Diakonia.id – Sebuah bom meledak di upacara peringatan berakhirnya Perang Dunia I di pemakaman non-Muslim di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (11/11).
Peringatan itu diketahui dihadiri oleh beberapa diplomat negara Barat seperti Prancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat. Menurut pernyataan bersama, pihak konsulat mengutuk insiden itu sebagai serangan pengecut.
Dilansir AFP, setidaknya dua orang saksi buka suara saat bom mengacaukan acara.
Menurut saksi mata, Nadia Chaaya, bom meledak saat konsulat Prancis menyampaikan pidato di upacara tersebut.
“Di akhir pidato kami mendengar ledakan. Awalnya kami tidak begitu memahaminya, tapi kami kemudian menyadari bahwa kami adalah targetnya,” kata Chaaya kepada BFMTV Prancis.
“Kami panik dan khawatir akan ada ledakan kedua. Kami meninggalkan makam dan semua orang berpisah,” ujar dia.
Saksi mata lainnya, Mohammed Belmaziz mengatakan di tengah kekacauan dan jeritan, dia melihat satu orang dengan wajah berlumuran darah.
Setidaknya empat orang dilaporkan terluka, yakni seorang polisi Yunani, seorang warga negara Inggris, dan seorang polisi Saudi yang menderita luka ringan. Sementara seorang lagi yang belum teridentifikasi, tapi ia dilaporkan berada dalam keadaan panik dan bersimbah darah.
Menurut seorang fotografer AFP di tempat kejadian, jalan menuju pemakaman di pusat kota Jeddah telah ditutup oleh polisi lalu lintas Saudi.
“Dinas keamanan (Saudi) akan meluncurkan penyelidikan atas insiden agresi dalam acara yang dihadiri sejumlah konsulat di Jeddah,” lapor televisi milik negara, Al-Ekhbariya.
Selain mengutuk serangan, pihak kedutaan turut memuji kesigapan Saudi yang membantu mereka di tempat kejadian. Delegasi Eropa di Saudi juga berterima kasih kepada layanan darurat Saudi sekaligus mendesak otoritas lokal untuk mengadakan “penyelidikan cepat dan menyeluruh” atas serangan itu.
Sebelumnya Kedutaan Besar Prancis di Riyadh telah mendesak warganya di Arab Saudi untuk melakukan “kewaspadaan ekstrem” sejak insiden penusukan di konsulat Prancis di Jeddah pada Kamis (29/10).
Insiden itu terjadi di hari yang sama saat seorang pria bersenjatakan pisau membunuh tiga orang di Gereja Notre Dame Basilica di Nice, Prancis selatan.
Ledakan di peringatan Perang Dunia I pada Rabu (11/11) pun menandai rentetan teror yang terjadi di Jeddah.
Berbagai serangan yang terjadi baru-baru ini terjadi tak lama saat Presiden Prancis, Emmanuel Macron membuat marah sebagian besar negara mayoritas Muslim.
Macron dikecam karena membela penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad beserta sejumlah pernyataan kontroversial lainnya.
Selain menggaungkan kecaman, beberapa negara juga menyerukan pemboikotan terhadap produk buatan Prancis di media sosial.
(ans/dea/CNN)