Diakonia.id -Dalam Daniel 6 kita melihat bagaimana iman dan kesetiaan Daniel kepada Tuhan ketika ia dilemparkan ke gua singa berdampak terhadap kehidupannya di kemudian hari. Namun, tahukah Anda, bahwa di masa kini kita juga bisa menghadapi “gua singa”?
Saat ini, mungkin kita sedang merasa berada dalam “gua singa,” yaitu menghadapi tantangan dalam profesi yang akan menguji iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan. Apa saja pelajaran dari kisah Daniel yang bisa kita terapkan dalam menghadapi tantangan di lingkungan kerja?
Tercermin dalam Keseharian
Lalu berkenanlah Darius mengangkat seratus dua puluh wakil-wakil raja atas kerajaannya; mereka akan ditempatkan di seluruh kerajaan; membawahi mereka diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu; kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya raja jangan dirugikan. Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.– Daniel 6:1-3
Daniel diangkut ke Babel saat masih muda (Daniel 1:1-6). Ketika jabatannya mencapai sekelas perdana menteri (ia pengawas para gubernur di masa kekaisaran Persia), kita boleh menduga usianya di atas paruh baya. Namun, umur bukan masalah bagi Daniel untuk tetap melayani Tuhan.
Salah satu alasan raja menjadikan Daniel pejabat tinggi adalah karena rekam jejaknya yang bersih. Di ayat 2 tertulis, Daniel bertanggung jawab agar raja jangan dirugikan. Asumsinya, raja akan memilih pengawas pejabat yang tidak pernah merugikan dirinya, yaitu mereka dengan riwayat kerja bagus.
Ternyata pengangkatan Daniel membawa ancaman bagi pejabat-pejabat lain yang punya kebiasaan korupsi. Mereka kemudian bersiasat untuk menjatuhkannya, tetapi tidak menemukan celah pada Daniel kecuali kegiatan keagamaannya.
Apa yang membuat Daniel menjadi pejabat yang bersih dan tak bercela sejak muda hingga tua? Jawabannya, karena iman dan kesetiaan kepada Tuhan yang terus ia praktikkan dalam keseharian hidupnya. Dengan jabatan sedemikian tinggi, kepandaian, dan kepercayaan besar dari raja, Daniel punya banyak peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan dan berlaku sewenang-wenang. Namun, ia tetap menyembah Allah yang benar dan senantiasa melakukan perintah-Nya.
Yang menjadi bukti iman kita adalah kesetiaan kita dalam mematuhi perintah Tuhan, di antaranya dalam lingkungan pekerjaan. Sebagai karyawan, kita bekerja dengan jujur, menolak segala bentuk keuntungan pribadi yang merugikan pemilik usaha. Sebagai pemilik usaha, hendaknya kita berkompetisi dengan jujur, tidak menjatuhkan pesaing dengan cara curang, dan tidak semena-mena memperlakukan karyawan. Etos kerja yang baik adalah cerminan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan.
Konsistensi Rohani Tanpa Kompromi
Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. – Daniel 6:10
Daniel berlutut dan berdoa kepada Tuhan tiga kali sehari. Dalam berbagai situasi, ia tetap berdoa, bahkan ketika beredar surat perintah larangan berdoa. Menariknya, perintah ini hanya berlaku selama tiga puluh hari. Artinya, Daniel bisa saja menghindari hukuman dengan cara kompromi, yaitu tidak berdoa selama masa larangan berlaku. Namun, Daniel tetap menunjukkan konsistensi rohani tanpa kompromi.
Bagaimana jika di tempat kerja ada kebijakan yang tidak selaras dengan iman kita? Dahulu, tempat saya bekerja menerapkan piket masuk di hari Minggu. Saya lalu menghadap atasan dan menyampaikan bahwa saya tidak bisa ambil bagian dalam jadwal piket Minggu karena saya ingin beribadah. Syukurlah, alasan saya diterima oleh atasan dan rekan-rekan kerja, sehingga saya dibebaskan dari piket di hari Minggu.
Saat menghadapi tantangan di lingkungan kerja, jagalah komitmen kita untuk selalu konsisten mengejar hubungan kita dengan Tuhan. Tetaplah berdoa, merenungkan Firman Tuhan, dan berkumpul dengan saudara-saudari seiman.
Pengharapan kepada Tuhan
Setelah raja mendengar hal itu, maka sangat sedihlah ia, dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel, bahkan sampai matahari masuk, ia masih berusaha untuk menolongnya. Lalu bergegas-gegaslah orang-orang itu menghadap raja serta berkata kepadanya: “Ketahuilah, ya raja, bahwa menurut undang-undang orang Media dan Persia tidak ada larangan atau penetapan yang dikeluarkan raja yang dapat diubah!”
Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: “Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!”
– Daniel 6:14-16
Sepanjang hari, Raja Darius berjuang menyelamatkan Daniel supaya tidak dilemparkan ke gua singa. Apa daya, ia tidak bisa melanggar hukum yang dibuatnya sendiri. Setelahnya, kita tahu bagaimana singa-singa itu tidak menyentuh Daniel. Memang, ia telah melanggar hukum raja, tetapi ia tidak pernah melanggar hukum yang lebih tinggi daripada itu.
Lalu sangat sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya. – Daniel 6: 23
Daniel berharap kepada Tuhan dan ia dibenarkan. Iman dan kesetiaannya membuat ia dibebaskan dari gua singa, dan pada akhirnya, membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.
Apakah tempat kerja kita saat ini terasa seperti “gua singa”? Kita diberi kritikan yang tidak membangun, ekspektasi pencapaian yang tidak masuk akal, diperlakukan tidak adil, dan lain-lain. Dan, siapa lagi yang sanggup membebaskan kita dari semua cobaan dan ujian itu selain Tuhan?
Berharaplah senantiasa kepada Tuhan, yang mampu bekerja secara luar biasa dalam hal-hal yang berada di luar kendali kita. Di dalam pengharapan inilah, kita kelak akan memuliakan Tuhan.
Iman dan kesetiaan rohani yang sejati dibuktikan lewat sikap kita kepada sesama dalam keseharian. Tentunya iman dan kesetiaan ini tidak muncul tiba-tiba, tetapi dipupuk melalui konsistensi dalam mengejar hubungan dengan Tuhan. Orang yang berusaha mempraktikkan kebenaran akan menghadapi pencobaan dan ujian hidup, dan hanya dalam pengharapan kepada Tuhanlah, kita dapat melaluinya. Amin.(gkdi.org)