• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Belajar Alkitab

Apa yang Alkitab nyatakan mengenai menepati janji/sumpah Saudara?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
13 March 2021
in Apologetika, Belajar Alkitab, Umum
0
Apakah manusia benar-benar memiliki kehendak bebas?
63
SHARES
329
VIEWS


Diakonia.id – Ada sekitar 30 referensi alkitabiah terkait perihal sumpah, yang sebagian besar berasal dari Perjanjian Lama. Kitab Imamat dan Bilangan memiliki beberapa referensi terkait perihal sumpah; yang ada hubungannya dengan urusan persembahan dan korban. Ada konsekuensi yang mengerikan bagi orang Israel yang melanggar sumpahnya, terutama sumpah kepada Allah.

Kisah Yefta menggambarkan kebodohan dari seseorang yang membuat sumpah tanpa memahami konsekuensinya. Sebelum memimpin bangsa Israel ke dalam pertempuran melawan Amon, Yefta – digambarkan sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa – dengan gegabah membuat sumpah bahwa dia akan memberikan kepada Allah apapun yang pertama keluar dari pintu rumahnya untuk menemuinya jika ia kembali sebagai pemenang. Ketika Allah memberinya kemenangan, ternyata orang yang pertama keluar untuk menemui dia adalah putrinya. Yefta teringat sumpahnya dan mempersembahkan dia kepada Allah (Hak 11:29-40). Apakah Yefta seharusnya atau tidak seharusnya menjalankan sumpah ini telah dibahas dalam artikel yang lain. Artikel ini hanya menunjukkan kepada kita mengenai sumpah yang dibuat dengan gegabah.

Barangkali inilah sebabnya Yesus memberikan perintah baru tentang sumpah. “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat 5:33-37).

Prinsip yang dinyatakan ayat di atas bagitu jelas bagi orang Kristen: jangan bersumpah, baik kepada Allah atau kepada sesama kita. Pertama, kita tidak dapat mengetahui secara pasti apakah kita akan bisa menepati sumpah yang kita buat. Fakta bahwa kita rentan membuat kesalahan ketika membuat keputusan, yang merupakan bagian dari natur dosa, bisa saja membuat kita bersumpah karena kebodohan atau ketidakdewasaan kita.

Kedua, kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan – hanya Allah yang bisa. Kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi besok (Yak 4:14), sehingga bersumpah bahwa kita akan atau tidak akan melakukan sesuatu adalah sebuah kebodohan. Allah-lah yang memegang kendali, bukan kita. Dia “bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rom 8:28).

Dengan mengetahui hal ini, kita dapat melihat bahwa tidak ada gunanya bersumpah. Tindakan semacam itu menunjukkan kurangnya iman-percaya kita kepada Dia. Akhirnya, Yesus memerintahkan agar semua perkataan kita berbobot sehingga dapat dipercaya tanpa harus bersumpah. Ketika kita mengatakan “ya” atau “tidak,” maka itulah yang benar-benar kita maksudkan dan lakukan. Menambahkan janji atau sumpah pada kata-kata kita membuka diri kita terhadap pengaruh Setan, yang memiliki keinginan untuk menjebak dan menodai kesaksian kita sebagai orang Kristen.

Jika kita telah membuat sumpah dengan bodohnya dan menyadari bahwa kita tidak dapat atau tidak seharusnya menepatinya, kita harus mengakuinya kepada Allah. Kita tahu bahwa Dia adalah “setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Sumpah yang dilanggar, meskipun sangat serius, bukan perkara yang tidak termaafkan jika dosa itu diakui dan dibawa ke hadapan Allah dengan penuh kejujuran dan ketulusan.

Allah tidak akan memaksa kita untuk mempertahankan dan menjalankan sumpah yang dibuat dengan ceroboh. Allah mengharapkan kita untuk menaati Yesus dan menahan diri dari membuat sumpah di masa depan. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Previous Post

Umat Kristen di Malaysia Kini Diizinkan Pakai Kata Allah

Next Post

MACRON, ERDOGAN SAMPAI JOKOWI JADI KORBAN HOAX ANAK KECIL

Next Post
MACRON, ERDOGAN SAMPAI JOKOWI JADI KORBAN HOAX ANAK KECIL

MACRON, ERDOGAN SAMPAI JOKOWI JADI KORBAN HOAX ANAK KECIL

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id