• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Apologetika

Bagaimana seharusnya orang Kristen memandang sosialisme?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
18 January 2021
in Apologetika, Belajar Alkitab, Umum
0
Kanon Alkitab
68
SHARES
359
VIEWS


Diakonia.id – Sebagian besar filsuf selama berabad-abad percaya bahwa sejarah dibentuk oleh ide-ide, pencarian terhadap realitas yang sebenarnya, ataupun oleh logika manusia. Tapi, ada satu filsuf terkenal yang justru berpendapat bahwa faktor pendorong di balik seluruh sejarah manusia adalah ekonomi. Karl Marx lahir sebagai Yahudi Jerman pada tahun 1818 dan menerima gelar doktor pada usia 23 tahun.

Dia berusaha membuktikan bahwa identitas manusia itu terikat dengan pekerjaannya. Sistem ekonomi benar-benar bisa mengendalikan seseorang. Umat manusia bisa bertahan karena pekerjaannya. Marx percaya bahwa masyarakat tercipta oleh pembagian kerja. Marx kemudian mempelajari sejarah. Ia menyimpulkan bahwa selama ratusan tahun ekonomi masyarakat berbasis pada pertanian. Tapi, Revolusi Industri mengubah semua itu. Dalam pemikiran Marx, mereka selama ini bekerja dengan bebas untuk diri sendiri. Tapi kini, mereka dipaksa oleh ekonomi untuk bekerja di pabrik-pabrik.

Marx merasa bahwa hal ini melucuti martabat dan identitas mereka karena pekerjaan mereka itulah yang mendefinisikan siapa mereka. Harga diri mereka kini diremehkan karena menjadi budak yang dikendalikan oleh pengawas yang berkuasa. Perspektif ini menganggap ekonomi kapitalisme adalah musuh alami Marx.

Marx menduga bahwa kapitalisme menekankan kepemilikan pribadi dan, karena itu akan mengurangi kepemilikan pada beberapa hak istimewa. Dua “komunitas” yang berbeda muncul dalam pikiran Marx: pemilik bisnis (kaum borjuis) dan kelas pekerja (kaum proletar). Menurut Marx, kaum borjuis menggunakan dan mengeksploitasi kaum proletar. Marx menganggap keuntungan satu pihak adalah kerugian pihak lain. Marx menganggap pemilik usaha akan selalu berusaha mempengaruhi pemerintah supaya pemerintah membela kepentingan mereka sehingga martabat dan hak-hak para pekerja menjadi hilang.

Selain itu, Marx menganggap agama adalah “candu bagi massa,” yang banyak digunakan untuk memanipulasi kelas pekerja. Kaum proletar dijanjikan imbalan di surga pada satu hari nanti, jika mereka tetap bekerja dengan rajin di mana Allah telah menempatkan mereka (tunduk kepada kaum borjuis).

Dalam bayangan Marx mengenai dunia utopia, orang-orang memiliki segalanya bersama-sama. Semua bekerja untuk kebaikan bersama. Tujuan Marx adalah untuk mengakhiri kepemilikan properti pribadi, melalui kepemilikan negara atas semua sarana produksi ekonomi. Setelah milik pribadi dihapuskan, Marx merasa bahwa harga diri seseorang akan ditinggikan. Dinding yang dibangun oleh kapitalisme antara pemilik dan kelas pekerja akan hancur. Semua orang akan menghargai satu sama lain dan bekerja sama untuk tujuan bersama.

Setidaknya ada empat kesalahan dalam pemikiran Marx. Pertama, pernyataannya bahwa keuntungan seseorang berasal dari kerugian orang lain adalah sebuah mitos. Struktur kapitalisme menyediakan banyak ruang bagi semua orang untuk meningkatkan standar hidup mereka melalui inovasi dan kompetisi. Kapitalisme membuka peluang yang sangat besar bagi beberapa pihak agar dapat bersaing dan berkarya dengan baik di pasar konsumen yang menginginkan barang dan jasa mereka.

Kedua, Marx juga salah dalam pemikirannya kalau nilai suatu produk didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang berperan di dalamnya. Kualitas barang atau jasa tidak bisa ditentukan oleh jumlah usaha yang dicurahkan oleh pekerja. Misalnya, seorang tukang kayu yang sudah ahli bisa membuat perabot lebih cepat dan indah dari seorang tukang yang tidak ahli. Karena itu, karyanya akan dihargai jauh lebih tinggi (dan memang benar terjadi) dalam sistem ekonomi sejenis kapitalisme.

Ketiga, teori Marx memerlukan pemerintahan yang bebas dari korupsi dan meniadakan kemungkinan elitisme dalam jajarannya. Jika sejarah telah menunjukkan segalanya, maka sejarah telah menunjukkan bahwa kekuasaan itu semakin merusak manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Kekuasaan mutlak itu benar-benar merusak.

Sebuah bangsa atau pemerintah bisa saja membunuh gagasan tentang Allah, tapi seseorang pasti akan mengambil alih peran sebagai Allah. Seseorang itu biasanya adalah individu atau kelompok yang mulai memerintah para penduduk. Ia akan berusaha untuk mempertahankan posisi istimewa mereka dengan segala cara.

Keempat, dan yang paling penting, Marx melakukan kesalahan dengan berpikir bahwa identitas seseorang ditentukan oleh pekerjaan yang dia lakukan. Meskipun masyarakat sekuler memaksakan keyakinan ini hampir kepada semua orang, Alkitab mengatakan bahwa semua orang memiliki nilai yang sama, mengingat semua manusia diciptakan menurut gambar dari Allah yang kekal. Di situlah nilai manusia yang hakiki dan yang sebenarnya berada.

Apakah pemikiran Marx mengandung kebenaran? Apakah ekonomi merupakan katalis yang mengarahkan sejarah manusia? Tidak, yang mengarahkan sejarah manusia adalah Pencipta alam semesta yang mengendalikan segala sesuatu, termasuk munculnya dan jatuhnya setiap bangsa. Selain itu, Allah juga memiliki kendali atas siapa saja yang berkuasa di setiap bangsa, seperti yang dikatakan oleh Alkitab, “bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu” (Dan 4:17).

Allah sendirilah yang memberikan seseorang keterampilan dalam pekerjaannya. Termasuk kekayaan yang berasal dari pekerjaan tersebut. Bukan pemerintah yang melakukan itu. “Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya. Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya–juga itupun karunia Allah” (Pkh 5:18-19). (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: AlkitabKarl MarxPancasilaSosialisSosialisme
Previous Post

Mazmur 128

Next Post

Haruskah orang Kristen mempromosikan perdamaian dunia?

Next Post
Kanon Alkitab

Haruskah orang Kristen mempromosikan perdamaian dunia?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id