• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Apologetika

Apakah kebebasan beragama sebuah konsep yang alkitabiah?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
2 January 2021
in Apologetika, Belajar Alkitab, Umum
0
Kanon Alkitab
68
SHARES
360
VIEWS


Diakonia.id – Di bawah Hukum Musa, Israel merupakan negara teokratis. Kesuksesan dan kegagalan mereka tergantung pada ketaatan mereka terhadap Allah. “Kebebasan beragama” bukanlah bagian dari sistem Perjanjian Lama, karena secara langsung Allah Sendiri yang memerintah atas Israel. Tentunya, teokrasi Israel tidak dimaksud menjadi pola bagi pemerintahan bangsa lainnya. Bangsa-bangsa yang telah mengadopsi sistem teokrasi, seperti kasusnya Spanyol kuno, hanya menghasilkan kekejian yang bersimbah darah. Kekerasan yang dihasilkan oleh Inkuisisi bukanlah buah teokrasi yang benar; kekerasan itu disebabkan oleh manusia yang berdosa dan haus kekuasaan.

Di dalam Perjanjian Baru, kita mendapat gambaran yang cukup jelas akan peran pemerintahan yang ditetapkan oleh Allah. Roma 13:3-4 mengurarikan tanggung-jawab pemerintah, yang sederhananya terdiri dari, penghukuman perbuatan jahat, pengimbalan perbuatan baik, dan menerapkan keadilan. Jadi, Allah telah memberi tugas khusus pada pemerintah, namun memaksakan sebuah sistem ibadah bukanlah salah satunya.

Tidak ada konflik di antara prinsip Alkitab dan prinsip sipil kebebasan beragama. Faktanya ialah bahwa hanya pemerintah yang berlatar-belakang nilai-nilai Yudeo-Kristen memperbolehkan kebebasan seperti itu. Pemerintah-pemerintah berlatar-belakang Islam, Hindu, dan Buddha tidak memberi kebebasan beragama; sehingga negara seperti Pakistan, India, dan Tibet secara keseluruhan bersifat tidak toleran terhadap agama lainnya. Pemerintah yang ateis seperti Uni Soviet juga menentang kebebasan beragama.

Konsep kebebasan beragama adalah konsep yang alkitabiah dengan beberapa alasan. Pertama, Allah Sendiri menyediakan “kebebasan beragama” bagi semua orang, dan Alkitab mencatat berbagai contoh. Di dalam Matius 19:16-23, pemuda yang kaya mendatangi Yesus. Setelah diskusi pendek, pemuda itu “pergi…dengan sedih,” karena memutuskan untuk tidak mengikuti Kristus. Poin yang penting dalam kisah ini ialah bahwa Yesus membiarkannya pergi. Allah tidak “memaksa” orang untuk percaya pada-Nya. Iman memang diperintahkan, tetapi tidak pernah dipaksakan. Di dalam Matius 23:37, Yesus mengutarakan keinginan-Nya untuk menarik semua orang Yerusalem pada Diri-Nya, namun mereka “tidak mau.” Jika Allah memberi manusia kebebasan untuk memilih atau menolaknya, maka kita juga perlu menyediakan pilihan itu.

Kedua, kebebasan beragama menghormati rupa Allah di dalam manusia (Kejadian 1:26). Satu bagian dalam menyerupai Allah adalah kemampuan manusia untuk memilih. Allah menghormati hak pilih kita dengan memberi kita kebebasan membuat berbagai keputusan mengenai masa depan kita (Kejadian 13:8-12; Yosua 24:15), walaupun kita kadang mengambil keputusan yang salah. Sekali lagi, jika Allah memperbolehkan kita memilih, maka kitapun perlu memperbolehkan orang lain memilih.

Ketiga, kebebasan beragama mengakui peranan Roh Kudus mengubah hati manusia, bukan pemerintah (Yohanes 6:63). Hanya Yesus yang dapat menyelamatkan. Membatasi kebebasan beragama adalah sama dengan menyatakan bahwa pemerintahan manusia, dengan pemimpinnya yang dapat bersalah, berkuasa mencetuskan kebenaran sebuah agama. Akan tetapi, kerajaan Kristus bukanlah di dunia ini (Yohanes 18:36), dan tidak ada yang menjadi Kristen oleh karena upaya pemerintah. Kita menjadi umat Kristen karena kasih karunia Allah saja melalui iman di dalam Kristus (Efesus 2:8-9). Apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah tidak berhubungan dengan kelahiran baru (Yohanes 1:12-13; 3:5-8).

Ke-empat, kebebasan beragama menyimpulkan bahwa yang penting bukanlah agama yang formal, melainkan sebuah hubungan. Allah tidak menghendaki bentuk upacara ibadah yang lahiriah, melainkan hubungan pribadi dengan anak-anakNya (Matius 15:7-8). Tindakan pemerintah apapun tidak dapat menghasilkan hubungan seperti itu. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: AgamaAlkitabPancasila
Previous Post

Mengapa saya harus percaya akan Allah?

Next Post

Apakah benar bahwa ada maksud di balik setiap kejadian?

Next Post
Kanon Alkitab

Apakah benar bahwa ada maksud di balik setiap kejadian?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id