• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Apologetika

Mengapa umat Kristen begitu menentang kesetaraan pernikahan sesama jenis?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
24 April 2020
in Apologetika, Belajar Alkitab, Umum
0
Mengapa umat Kristen begitu menentang kesetaraan pernikahan sesama jenis?
64
SHARES
336
VIEWS


Diakonia.id – “Kesetaraan perkawinan” adalah slogan yang digunakan bagi pendukung pernikahan sesama jenis di negara-negara tertentu. Istilah “kesetaraan perkawinan” adalah upaya membentuk dialog dan mencitrakan para penentang pernikahan sesama jenis sebagai orang yang tidak logis. Menolak mengakui hubungan sesama jenis sebagai pernikahan adalah satu hal. Yang lebih sulit lagi adalah menentang “kesetaraan” dalam hak perkawinan. Akan tetapi, mengubah kemasannya sebenarnya tidak mengubah isu-isu pokok yang terkandung dalam perdebatan itu. Jika “kesetaraan perkawinan” sama artinya dengan “pernikahan sesama jenis,” maka orang Kristen harus menolaknya.

Mengapa umat Kristen begitu menentang kesetaraan pernikahan sesama jenis? Pertanyaan ini bersifat menyimpangkan. Tidak semua umat Kristen menentang kesetaraan pernikahan, pernikahan sesama jenis, atau apapun julukannya. Banyak umat Kristen yang mendukung pengabsahan hubungan sesama jenis sebagai pernikahan yang sah di mata hukum. Banyak umat Kristen yang beranggapan bahwa moralitas seksual tidak perlu ditegakkan melalui hukum dan bahwa, dalam masyarakat yang luas, seseorang seharusnya dapat menikahi siapapun yang ia kehendaki. Secara alkitabiah, pandangan ini merupakan kesalahan yang tragis.

Alkitab sudah sangat jelas mengajarkan bahwa homoseksualitas adalah dosa yang tidak alami (Imamat 18:22; Roma 1:26-27; 1 Korintus 6:9). Alkitab menggambarkan pernikahan sebagai ciptaan Allah, dan Allah telah mengungkapkannya sebagai perjanjian antara pria dan wanita selama hidup mereka (Kejadian 2:24; 1 Korintus 7:2-16; Efesus 5:23-33). Secara alkitabiah, hubungan sesama jenis bukanlah pernikahan. Tidaklah penting jika pemerintahan mengesahkan definisi pernikahan yang baru. Tidaklah penting jika masyarakat luas mendukung hubungan sesama jenis. Hubungan homoseksual dari dulu, hingga selamanya, merupakan penyimpangan terhadap ciptaan Allah.

Di dalam kebudayaan modern yang semakin sekuler dan tidak Kristen, perdebatan kesetaraan perkawinan akan akhirnya dimenangkan oleh gerakan pembela hak homoseksual. Tanpa adanya pertobatan berskala nasional atau kebangkitan rohani iman Kristen, hubungan sesama jenis akan diakui secara hukum sebagai pernikahan yang sah, dengan semua hak istimewanya. Akan tetapi, apapun juga yang dilakukan masyarakat, umat Kristen harus selalu menyelaraskan diri, dan tunduk kepada, Firman-Nya. Dan Firman-Nya telah membatasi pernikahan kepada satu pria dan satu wanita. Sebagai umat Kristen, kita menerima faktanya bahwa kita hidup di negara yang sekuler dan di tengah masyarakat yang fasik, namun kita lebih senang berpegangan pada Firman Allah yang tidak berubah daripada adat istiadat setempat yang selalu berubah. “…Sebab jelaslah Allah selalu benar, walaupun setiap orang berbohong…” (Roma 3:4).

Umat Kristen tidak perlu menentang persatuan sipil hubungan sesama jenis dan keuntungan yang diberikan oleh pemerintah atasnya. Potongan pajak, hak warisan, dsb., tidak diulas di dalam Alkitab. Namun ketika membahas definisi pernikahan, umat Kristen perlu bersikukuh. Allah yang menciptakan pernikahan. Tidak ada satupun manusia yang berhak atau berotoritas merubah definisinya. Tanpa menghiraukan peraturan pemerintah dan masyarakat setempat, persatuan sesama jenis tidak akan pernah memperoleh kesetaraan dengan pernikahan heteroseksual. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: HomoseksualLGBTQ
Previous Post

Jika Allah mengetahui bahwa Adam dan Hawa akan berdosa, mengapa Ia tetap menciptakan mereka?

Next Post

Apa yang diajarkan Alkitab mengenai penyakit pandemi / wabah?

Next Post
Apakah manusia benar-benar memiliki kehendak bebas?

Apa yang diajarkan Alkitab mengenai penyakit pandemi / wabah?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id