Diakonia.id -Alkitab merupakan buku yang memiliki keakuratan dan detail tinggi, baik secara historis, geografis, arkeologis, sains, medis, spiritual, maupun moral. Ya, Alkitab adalah buku yang sangat luar biasa. Dan, secara khusus, salah satu kitab yang paling menarik bagi saya ialah Ezra.
Baru-baru ini, Ezra menjadi salah satu tokoh Alkitab favorit saya. Banyak hal luar biasa tentang dirinya yang saya temukan sewaktu membaca dan menggali kitab ini. Teladan Ezra mendorong saya untuk lebih mengasihi Tuhan, bertekun melakukan firman-Nya, serta mengajarkannya kepada orang lain.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita terlebih dahulu berkenalan dengan sosok Ezra ini.
Siapakah Ezra?
Kitab Ezra disusun dengan latar belakang situasi sekitar 70 tahun setelah bangsa Babel menaklukkan Yerusalem dan menghancurkan Bait Allah. Inilah masa ketika bangsa Israel mengalami pembuangan sesuai nubuat nabi Yeremia (Yeremia 25:11). Namun, Tuhan menepati janji-Nya untuk membebaskan mereka. Pada 539 SM, Persia menaklukkan Babel, dan Tuhan menggerakkan hati raja Persia untuk membebaskan bangsa Israel.
Ezra merupakan pejabat pemerintah Persia yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan Yahudi. Kerajaan Persia mengizinkan warganya menyembah ilah mereka masing-masing, tetapi mereka harus tunduk dan diawasi oleh pemerintah. Hal ini untuk mencegah agama digunakan sebagai kedok pemberontakan.
Setibanya di Yerusalem, Ezra melihat orang-orang Israel tidak lagi mengindahkan hukum Taurat. Mereka kawin campur dengan bangsa asing, menyembah berhala, dan tidak lagi menjaga kekudusan hari Sabat. Krisis moral bangsa Israel ini mematahkan semangat Ezra. Frustrasi, ia pun bertekad melakukan pembaruan besar-besaran.
Memahami dan Mengajarkan Taurat Tuhan
Inilah keyakinan Ezra mengapa Ia mau mengambil komitmen dan tanggung jawab untuk memahami dan mengajarkan Taurat Tuhan:
1. Menumbuhkan Keyakinan yang dalam akan Firman Tuhan
Kembalinya Bangsa Israel dari Pembuangan di Babel ke Yerusalam adalah karena kebaikan Tuhan semata. Bayangkan, apakah masuk akal jika penjajah membebaskan dan mengizinkan bangsa jajahannya untuk kembali ke kampung halamannya? Rasanya tidak. Karena tentunya, bangsa yang diperbudak ini memberikan banyak keuntungan bagi bangsa yang menjajah.
Bandingkan keadaan ini dengan zaman ketika mereka masih berada dalam penjajahan Mesir. Setelah berlangsung sepuluh tulah, barulah akhirnya dengan berat hati Firaun mengizinkan Bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
Namun, hal yang berbeda terjadi ketika Bangsa Israel berada dalam pembuangan di Babel. Kemurahan Tuhan atas mereka dicurahkan melalui Raja Persia, (saat itu Babel telah ditaklukkan oleh Persia), sehingga mereka bisa pulang ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah di sana dengan restu dari raja. Wow. Ini adalah sebuah hal yang sangat luar biasa. Tuhan menepati janji-Nya kepada bangsa yang telah begitu berdosa ini dengan mengembalikan mereka ke Yerusalem.
Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN. Allah Israel, yakni Allah yang diam di Yerusalem. – Ezra 1:2-3
Inilah alasan mengapa Ezra berkomitmen untuk mendalami Taurat Tuhan, yaitu supaya Bangsa Israel kembali memiliki keyakinan dan iman kepada Tuhan. 70 tahun lamanya mereka dibuang ke negeri yang tidak mengenal Tuhan dan tidak dapat menyembah Tuhan secara bebas (Yeremia 29:10). Bukan tidak mungkin juga, banyak nilai-nilai yang salah yang mereka adopsi dari sana.
Ezra ingin mereka bertobat, kembali kepada Tuhan, yang sudah begitu baik kepada mereka. Dan tentunya, Ezra ingin agar bangsa ini tidak dibuang lagi karena dosa-dosa mereka. Ezra ingin bangsa pilihan Tuhan ini, dapat hidup di dalam kebenaran.
Apa yang Ezra lakukan untuk Bangsa Israel ini sebenarnya juga tidak jauh dengan kehidupan kita. Mungkin kita pernah, atau mungkin saat ini kita berada jauh dari Tuhan akibat dosa kita. Tapi, Tuhan tetap menjaga dan mencurahkan kasih karunia-Nya kepada kita.
Seperti Ezra, kita bisa kembali kepada Tuhan dengan terus mendalami Firman-Nya sehingga keyakinan kita bertumbuh. Kita pun bisa membagikan ke orang-orang di sekitar kita, sehingga orang-orang bisa berbalik kepada Tuhan dan bertumbuh dalam iman mereka.
2. Memahami & Mengajarkan Alkitab adalah Tanggung Jawab Kita
Pernahkah Anda berpikir, “Mengapa Tuhan menaruh orang-orang yang saat ini ada di sekeliling kita, untuk hadir dan cross our path? Padahal ada begitu banyak orang di dunia ini. Mengapa harus mereka?” Apa yang Tuhan mau dari kita, ketika Ia mengizinkan kita untuk mengenal bahkan terlibat dengan mereka dalam hidup kita?
Ezra menyadari bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya bukan kebetulan. Ezra adalah keturunan orang Lewi. Ezra lahir di zaman itu, menjadi orang yang dipercaya oleh pemerintah Persia. Ia termasuk orang yang terpandang dan terpelajar yang mendapat kepercayaan untuk memimpin Bangsa Israel kembali ke Yerusalem. Hal ini juga bukanlah sebuah kebetulan.
“Jika bukan saya yang meneliti Taurat Tuhan, mengajar, dan membimbing Bangsa Israel ini, lantas siapa lagi?” Mungkin kurang lebih inilah yang ada dipikiran Ezra, yang akhirnya membuatnya mau mengambil tanggung jawab ini.
Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel. – Ezra 7:10Â
Hari ini Tuhan juga memberikan tanggung jawab yang sama kepada kita. Tuhan menaruh orang-orang yang saat ini ada di sekeliling kita agar kita bisa mengenalkan mereka kepada Tuhan dan kebenaran-Nya. Namun, pertama-tama kita perlu mengambil keputusan dan komitmen untuk mendalami Alkitab agar keyakinan kita terbentuk. Kemudian, barulah kita membagikan dan mengajarkan Alkitab kepada orang lain di sekitar kita.
Seperti Ezra, mungkin kita menyanyakan hal yang sama, “Jika bukan saya yang mendalami dan mengajarkan Alkitab kepada mereka, lantas siapa lagi?”
Sikap Ezra dalam memandang Taurat Tuhan perlu kita teladani. Ia bertekad untuk mempelajari dan mengajarkan firman agar bangsa Israel memiliki keyakinan dan mampu hidup sesuai kehendak-Nya. Begitu pula seharusnya sikap kita dalam memandang Alkitab. Mempelajari dan mengajarkan Alkitab adalah tanggung jawab kita yang mengaku percaya, agar setiap orang punya keyakinan yang dalam dan hidup dalam kebenaran. Mari kita terus bertekun mempelajari dan mengajarkan Alkitab kepada setiap orang seperti Ezra.
–
Referensi:
www.britannica.com/biography/Ezra-Hebrew-religious-leader
www.gotquestions.org/life-Ezra.html
www.thegospelcoalition.org/themelios/article/ezra-according-to-the-gospel-ezra-710/
amazingbibletimeline.com/blog/bible-prophet-ezra/
(gkdi.org)