

Fumie dengan wajah Yesus yang sudah menghilang.
Fumie dengan wajah Yesus yang sudah menghilang.
(Hak atas foto:
Getty Images)

Banyak orang pada akhirnya menyerah dan menginjak fumie.

“Jika Anda memeriksa fumie asli dengan seksama, satu detil yang terlihat adalah wajah Yesus sudah tidak ada lagi, ini mengingatkan akan banyaknya kaki yang telah menginjaknya,” kata Profesor Simon Hull, ahli Katolik Jepang di Nagasaki Junshin Catholic University.

“Mereka kadang-kadang menyiksa dengan menggantungnya di atas kolam berisi kotoran,” kata Professor Kiri Paramore, ahli kajian Asia di National University of Ireland.

Umat Kristen digantung di atas kubangan berisi kotoran.Umat Kristen digantung di atas kubangan berisi kotoran. (Hak atas foto: Getty Images)

Tujuan utama penyiksaan ini bukan untuk membunuh, tetapi guna mematahkan iman mereka.

“Kadang-kadang bahkan seorang dokter hadir sehingga warga Nasrani yang sepertinya akan meniggal, dapat dirawat agar sehat kembali sebelum disiksa kembali.” kata Hull.

Sekitar 2.000 orang pada akhirnya meninggal karena menolak meninggalkan agamanya.

Misionaris Jesuit dipenggal di Nagasaki pada tahun 1622.
Misionaris Jesuit dipenggal di Nagasaki pada tahun 1622.
(Hak atas foto:
Getty Images)

 

Yang lainnya berpura-pura meninggalkan agamanya, tetapi tetap beribadah dengan diam-diam.

Mereka kemudian dikenal sebagai Kakure Kirishitan, atau orang Kristen tersembunyi.

Patung dewi Buddha, Kanon, yang dipakai sebagai simbol Bunda Maria.Patung dewi Buddha, Kannon, yang dipakai sebagai simbol Bunda Maria. (Hak atas foto: Getty Images)

Mereka memasukkan elemen Jepang ke ritual Kristen.

“Misalnya jika Anda berpikir tentang komuni, roti dan anggur, mereka akan menggunakan nasi, bukannya roti,” kata Mark Mullins, profesor kajian Jepang di University of Auckland.

Dewi Jepang seperti Kannon sering kali dipakai untuk menggantikan Bunda Maria.

Keluar dari persembunyian

Pada akhir abad ke-19, Jepang memutuskan untuk membuka perbatasan kembali. Tahun 1858 fumie dihapuskan di Nagasaki, Kemudian, pada 1873, larangan terhadap agama Kristen dicabut di Jepang, setelah diterapkan selama lebih dari dua abad.

“Ketika Jepang membuka kembali perbatasannya, sekitar 20.000 umat Kristen muncul kembali,” kata Mullins. “Dengan kata lain, kebijakan (fumie) dipandang efektif karena telah menjadikan jumlah penganut Nasrani dari 500.000 menjadi 20.000 orang.”

Pada kunjungan di Nagasaki, Paus mengunjungi tugu peringatan untuk 26 martir yang meninggal saat persekusi mulai diterapkan.

Saat ini hanya sekitar 1% dari 126 juta penduduk Jepang beragama Kristen. Masyarakat Nasrani di Nagasaki tetapi merupakan komunitas Kristen terbesar di negara itu.

“Salah satu paradoks sejarah Kristiani di Jepang adalah jika semua umat Katolik Jepang menolak menginjak simbol wajah Yesus dan memutuskan untuk meninggal sebagai martir, maka Kristriani di Jepang akan mati,” kata Hull.

“Hanya karena sebagian pemeluk mengambil keputusan untuk menginjak fumie, meskipun agama mereka menyatakan tindakan tersebut sebagai dosa besar, Kristiani di Jepang dapat bertahan.”

Laporan tambahan dari wartawan BBC, Hideharu Tamura.

Join @idDiakonia on Telegram
Previous Post

EN 31 Today, O Lord, a Holier Work

Next Post

Perang & Agama

Next Post
Perang & Agama

Perang & Agama

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id