Diakonia.id – Ketika seorang mengatakan bahwa kebenaran itu relatif, apa yang biasanya ia maksud ialah bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak. Ada hal yang sepertinya benar bagi Anda tetapi tidak benar bagi saya. Jika Anda mempercayainya, maka hal itu benar bagi Anda. Jika saya tidak mempercayainya, maka hal itu tidak benar bagi saya. Ketika orang melayangkan pernyataan, “Anda boleh percaya Allah itu ada, namun bagi saya Ia tidak ada,” maka mereka sedang menyatakan sentimen yang sedang populer bahwa kebenaran bersifat relatif.
Konsep “kebenaran relatif” terasa toleran dan serba terbuka. Namun, jika kita teliti secara mendalam, sebenarnya pemikiran itu tidak terbuka bagi ide lain. Dalam hakekatnya, menyatakan “Allah ada bagi Anda tetapi tidak bagi saya” adalah cara lain menyatakan bahwa konsep orang lain tentang Allah itu salah. Ada penghakiman yang terjadi. Namun sebenarnya tidak ada yang percaya bahwa semua kebenaran bersifat relatif. Tidak ada orang waras yang berkata, “Hukum gravitasi berlaku bagi Anda, tetapi tidak bagi saya,” dan lompat dari bangunan tinggi dengan yakin bahwa ia tidak akan terluka.
Pernyataan bahwa “kebenaran itu relatif” sebetulnya merupakan kalimat yang menentang diri. Dalam menyatakan, “Kebenaran itu relatif,” seseorang menyatakan sebuah kebenaran. Dan, jika semua kebenaran bersifat relatif, maka pernyataan itupun bersifat relatif – yang berarti kita tidak dapat meyakininya sebagai kebenaran yang selalu benar setiap waktu.
Tentunya ada beberapa pernyataan yang memang bersifat relatif. Sebagai contoh, “Toyota Innova adalah mobil yang paling keren” adalah pernyataan yang relatif. Seorang penggemar mobil mungkin beropini demikian, namun tidak ada standar yang dapat menjadi tolak ukur bagi faktor “keren.” Ialah hanya sebatas kepercayaan atau opini seseorang. Akan tetapi, pernyataan seperti “ada Toyota Innova perak yang diparkirkan di halaman rumah saya, dan mobil itu milik saya” tidak bersifat relatif. Yang ada hanyalah pilihan benar atau salah, berdasarkan realita obyektif. Jika Innova di halaman berwarna merah (bukan perak), maka pernyataan itu salah. Jika Innova perak di halaman itu milik orang lain, maka pernyataan itu salah – realita tidak mendukung pernyataan itu.
Secara garis besar, opini bersifat realtif. Banyak orang yang menggolongkan topik agama dan Allah ke dalam golongan opini. “Anda lebih menyukai Yesus – ya, itu baik jika itu yang Anda suka.” Apa yang dikatakan umat Kristen (dan yang diajarkan Alkitab) ialah bahwa kebenaran tidaklah relatif. Ada sebuah realita rohani yang obyektif, sama dengan adanya realita jasmani yang obyektif. Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6); Yesus menggambarkan ajaran-Nya sebagai batu yang kokoh dan tak tergoyahkan (Matius 7:24). Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan, dan ini adalah kebenaran mutlak bagi setiap orang pada setiap waktu (Yohanes 14:6). Sama-halnya dengan orang yang butuh bernafas untuk hidup, manusia perlu dilahirkan kembali melalui iman di dalam Kristus guna mengalami kehidupan rohani (Yohanes 3:3). (gotquestions)