Diakonia.id – Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang secara akurat memberitakan perkataan kebenaran itu
(2 Timotius 2:15)
Apa yg Paulus maksud dengan ‘layak’?
Apakah maksudnya kita disebut layak karena melakukan pekerjaan yang baik?
Saya menyeberangkan seorang nenek hari ini, lalu saya jadi layak?
Saya menyumbang.
Saya jadi sukarelawan di panti asuhan.
Saya melayani orang-orang yang kecanduan narkoba.
Saya menolong anak-anak jalanan.
Saya memberi makan tunawisma.
Apa ini yang Paulus maksudkan?
Meskipun semua yang saya sebutkan di atas adalah pekerjaan baik, dan sudah disiapkan Allah bagi kita untuk dikerjakan, bukan begitu yang disebut ‘layak’ di hadapan Allah.
Kita layak BUKAN karena apa yang kita lakukan, tapi oleh apa yang Yesus sudah selesaikan.
Perhatikan apa yang ditulis Paulus di awal,
“Jadi engkau, anakku, jadilah kuat dalam kasih karunia yang ada dalam Kristus Yesus.”
(2 Timotius 2:1)
Jadilah kuat dalam kasih karunia!
Kasih karunia adalah kemurahan Tuhan yang kita dapatkan bukan karena kita layak, tapi karena Ia baik.
Melaluinya kita menerima ‘anugerah kebenaran’ (the gift of righteousness).
The Free Dictionary menerjemahkan ‘kebenaran’ sebagai benar secara moral, tanpa rasa bersalah atau dosa.
Karena anugerah cuma-cuma dari Allah yakni pengorbanan Kristus; kita bisa berdiri di depan Bapa sebagai orang yang benar secara moral, sempurna, tanpa rasa bersalah atau dosa.
Kita menjadi ‘kebenaran Allah’ (the righteousness of God)
Dia (Bapa) menjadikan Dia (Yesus) menjadi dosa, sehingga dalam Dia (Yesus) kita menjadi kebenaran Kristus (2 Korintus 5:21)
Kita adalah kebenaran Kristus.
Apa sebenarnya ‘kebenaran Kristus’ ini?
Situs The Christian Defense menuliskan, bahwa ungkapan ini berarti PERNYATAAN ALLAH BAHWA ORANG BERDOSA ITU KINI DIDAPATI TIDAK PUNYA DOSA.
Menurut Biblehub, ungkapan ini juga berarti ‘kelayakan yudisial’.
Kelayakan karena Allah menganggapnya layak.
Paulus tahu bahwa dirinya layak di hadapan Allah. Pelayakan ilahi, sekalipun ia akui bahwa dirinya adalah ‘yang paling berdosa dari semuanya’.
Jadi Paulus mengatakan pada Timotius untuk membawa diri sebagai orang yang ‘sudah dilayakkan oleh Tuhan dan yang tidak perlu merasa malu’.
Paulus sedang mengajari Timotius bahwa kelayakannya tidak datang dari kelakuan moralnya sendiri.
Timotius tidak perlu malu akan apa yang dia lakukan atau tidak lakukan.
Seperti yang Paulus katakan pada gereja Efesus,
“Bukan oleh usahamu, jadi jangan ada yang menyombong atau bermegah” (Efesus 2:8).
Saat Paulus menyebut Timotius sebagai ‘pekerja’, pekerjaan yang dia maksud adalah ‘secara akurat, tepat dan benar memberitakan perkataan kebenaran’.
Artinya memahami injil secara benar dan meneruskan pemahaman itu.
Dan apa itu Injil?
Dia merangkumnya di Roma 5:1,
Sebab itu, karena kita sudah dibenarkan (=dilayakkan) oleh iman, kita sekarang berdamai dengan Allah.
Kita juga, sudah dilayakkan oleh Allah.
Karena itu, jadilah kuat dalam kasih karunia!
[Steve Edwards : Be Strong in the Grace; March 22, 2015]
*) Diterjemahkan oleh Mona Yayaschka/dailygracia