Diakonia.id – Sebuah film dokumenter tentang kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak mengguncang Gereja Katolik Polandia. Akibatnya sebagian pastor membangkang terhadap Keuskupan, karena diduga ikut menyembunyikan skandal.
Jakub dan Bartek Pankowiak hidup di kota kecil bernama Pleszew di jantung Polandia. Ayah mereka seorang pemain organ di gereja lokal. Sang pastor, Arkadiusz, dikenal dekat dengan anak-anak. Sesekali dia bertamu ke rumah Pankowiak.
Kedua kakak beradik yang saat itu berusia 7 dan 13 tahun, bercerita Arkadiusz suka memeluk atau menciumi mereka jika kedua orangtua sedang tidak ada di tempat. Mereka merasa ketakutan, tapi memilih diam.
Baru 20 tahun kemudian Jakub dan Bartek bisa mengumpulkan keberanian buat melacak sang predator dan bertatap muka. “Apa yang Anda kira dirasakan oleh anak-anak jika mereka dicium bibirnya?” tanya Bartek kepada Arkadiusz. Adegan itu terekam di dalam sebuah film dokumenter berjudul “Hide and Seek” oleh Marek dan Tomasz Sekielski.
Film itu mengungkap pelecehan seksual di gereja Katolik Polandia pada dekade 1990an. Selama pembuatan film, kedua sutradara menggunakan kamera tersembunyi untuk merekam adegan intim dari penggalan gelap kehidupan Pankowiak bersaudara.
“Saya ingat saya menyentuh Anda secara intim. Saya bisa merasakan Anda terangsang. Lalu Anda menyentuh saya juga dan memberikan hadiah,” tutur Bartek di hadapan sang pastor. Dia hanya bisa terdiam, lalu berkata dirinya merasa “berdosa di hadapan Tuhan” dan berdoa meminta pengampunan setiap hari.
Tidak mudah bagi Jakub Pankowiak membiarkan bagian paling kelam dari masa kecilnya itu dijadikan santapan publik. Di usianya yang kini 35 tahun, dia merasa hal tersulit adalah ketika harus memberitahu anak perempuannya tentang pelecehan seksual yang dia alami.
“Saya merasa lega, seperti terlepas dari beban besar, meski sayangnya harus membuka cerita ini. Tapi memang tidak ada cara lain,” tuturnya.
Skandal pedofilia guncang Polandia
“Hide and Seek” adalah film kedua Sekielski bersaudara yang mengungkap skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak di gereja Katolik Polandia. Setahun silam, film “Tell No One” juga merekam testimoni korban pedofilia di lingkungan gereja.
Kali ini film buatan duo Sekielski turut mengungkap, betapa Uskup Kalisz Edward Janiak secara aktif berusaha menyembunyikan petualangan seksual Arkadiusz dari pantauan publik. Ketika Janiak mendapat kabar pertemuan sang pastor dengan korban-korbannya, dia memberhentikan Arkadiusz dengan “alasan kesehatan.”
Hingga saat ini Keuskupan Kalisz belum mengeluarkan permintaan maaf resmi.
Buntutnya gereja Katolik Polandia digoyang kisruh internal. Sejumlah Dewan Pastoral Paroki menolak menandatangani pakta kesetiaan terhadap Edward Janiak karena menunggu hasil penyidikan Vatikan yang dilibatkan atas permintaan resmi Uskup Agung Wojciech Polak.
Di Polandia yang 90% penduduknya menganut Katolik, gereja merupakan institusi moral paling berpengaruh. Setelah film “Hide and Seek” dirilis, Kantor Keuskupan Agung Polandia buru-buru memohon maaf kepada korban dan berjanji akan menanggulangi masalah pedofilia di gereja dengan lebih tegas.
Sementara Janiak kini dilarang tampil di hadapan publik sampai penyidikan Vatikan berakhir. Namun posisinya di Keuskupan Kalisz kabarnya kini diisi oleh seorang uskup lain, yang menurut laporan-laporan media turut menutupi skandal pelecehan seksual di lingkungannya sendiri.
Pembangkangan para pastor
“Keputusan sejumlah anggota Dewan Pastoral Paroki untuk tidak mengucap sumpah setia terhadap Keuskupan Kalisz adalah peristiwa langka dalam gereja Katolik”, kata Teolog Polandia, Stanislav Obirek yang juga bekas pastor Ordo Yesuit.
“Pastor-pastor ini menunjukkan keberanian yang tinggi. Hal ini sangat langka di dalam struktur hirarkis gereja,” kata dia. Tindakan mereka menurutnya bisa mendorong pemberhentian Uskup Edrward Janiak.
Obirek yang kini mengajar di Universitas Warsawa keluar dari gereja lantaran tidak tahan dibungkam usai mengritik mendiang Paus Yohanes Paulus II. Sejak saat itu dia rajin mengritik Gereja Katolik Polandia.
Namun lembaga yang selama ini tertutup itu kini tiba-tiba membuka diri. Itu sebabnya Obirek melihat harapan. “Saya berharap Polandia mulai melihat pengungkapan kasus pedofilia oleh pemuka agama sebagai sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan,” tambahnya.
Menurut dia pembangkangan para pastor di Kalisz dan desakan reformasi yang muncul dari dalam tubuh gereja sendiri merupakan pertanda baik.
Keretakan pertama pada fasad gereja
Kasus yang diungkap oleh film Hide and Seek bukan skandal pedofilia pertama yang mengguncang Gereja Katolik Polandia. Pada 2019, seorang pastor bernama Henryk Jankowski yang dikenal murah hati dan populer di kalangan penduduk, ketahuan berbuat cabul terhadap anak-anak sejak dekade 1960an.
Jankowski yang meninggal pada 2010 silam tidak sempat mengalami kehancuran reputasinya. Sebuah monumen buat menghormati sang pastor di kota Gdansk diturunkan paksa oleh akivis. Sebuah lapangan yang membawa nama mendiang kini dibaptis ulang. Pemerintah kota Gdansk ikut mencabut gelar warga kehormatan yang pernah disematkan kepada Jankowski.
Kasusnya sedemikian menyita perhatian publik, pihak gereja akhirnya membuka diri terhadap kasus pelecehan seksual. Konferensi Keuskupan Polandia pada 2019 untuk pertamakalinya memublikasikan data statistik kasus pedofilia oleh pemuka agama.
Menurut data tersebut, sejak 1990 sebanyak 328 pastor terbukti melakukan tindak pelecehan seksual terhadap 625 anak-anak.
Seperempat pelaku akhirnya diberhentikan. Tetapi kebanyakan cuma mendapat hukuman ringan dan dijauhkan dari pekerjaan yang melibatkan anak-anak. Sebanyak 85 pastor sudah divonis bersalah oleh pengadilan sipil.
Meski demikian sosok seperti Jankowski hingga kini masih didukung dan dibela oleh sebagian pastor. Menurut Obirek, pola pikir semacam itu berangkat dari anggapan bahwa pastor di desa “serupa Kristus,” sehingga mutlak berkuasa.
Tapi pembangkangan oleh sejumlah pastor di Kalisz menjadi bukti, “bahwa gereja bukan lagi sebuah monolit. Fasadnya mulai retak,” pungkas teolog Polandia itu.
(rzn/as/dw)