Diakonia.id-Topik ini biasanya menimbulkan perdebatan di antara gereja Tuhan. Ada kelompok Kristen tertentu yang menganggap bahwa orang Kristen bisa dirasuk setan, tetapi golongan ‘Injili’ biasanya menegaskan sebaliknya; orang Kristen tidak bisa dirasuk setan. Yang mana yang benar: orang percaya bisa dirasuk setan, atau tidak?
DEFINISI
Ada dua hal yang perlu dijelaskan terlebih dahulu sebelum kita mempelajari tentang hal ini. Pertama, kita harus memahami apa arti dari istilah ‘orang Kristen’. Istilah ini muncul dalam Kis 11:26b; 26:28 dan 1 Ptr 4:16. Kata ini berasal dari istilah Yunani Χριστιανός – Christianos, yang berarti “Christian, a follower of Christ” (Bible Works 8). Barnes’ Notes dalam komentarnya tentang Kis 11:26 berkata: “‘Dan murid-murid disebut orang-orang Kristen…’ Karena ini menjadi nama yang membedakan dari pengikut-pengikut Kristus, itu layak untuk dicatat. Nama itu pasti diberikan karena mereka adalah pengikut-pengikut Kristus…”(Siapa bilang Kristen tidak bisa menjawab, Budi Asali M.Div, hal. 24).
Istilah ‘orang Kristen’ yang saya maksudkan adalah mereka yang sungguh-sungguh beriman / percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Memang agak sulit mengidentifikasikan bagaimana mereka disebut sebagai ‘Kristen’. Apakah tandanya hanya mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan? Tentu tidak hanya sebatas kata-kata saja, tetapi harus dibuktikan dengan adanya kehidupan yang benar / sesuai firman Tuhan. Ketika seseorang percaya kepada Kristus, maka saat itu Roh Kudus memenuhinya (Ef 1:13) dan akan menghasilkan buah Roh / perbuatan baik (Gal. 5:22-23). Ada juga pandangan yang mengatakan bahwa ciri dari ‘orang Kristen’ adalah mereka yang yakin akan keselamatan dirinya di dalam Kristus. Mereka inilah yang disebut sebagai ‘pengikut Kristus’. Sekalipun hanya Allah yang tahu pasti siapa saja yang disebut sebagai ‘orang percaya’, tetapi orang itu sendiri sebetulnya bisa tahu siapa dirinya.
Yang kedua, ‘Kerasukan setan’. Apa maksudnya? Istilah ini berarti pengendalian / penguasaan secara mutlak oleh setan yang meliputi kehendak dan kekuatan manusia. Dr. Ryrie memberi definisi kerasukan setan sebagai berikut: “Dirasuk oleh setan adalah penguasaan langsung yang dilakukan oleh roh (roh-roh) jahat terhadap seseorang dengan cara bertempat tinggal di dalam diri orang itu. Semua orang, baik orang-orang percaya maupun yang tidak percaya, dipengaruhi dan terkena akibat kegiatan roh jahat, tetapi tidak semua orang dirasuki… Orang-orang yang dirasuki tidak mampu melepaskan diri mereka sendiri dari penguasaan roh-roh jahat.” (Teologi dasar 1, hal 240).
Ryrie menambahkan bahwa istilah “dirasuk oleh roh jahat” atau “kerasukan” muncul sebanyak tiga belas kali dalam Perjanjian Baru: Mat 4:24; 12:22; Mrk 5:15-18; Luk 8:36; Yoh 10:21 (hal 240).
Istilah ‘kerasukan setan’ berbeda dengan ‘dipengaruhi setan’. Thiessen mengatakan bahwa “dipengaruhi setan merupakan pekerjaan setan yang sementara dari luar seseorang, sedangkan dirasuki setan artinya pekerjaan setan di dalam diri seseorang yang lebih permanen.” (Teologi sistematika, hal 224). Jadi, orang yang dirasuk setan adalah mereka yang tidak hanya dipengaruhi oleh setan, tetapi dikuasai / dikontrol olehnya, dan mengakibatkan manusia itu tak bisa melepaskan dirinya sendiri.
APAKAH ORANG KRISTEN BISA DIRASUK SETAN?
- Dia tidak akan murtad
- Tidak bisa dirasuk setan
- Gila.
Mengapa orang Kristen tidak bisa dirasuk oleh setan? Paling tidak ada dua alasan.
1. Adanya Roh Kudus dalam diri orang Percaya.
Efesus 1:13 berkata: “Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Saya kira ini adalah alasan yang umum dan seringkali dipakai oleh para teolog Injili untuk mendukung pandangannya tersebut. Tanda seseorang dipenuhi Roh Kudus, bukan pada saat manusia itu bisa berbahasa roh, mengadakan mujizat, kesembuhan, dsb, tetapi itu terjadi pada saat manusia percaya pada Kristus!
1 Kor 6:19 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Dua teks diatas menjelaskan bahwa orang percaya yang didiami oleh Roh Kudus, di sebut / menjadi milik Allah (bdk Rom 8:9). Jika kita adalah milik / kepunyaan Allah, bagaimana mungkin setan bisa memaksa orang percaya untuk tunduk padanya? Orang percaya hanya bisa dikuasai oleh Roh Kudus. Allahlah yang mengerjakan di dalam orang percaya baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Fil 2:13).
Lebih lanjut Paulus mengatakan dalam 2 Kor 6:14b-16a “… Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?…”
Roh yang ada didalam orang percaya lebih besar dari roh yang manapun dalam dunia ini (1 Yoh 4:4). Sebagai ilustrasi, dapatkah sebuah ruangan yang gelap tetap menjadi gelap pada saat lampu dinyalakan? Tentu saja ruangan itu akan menjadi terang dan kegelapan itu pasti sirna. Jadi, adanya Roh Kudus dalam diri orang percaya, mengakibatkan ketidakmungkinan bersatunya Roh Allah dengan roh setan. Dan karena itu, setan tak akan mungkin bisa merasuki orang percaya.
2. Allah tidak pernah mencobai melampaui kekuatan manusia.
1 Korintus 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Ketika seseorang dirasuk setan, saat itu dia dikendalikan secara mutlak oleh setan. Kehendak dan kekuatan manusia itu dikalahkan; dia dipaksa untuk tunduk. Misalnya: menyeret orang yang dirasuki ke dalam api atau air untuk membinasakannya (Mrk 9:22), membuat bisu (Mat 9:32), menyebabkan kebutaan (Mat 12:22), merusak tubuh (Mrk 5:5), dsb. Salah satu karakter iblis adalah sebagai ‘pencoba’ (Bdk Mat 4:1). Pada saat pencobaan / kesukaran / problem itu ada, Tuhan berjanji, itu tidak akan pernah melebihi kesanggupan manusia (orang percaya). Adanya pandangan bahwa orang percaya bisa dirasuk setan, ini tentu bertentangan dengan 1 Kor 10:13 yang menyatakan bahwa pencobaan yang dialami orang percaya, tidak akan melebihi kekuatannya. Allah bahkan berjanji memberi jalan keluar.
Bandingkan janji Tuhan di 2 Ptr 2:9
“Maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman”
DASAR KERASUKAN SETAN
Ayat-ayat seperti 1 Sam 16:14-15; Luk 13:11-16; Kis 5:3; dsb, biasanya digunakan sebagai dasar untuk mendukung pandangan bahwa orang percaya bisa dirasuk setan. Berikut saya akan memberi satu contoh kasus dalam Alkitab tentang kerasukan setan.
Luk 13:10-16 [10] Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. [11] Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. [12] Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” [13] Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. [14] Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” [15] Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? [16] Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?
Ayat ini menceritakan tentang seorang perempuan yang telah “dirasuk” roh dan mengakibatkannya sakit selama 18 tahun. Ada orang yang menjadikan ayat ini sebagai dasar bahwa orang Kristen bisa dirasuk setan. Mereka beralasan bahwa Tuhan sendiri menyebut perempuan yang dirasuk itu sebagai “keturunan Abraham” (ayat 16). Ini membuktikan bahwa perempuan itu adalah orang percaya. Benarkah ayat ini mengisyaratkan bahwa orang Kristen bisa dirasuk setan?
Dr. Charles C. Ryrie memberi jawaban sebagai berikut: “Akan tetapi, tidaklah jelas apakah istilah “keturunan Abraham” menunjukkan sebagai seorang percaya ataukah bahwa dia hanyalah salah seorang diantara umat pilihan Allah, Israel. Yang jelas, dia bukanlah seorang Kristen dalam arti kata sesudah masa Pantekosta.” (hal 243).
Mungkin sanggahan Ryrie ini belum begitu jelas. Berikut saya akan memberi penjelasan dari Pdt. Budi Asali, M.Div tentang teks ini, yang saya kutip dari salah satu kotbahnya.
Hal yang pertama, kita akan menyoroti kata-kata “keturunan Abraham” pada ayat 16 di teks tersebut. Memang benar bahwa ada ayat Alkitab yang menunjukkan saat seseorang menjadi percaya, maka orang tersebut disebut sebagai “anak Abraham”. Misalnya dalam Luk 19:9. Saat Zakheus percaya, maka Yesus berkata kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.” Tetapi apakah semua orang yang disebut ‘anak Abraham’ / ‘keturunan Abraham’ sudah pasti adalah orang percaya? Tentu tidak. Bandingkan dengan cerita Lazarus dengan orang kaya dalam Luk 16:19-31. Setelah orang kaya itu mati, dia memanggil Abraham dengan istilah “Bapa Abraham”. Tetapi sekalipun demikian, orang kaya itu ada di neraka! Dalam kasus orang kaya ini, dia mengakui dirinya sebagai ‘keturunan Abraham’ tetapi dalam arti keturunan secara fisik yaitu orang Yahudi. Jadi, ‘keturunan Abraham’ belum tentu menunjuk pada orang percaya.
Yang kedua, perempuan ini sebetulnya tidak dirasuk setan. Ayat 11 “dirasuk roh” sebenarnya salah terjemahan. Bandingkan dengan berbagai versi berikut:
KJV: “And, behold, there was a woman which had a spirit of infirmity eighteen years, and was bowed together, and could in no wise lift up herself.”
NIV: “and a woman was there who had been crippled by a spirit for eighteen years. She was bent over and could not straighten up at all.”
NASB: “And behold, there was a woman who for eighteen years had had a sickness caused by a spirit; and she was bent double, and could not straighten up at all.”
RSV: “And there was a woman who had had a spirit of infirmity for eighteen years; she was bent over and could not fully straighten herself.”
Dalam bahasa Yunani, juga tidak didapati bahwa perempuan ini dirasuk setan. KJV dan RSV menyebutkan ‘a spirit of infirmity’ (roh kelemahan). Ini merupakan terjemahan yang hurufiah (dari bahasa Yunani). Istilah ini sama dengan ‘roh perbudakan’ (Rom 8:15). Sebelum percaya pada Kristus, kita memiliki roh perbudakan. Tetapi setelah beriman, kita dibebaskan. ‘Roh perbudakan’ maksudnya manusia diperbudak oleh setan, tapi itu tidak sama dengan kerasukan setan. Itu adalah ‘roh kelemahan’. Ayat 16 “diikat oleh iblis”, bukan berarti dirasuk setan.
Yang ketiga, saat Yesus menyembuhkannya, Yesus tidak menengking setannya, seperti dalam Mrk 9:25; Mat 17:18, dsb. Ini menunjukkan bahwa perempuan itu sebetulnya tidak dirasuk setan.
Tanggapan saya:
Saya sendiri tak tahu secara pasti, apakah istilah “keturunan Abraham” yang dimaksudkan dalam Luk 13:16 menunjuk pada ‘orang percaya’ atau dalam arti ‘orang Israel’. Ayat 10-11 hanya menjelaskan keberadaan perempuan itu di rumah ibadat. Dia telah diikat oleh iblis / sakit selama 18 tahun. Apakah perempuan ini terus setia / ada di rumah ibadat selama itu? Belum tentu. Tapi bukankah ayat 13 menjelaskan bahwa perempuan itu “memuliakan Allah” ? Bukankah ini menunjukkan bahwa dia adalah seorang percaya? Tidak menutup kemungkinan, tetapi tidak bisa dipastikan, karena tindakan itu dilakukannya setelah dia disembuhkan oleh Yesus.
Para penafsir biasanya menjelaskan istilah “keturunan Abraham”, dengan dua macam penafsiran: menunjuk pada ‘orang percaya’ atau berarti ‘orang Israel / Yahudi’. Tetapi yang jelas, mau diartikan apapun juga tidaklah jadi soal, karena seperti yang dikatakan Asali, perempuan itu sebetulnya tidak dirasuk setan.
Memang ada beberapa ayat Alkitab yang sepertinya mengisyaratkan adanya ‘orang percaya’ yang dirasuki setan. Tetapi jika kita menelitinya dengan seksama, maka tidak ada bukti yang jelas bahwa orang percaya bisa dirasuki olehnya.
DAPATKAH ORANG PERCAYA DIPENGARUHI DAN DISAKITI OLEH SETAN?
Di atas telah dijelaskan bagaimana orang Kristen sebetulnya tidak bisa dirasuki oleh setan karena adanya Roh Kudus yang diam di dalam orang percaya. Namun pertanyaan selanjutnya adalah: Apakah berarti orang Kristen tidak dapat dipengaruhi setan untuk berbuat jahat? Tentu saja bisa (bdk. 1 Tes 3:5; 2 Kor 11:3). Orang percaya bisa tergoda oleh setan dan menyebabkannya jatuh dalam dosa, tetapi ini tidak berarti bahwa orang percaya tak bisa melepaskan dirinya dari dosa. Dipengaruhi / dicobai oleh setan bisa, tetapi dikuasai / dirasuki, tidak bisa.
Lalu bagaimana dengan teks dalam 1 Yoh 5:18 yang mengatakan bahwa “orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa?”
1 Yoh 5:18 “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.”
Teks ini tidaklah menjelaskan bahwa anak Allah / orang percaya tidak bisa jatuh dalam dosa lagi, tetapi berarti “tidak memiliki kebiasaan berbuat dosa” (Wycliffe, hal 1061). Ayat ini justru menjadi dasar bagi Ryrie untuk menjelaskan bahwa orang percaya tidak dapat disakiti oleh setan. Dia berkata: “Kata ‘menjamah’ di disini, mencakup arti tujuan menyakiti atau merugikan – Setan tidak dapat menyakiti orang percaya” (hal 244). Pernyataan Ryrie ini mungkin bisa dibantah dengan memberikan teks dalam 2 Kor 12:7. Jika memang orang percaya tidak bisa ‘disakiti’, lalu mengapa iblis ternyata bisa menggocoh / memukul Paulus dengan memberinya ‘duri dalam daging’? Tentu saja istilah “menggocoh” dan kata-kata “duri dalam daging” perlu ditafsirkan secara benar, tetapi pada dasarnya ini bicara tentang persoalan / masalah bagi Paulus. Bukankah Ayub adalah seorang percaya yang juga disakiti secara fisik lewat sakit penyakit? Mungkin Ryrie sedang menghubungkan 1 Yoh 5:18b ini dengan peristiwa kerasukan setan. Kerasukan setan biasanya selalu disertai dengan manifestasi (Misalnya: Mrk 5:3-5; 9:22,26). Roh-roh jahat bisa menyebabkan orang yang dirasukinya menderita / kesakitan. Tetapi tidak untuk mereka yang percaya pada Kristus!
ALKITAB VERSUS PENGALAMAN HIDUP
Beberapa tahun yang lalu, seorang teman saya melakukan pelayanan pelepasan. Saat itu dia melayani seorang wanita yang kerasukan setan. Wanita itu kemudian mengalami berbagai manifestasi, diantaranya berusaha untuk mencakar teman saya dan bertingkah yang aneh-aneh. Disini ada hal yang agak membingungkan bagi saya; wanita itu ternyata adalah seorang ‘Kristen’ dan bahkan sedang studi di salah satu sekolah Teologia. Apakah ini menjelaskan bahwa orang ‘Kristen’ juga bisa dirasuk setan? Saat itu saya adalah seorang Kristen yang belum terlalu memahami / mendalami Alkitab, jadi ketika menerima fakta seperti ini, saya langsung saja mengaminkannya.
Dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini, maka banyak hamba Tuhan / pendeta yang menyimpulkan bahwa orang Kristen ternyata bisa di rasuk oleh setan. Murni Hermawaty Sitanggang berkata dalam sebuah artikelnya: “Bahkan, apa yang terjadi di lapangan ini telah membuat beberapa teolog injili beralih haluan, mempercayai bahwa orang Kristen dapat dirasuk Setan.” Dalam catatan kaki di artikelnya tersebut, Sitanggang mencatat dua orang teolog yang berubah arah setelah melihat pengalaman hidup yang dialami seseorang.“Ed Murphy dan Merrill Unger merupakan dua tokoh yang telah berpindah haluan. Murphy menyatakan perubahan tersebut terjadi karena pengalaman yang dikumpulkannya ketika mengonseling orang percaya yang telah dirasuk Setan (lih. bukunya The Handbook of Spiritual Warfare [Nashville: Thomas Nelson, 1996] 429). Sedangkan Unger, setelah menerbitkan buku Biblical Demonology di tahun 1952, menerima banyak surat dari para misionaris dari seluruh penjuru dunia yang mempertanyakan teori yang dinyatakannya dalam buku tersebut bahwa orang Kristen tidak dapat dirasuk Setan. Mereka mengklaim telah menyaksikan banyak kasus kerasukan Setan yang melanda para petobat yang mereka layani. Karena klaim mereka dianggap valid, maka Unger pun mengubah pandangannya (lih. bukunya Demons in the World Today [Wheaton: Living, 1995] 163).” {Murni Hermawaty Sitanggang, ANALISIS KRITIS TERHADAP KONSEP KEMUNGKINAN ORANG PERCAYA DIRASUK SETAN}
Sudah dijelaskan secara singkat, bagaimana orang Kristen itu tak bisa di rasuk oleh setan. Hal ini tentu bukan hanya di dasari pada pendapat pribadi saja, tetapi juga mendapat dukungan dari dalam Alkitab. Tetapi ada sebuah pertanyaan penting yang harus dijawab: Bagaimana jika Alkitab di perhadapkan dengan kenyataan / pengalaman hidup seseorang? Jika pengalaman hidup membuktikan bahwa ternyata ada orang ‘Kristen’ yang bisa dirasuk setan, lalu dapatkah kita menerimanya sebagai sebuah fakta / kebenaran? Perhatikan teks berikut:
2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Rasul Paulus menegaskan bahwa seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Alkitablah sumber pengajaran yang benar. Alkitab adalah satu-satunya tolok ukur bagi sebuah kebenaran. Mengapa? Karena hanya Alkitab yang adalah firman Allah! Saya heran, bagaimana mungkin orang yang mengaku Kristen bisa mendasari pemahamannya pada pengalaman hidup? Bukankah ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung orang ‘Kristen’ itu telah memandang Alkitab sebagai bukan satu-satunya kebenaran yang mutlak? Paulus menyatakan bahwa Kitab Suci itu berfungsi untuk “menyatakan kesalahan”. Bukankah ‘pengalaman hidup’ itu adalah sebuah kesalahan yang seharusnya dikoreksi oleh Alkitab? Mengapa justru dibalik; pengalaman hidup yang mengoreksi Alkitab? Apakah fakta lapangan lebih bernilai tinggi dibandingkan dengan pernyataan Kitab Suci? Ini bukan hanya berlaku untuk kasus kerasukan setan, tetapi juga nubuatan-nubuatan palsu tentang kedatangan Yesus kedua kalinya yang katanya diperoleh melalui mimpi, suara Tuhan; adanya orang yang dibawa ke neraka dan melihat orang berdosa disiksa oleh iblis, dsb.
Pengalaman hidup seseorang, tak bisa dijadikan dasar ajaran! Semuanya harus dinilai / diuji berdasarkan Kitab Suci. Segala sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab, harus ditolak, tak perduli siapapun pengajarnya!
1 Tes 5:21 “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
Mungkin saja para pendukung ‘kerasukan setan’ juga mengklaim bahwa mereka punya dasar Alkitabnya. Tetapi jika kita menelitinya secara cermat, maka sebetulnya tak ada teks Alkitab yang menyetujuinya.
Bagi saya, para ‘teolog Injili’ yang berubah arah setelah melihat fakta lapangan, tak pantas disebut sebagai teolog Injili. Mereka sebetulnya bukanlah seorang yang Injili / Alkitabiah, tetapi mungkin lebih tepat disebut sebagai ‘teolog fakta-isme’ atau penganut ‘fakta-isme’. Ini adalah kelompok / aliran yang mendasari keyakinan mereka pada fakta lapangan / pengalaman hidup seseorang. Buat saya ini adalah sebuah kesalahan fatal!
KESIMPULAN DAN PENERAPAN
Adanya klaim bahwa orang Kristen bisa dirasuk setan, sepertinya tidak mendapat dukungan dari dalam Alkitab / firman Tuhan.
Dr. Ryrie: “Ayat-ayat yang dipakai untuk mendukung pandangan bahwa orang-orang percaya dapat dirasuk roh jahat biasanya adalah ini: 1 Sam 16:14-15; Luk 13:11-16; Kis 5:3; 1 Kor 5:5; 2 Kor 11:14; dan 12:7. Tetapi apabila ayat-ayat ini diperiksa secara teliti, maka sebenarnya tidak membuktikan bahwa orang-orang percaya dapat dirasuk roh-roh jahat.” (Teologi dasar 1, hal 242-243).
Sekalipun demikian, orang percaya tidak boleh menganggap enteng keberadaannya (Bdk Yud 9). Bersikaplah bijaksana: Ef 4:27 “dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Berjaga-jagalah: 1 Ptr 5:8 “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”Tuhan tidak hanya menghendaki kita untuk waspada / berjaga-jaga, tetapi juga melawannya dengan selengkap senjata Allah: Ef 6:11 “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” Terakhir, ingatlah janji Tuhan dalam Yakobus 4:7 “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”
Seperti Ron Rhodes, sayapun menyukai kata-kata dari Walter Martin: “Ia berkata bahwa ketika iblis mengetuk pintu hati orang Kristen, Roh Kudus membuka dan mengatakan, ‘Pergilah!’” (Ron Rhodes, Para Malaikat di Sekeliling Kita, hal. 269). (albertrumampuk)