Diakonia.id -Saya tahu judul artikel ini kontroversial.
Tapi ini benar.
Allah tidak mengendalikan segala sesuatu.
Dan saya memiliki bukti tak terbantahkan tentang itu.
Bukti apa?
Sebelum kita sampai ke bagian itu, mari kita bahas dulu mengenai kehendak Allah.
Jika benar Allah mengendalikan segala sesuatu, maka seluruh kehendakNya pasti terlaksana.
Tampaknya ini cukup jelas, masalahnya cukup banyak orang yang berpendapat bahwa kehendak Allah pasti selalu terlaksana.
Mereka berkata, “Jelas kan bukan kehendak Allah menyembuhkan semua orang karena tidak semua orang disembuhkan.”
Atau yang lebih aneh lagi, “Jelas bahwa Allah menciptakan sebagian orang ditetapkan untuk masuk neraka dan sebagian orang masuk surga karena tidak semua orang diselamatkan.”
Pandangan ‘jika tidak terjadi berarti bukan kehendak Tuhan’, atau ‘jika terjadi berarti itu kehendak Tuhan’ tampaknya cukup menakutkan.
Kenapa?
Karena itu menciptakan ‘kehendak Tuhan’ yang didasarkan pada pengalaman kita, bukan pada Alkitab dan Firman Yesus!
Kehendak Tuhan sering dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab, tapi tidak selalu terjadi demikian dalam hidup kita.
CONTOH
Kita lihat di 2 Petrus 3:9 “..Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan semua orang berbalik dan bertobat.”
Dihadapkan pada ayat ini kita punya 2 pilihan :
Keinginan Allah tidak selalu tercapai
atau
Kita harus percaya pada universalisme.
Hal ini mungkin masih bisa diperdebatkan.
Mari kita bahas sesuatu yang lebih tak terbantahkan.
APAKAH ALLAH INGIN MANUSIA BERBUAT DOSA?
Apakah pernah diceritakan di Alkitab bahwa Allah menginginkan orang melakukan dosa?
Tentu tidak. Allah ingin kita kudus.
Bahkan salah satu tema utama Alkitab adalah Allah ingin manusia hidup bebas dari dosa dan segala ikatannya.
Karena itulah Yesus datang, untuk menghapus dosa dunia.
Tapi apa kenyataannya?
Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah.
Tak hanya itu, walaupun kita saat ini dalam Kristus telah dilepaskan dari dosa, kita MASIH berbuat banyak dosa.
Jadi, apakah kehendak Allah kita terus berbuat dosa?
Atau.. apakah mungkin sebenarnya Allah ‘tidak memegang kendali’?
SEKARANG PERHATIKAN BAIK-BAIK!
Saya tidak sedang mengatakan sesuatu yang mengecilkan supremasi Allah atau menafikan posisiNya sebagai Kekuasaan Tertinggi di alam semesta ini (atau semesta-semesta lain).
Yang saya ingin sampaikan adalah Allah tidak perlu dalam posisi mengendalikan.
Allah berkuasa, ya benar, tapi itu tidak berarti Dia mengendalikan atau mengontrol.
Pertama, bagi pengguna New International Version (NIV), ada yang perlu anda tahu.
Setiap kali Anda menemukan kata-kata ‘Sovereign God’ (disebutkan 288 kali), itu seharusnya dibaca ‘Tuhan Allah’.
Dalam bahasa Ibrani, tidak disebutkan kata ‘sovereign’ dan menggunakannya adalah keputusan penerjemah.
Kedua, dalam bahasa Ibrani, kata ‘sovereign’ tidak berarti ‘in control’ = pemegang kendali/kontrol, tapi berarti ‘in charge’ = yang bertanggung jawab.
Dalam kamus, ‘sovereign’ berarti memiliki kekuasaan yang sangat besar atau terbesar/mutlak (to possess supreme or ultimate power). Tapi tidak berarti kekuasaan itu digunakan untuk mengatur setiap situasi di dunia ini.
Ratu Inggris berdaulat, dia memiliki kekuasaan besar, tapi dia tidak perlu mengatur apa yang harus saya makan saat makan siang.
Atau, seorang CEO sebuah perusahaan. Ia bertanggung jawab atas sejumlah besar karyawan, tapi ia tidak dalam kuasa mengatur tingkah laku mereka.
Sebenarnya, inilah yang membedakan antara pimpinan yang baik dengan yang tidak.
Jika CEO itu mengetahui perbedaan ini, ia akan mampu memberdayakan karyawannya. Tapi jika tidak, ia akan berusaha mengendalikan karyawan lewat mengatur setiap tindakan karyawannya.
Seperti seorang CEO, Allah adalah pihak yang ‘in charge’.
Kekuasaan/kedaulatan-Nya adalah atas segalanya, tidak ada yang mengatur-Nya dan Ia membawahi segalanya.
Sejak semula Ia memilih kita, ‘karyawan’-Nya, orang-orang yang menerima delegasi tanggungjawab dan berkuasa atas bumi.
Mazmur 115:16
Langit itu langit kepunyaan Tuhan , dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.
Tapi kuasa ini telah diberikan kepada Iblis dalam kejadian Taman Eden. Inilah mengapa iblis bisa menawarkan seluruh dunia kepada Yesus saat ia mencobai Yesus di gurun. Seluruh dunia tak lagi dibawah kuasa manusia, tapi dibawah kuasanya (lihat Matius 4:8-9).
Ide tentang ‘allah’ yg memiliki kontrol absolut adalah cara berpikir ala Yunani-Romawi. Mereka memandang allah/dewa yang tidak memiliki kuasa absolut sebagai dewa yang lemah.
Alkitab menggambarkan hal yang berbeda : Allah yang begitu merasa aman dengan posisi dan kuasaNya sehingga berani memberikan kuasa (mendelegasikan kuasa-Nya) kepada kita, kendati Dia tahu dengan pasti kita akan gagal.
Allah melakukannya karena Ia sangat ahli mendatangkan kebaikan dalam segala yang terjadi dan memastikan rencana-Nya terlaksana.
Bagi saya ini menunjukkan Allah yang secara tak terbatas lebih berkuasa, bukan kurang berkuasa.
Anda pikir mengapa Yesus mengajarkan kita berdoa, “Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga?”
Karena kehendak-Nya sudah terjadi di surga tetapi tidak selalu terjadi di bumi.
INSYA ALLAH
Allah memang berkuasa dan turut bekerja mendatangkan kebaikan dalam hidup Anda, tapi jangan terjebak mempercayai Ia mengatur segala hal sampai dengan hal-hal kecil dalam hidup Anda.
Jangan memutuskan apa kehendak Allah, berdasarkan apa yang terjadi pada Anda.
Beberapa kali saya menghabiskan waktu di Timur Tengah. Hal yang mengejutkan saya adalah cara orang sana berkendara. Mereka berkendara seperti orang gila. Banyak yang bahkan tidak mengenakan sabuk pengaman, juga tidak menyuruh anak-anaknya memakainya.
Jika ditanya mengapa, jawab mereka adalah “Insya Allah” yang artinya jika Allah berkehendak.
Mereka pikir jika memang sudah diputuskan Allah mati ya mereka mati. Jika tidak, Allah pasti melindungi mereka.
Itu memang contoh ekstrim, tapi demikianlah banyak orang berpikir tentang hidupnya. Bahwa Allah mengatur setiap tetek bengek dalam hidupnya.
Saya yakin Allah ingin angka kecelakaan di Timur Tengah jauh lebih rendah. Tapi itulah yang terjadi saat orang-orang berkendara menerobos lampu merah dengan kecepatan 96km/jam tanpa mengenakan sabuk keselamatan.
Tentu saja Allah bekerja dalam hidup kita untuk melaksanakan kehendak dan rencanaNya, tapi inilah yang saya percaya..
Sering sekali kita berada dalam suatu situasi karena kita ‘berkendara’ dengan ceroboh dan seenaknya dengan berkata “Insya Allah”, ketimbang mengenakan sabuk dan berhenti di lampu merah.
Ijinkan Allah berkuasa dalam hidup anda, tapi jangan berharap Ia akan mengurusi urusan tetek bengek kehidupan anda.
Karena walaupun Allah mampu mengendalikan segala sesuatu, Ia tak berniat melakukannya.
Ia menginginkan ‘rekan’, bukan boneka!
[Phil Drysdale : Irrefutable Proof that God Is Not In Control of Everything; 12 January 2015]
*) Diterjemahkan oleh Mona Yayaschka/dailygracia
luar biasa
amazing