Diakonia.id – Kita semua rentan terhadap rasa kecewa dan tertolak, terutama ketika seseorang putus dari sebuah hubungan. Namun, sebagai orang-percaya yang telah dilahirkan kembali, kita tahu kalau Firman Allah sanggup memberikan penghiburan dan kejelasan pada setiap situasi. Dengan adanya penolakan dari satu orang bukan berarti bahwa kita tidak layak dikasihi. Jangan ijinkan penolakan tersebut mengendalikan perasaan kita, ataupun sampai mempengaruhi konsep diri kita. Kita bisa memilih untuk mengabaikan penolakan ini, didasari sesuatu yang bersifat kekal.
Apakah itu? Bagi orang-percaya, itu adalah posisi kita di dalam Kristus. Ketika kita dilahirkan kembali, kita diterima di Kerajaan Allah. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” (Ef 1:3-6).
Meskipun kita tidak layak atau tidak mampu untuk meraih posisi ini dengan usaha kita sendiri (Ef 2:8-9), Tuhan Yesus Kristus telah memberkati kita dengan segala berkat rohani dan telah membuat kita diterima di dalam Dia. Penerimaan ini merupakan anugerah kasih karunia-Nya. Hal ini melampaui setiap dan seluruh perasaan yang mungkin kita miliki, karena perasaan yang kita miliki saat ini tidak didasarkan pada realitas Firman Allah. Ketika kita menerima dan menerapkan kebenaran ini dengan iman, maka kebenaran ini menjadi kenyataan dalam hati dan hidup kita.
Menjalani hidup ini dengan menuruti perasaan kita akan terasa begitu menyakitkan. Kita akan terluka dan kecewa, karena kita hidup di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Bagaimana kita bereaksi terhadap rasa sakit hati dan kecewa dapat menjadikan kita bertumbuh lebih kuat dalam perjalanan iman kita dengan Allah, atau malah membuat kita berjalan tertatih-tatih dengan penuh luka batin. Itu menjadi pilihan bagi kita.
Allah memampukan kita untuk menghadapi kekecewaan dalam hidup ini. Iaa berjanji kalau pemeliharaan-Nya selalu tersedia bagi kita. Kasih karunia dan penghiburan akan diberikan ketika kita bersandar kepada-Nya. Setiap anak Allah yang dilahirkan kembali memiliki seluruh pemeliharaan dan berkat-berkat di dalam Kristus. Tapi, kita harus memilih untuk menggunakannya. Ibarat seseorang memiliki uang Rp 10 milyar di bank, tapi malah mati kelaparan karena memilih tidak menggunakan uang itu untuk membeli makanan.
Sebagai orang-percaya, konsep diri kita tidak ditentukan oleh kegagalan masa lalu, kekecewaan, ataupun penolakan dari orang lain. Kita ditentukan sebagai anak-anak Allah, dilahirkan kembali untuk hidup yang baru, supaya diberkati dengan segala berkat rohani dan diterima di dalam Kristus Yesus. Itulah faktor yang menentukan mengenai siapa diri kita yang sesungguhnya, untuk mengalami hidup yang berkemenangan.
Kita bisa saja memilih berjalan mengandalkan kekuatan kita sendiri, seperti apa yang Rasul Paulus nyatakan sebagai “kedagingan,” atau kita bisa memilih berjalan dalam kuasa Roh Kudus. Inilah pilihan yang tersedia bagi setiap orang-percaya. Allah telah memperlengkapi kita dengan perlengkapan senjata Allah (Ef 6:11-18). Tapi, kita yang harus memilih apakah mau mengenakannya dengan iman.
Oleh karena itu, jika Saudara sungguh-sungguh adalah anak Allah, Saudara mungkin akan mengalami kekecewaan dalam hidup ini. Tetapi, sebagai seorang anak Raja, penolakan ini hanyalah masalah kecil. Saudara dapat memilih untuk menerima warisan sebagai anak Allah, sehingga bisa tetap bergerak maju dalam kasih karunia. Mengampuni orang lain dan diri sendiri adalah karunia yang dapat Saudara berikan karena karunia pengampunan itulah yang telah diberikan kepada Saudara oleh Tuhan Yesus Kristus (Ef 4:32).
. (gotquestions)