• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Apologetika

Apa kata Alkitab mengenai disiplin gereja/pengucilan?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
8 August 2022
in Apologetika, Gereja, Keluarga & Relasi
0
60
SHARES
317
VIEWS


Diakonia.id – Pengucilan itu ketika seseorang secara resmi dikeluarkan dari daftar keanggotaan gereja dan secara tidak resmi memisahkan diri dari individu tersebut. Matius 18:15-20 memberikan prosedur dan otoritas kepada gereja untuk melakukan hal ini.

Kita diinstruksikan bahwa ketika seseorang (biasanya pihak yang tersinggung) datang kepada individu yang menyinggung. Kalau dia tidak menyesalinya, maka dua atau tiga orang akan pergi untuk mengkonfirmasikan situasinya dan penolakan untuk bertobat. Kalau tetap tidak ada pertobatan, masalah itu dibawa di depan gereja.

Ini bukanlah proses yang “disukai,” sama seperti orangtua tidak pernah senang kalau harus mendisiplinkan anak-anaknya. Namun, seringkali ini dibutuhkan.

Tujuannya bukan untuk bersikap tega atau untuk menunjukkan sikap “saya lebih suci.” Sebaliknya, hal ini dilakukan karena kasih terhadap individu itu, dalam ketaatan dan hormat kepada Allah, dan dalam rasa takut kepada Allah demi kepentingan orang-orang lain dalam gereja.

Alkitab memberi contoh perlunya pengucilan dalam gereja setempat, gereja di kota Korintus (1 Korintus 5:1-13). Dalam bagian Alkitab ini, Rasul Paulus juga memberikan beberapa maksud dari pengucilan dalam Alkitab.

Salah satu alasan (tidak ditemukan secara langsung dalam bagian Alkitab tersebut) itu demi keefektifan kesaksian Kristus Yesus (dan gerejaNya) di hadapan orang-orang yang belum percaya.

Sesudah Daud berdosa dengan Betsyeba, salah satu konsekuensi dari dosanya yang disebutkan oleh Allah itu nama dari Allah yang sejati dan esa akan dihina oleh musuh-musuh Allah (2 Samuel 12:14).

Alasan kedua, dosa itu seperti kanker; kalau dibiarkan, akan menjalar kepada mereka yang berada di sekitarnya sebagaimana sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan (1 Korintus 5:6-7). Lagipula, Paulus menjelaskan bahwa Yesus telah menyelamatkan kita sehingga kita terpisah dari dosa, bahwa kita harus “tidak beragi” atau bebas dari hal-hal yang secara rohani mencemarkan (1 Korintus 5:7-8).

Keinginan Kristus bagi pengantin perempuannya, Gereja itu supaya Gereja suci dan tak bernoda (Efesus 5:25-27). Pengucilan juga dimaksudkan untuk kebaikan jangka panjang dari orang yang didisiplinkan oleh gereja.

Paulus dalam 1 Korintus 5:5 mengatakan bahwa pengucilan itu cara untuk “serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” Ini berarti bahwa dalam pengucilan, Allah menggunakan Iblis (atau salah satu dari pengikutnya) sebagai alat disiplin untuk bekerja dalam hidup orang berdosa secara fisik untuk menghasilkan pertobatan yang sejati dalam hatinya.

Kadang tindakan disiplin gereja berhasil menimbulkan kesedihan rohani dan pertobatan sejati. Ketika terjadi, orang tersebut dapat dikembalikan lagi kepada persekutuan. Orang yang terlibat dalam 1 Korintus 5 bertobat dan Paulus menasihati gereja untuk memulihkan dia kepada persekutuan gereja (2 Korintus 2:5-8).

Sayangnya, tindakan pendisiplinan, sekalipun dilakukan dalam kasih dan dengan cara yang benar, tidak selalu berhasil membawa pemulihan seperti itu, namun tetap dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan-tujuan lain yang disebutkan di atas.

Kemungkinan kita semua sudah pernah menyaksikan kelakuan seorang anak yang dibiarkan melakukan apa saja yang diinginkan dengan disiplin yang amat rendah atau sama sekali tidak ada. Itu bukanlah satu pemandangan yang menarik.

Cara mendidik anak semacam ini bukanlah kasih karena akan mencelakakan masa depan anak.

Kelakuan semacam ini mencegah anak membentuk hubungan yang bermakna dan berhasil dalam keadaan apapun, baik dalam konteks sosial maupun pekerjaan. Demikian juga, disiplin dalam gereja, sekalipun tidak menyenangkan atau mudah, bukan hanya diperlukan, namun juga menjadi tindakan kasih.

Lebih dari itu, ini adalah perintah Allah. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Gereja
Previous Post

Apa kata Alkitab mengenai pertumbuhan Gereja?

Next Post

Menurut Alkitab, seperti apakah persahabatan sejati itu?

Next Post

Menurut Alkitab, seperti apakah persahabatan sejati itu?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.