• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Umum

Bahaya Efek Domino Serangan di Mabes Polri

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
1 April 2021
in Umum
0
Bahaya Efek Domino Serangan di Mabes Polri
61
SHARES
322
VIEWS


Diakonia.id – Penembakan di Mabes Polri, Jakarta, oleh ZA (25) dinilai memiliki pola serangan yang biasa dilakukan pengikut Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kuncinya, serangan sporadis, tanpa komando. Ini dianggap berbahaya lantaran bisa ditiru siapapun tanpa terlacak sebelumnya. 

Diketahui, ZA melakukan penembakan di Mabes Polri setelah melewati penjagaan petugas yang renggang. Ia menodongkan sepucuk senjata yang ia bawa ke arah petugas. Aksi saling tembak tak terhindarkan. Ia pun tewas dengan tembakan di jantung.

Aksi teror di Mabes Polri yang terjadi, Rabu (31/3), itu hanya berselang tiga hari sejak aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3).

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib menduga aksi semacam ini memicu efek domino alias menginspirasi pengikut jaringan teroris lain melakukan serangan serupa.

“Ini yang wanita aja berani, masa laki-laki cuma rebahan. Ini makanya harus hati-hati, aksi ini menjadi inspirasi bagi aksi-aksi yang lain,” kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/3) malam.

Habib menyebut pola serangan sporadis, tak terstruktur, tanpa rencana matang, serta beberapa kali melibatkan perempuan seperti itu memang menjadi pola serangan yang digunakan kelompok JAD. Kata dia, aksi tersebut dilakukan tanpa komando dan tidak bergantung pada pemimpin.

Kasus lainnya ialah serangan dua perempuan menyerang Mako Brimob, Depok, 2018; dan bom bunuh diri oleh satu keluarga di Surabaya di tahun yang sama.

Pola serangan itu, katanya, berbeda dengan aksi-aksi teror asal 2000-an yang dilakukan oleh Jemaah Islamiyah (JI).

Dalam beberapa kasus, JI melakukan serangan mereka dengan terstruktur dan memberi korban jiwa lebih banyak. Misalnya, dalam serangan Bom Bali I (2002), Bom JW Marriot (2003), Bom Bali II (2005), hingga Bom Ritz Carlton (2009).

Dibanding sejumlah aksi teror tersebut, pola serangan JAD bak frenchise atau bisa dilakukan siapapun tanpa memerlukan izin dari pimpinan.

“Enggak perlu ada fatwa pimpinan. Pokoknya siapa pun dari anggota yang meyakini ideologi ini kalau melakukan aksi ijtihadiyah, bunuh diri, dipersilakan siapapun yang ready,” katanya.

Sebab, Habib menyebut para pengikut JAD memiliki keyakinan yang sama bahwa aksi tersebut adalah ibadah amaliyah yang akan membawa pelakunya ke surga meski tak terikat struktur organisasi.

“Jadi pengendalian jaringannya bisa saja terputus-putus. Maksudnya setiap sel bahkan tidak saling mengenal. Tapi sama-sama dalam satu pemahaman ideologi yg sama,” kata dia.

Ideologi ini, kata dia, bisa didapatkan lewat sejumlah ceramah pemimpin JAD sendiri, Aman Abdurrahman, yang saat ini hanya tinggal menunggu eksekusi mati, yang masih dapat diakses lewat internet secara bebas.

Walhasil, menurutnya, pola serangan tersebut justru lebih berbahaya karena akan memotivasi sesama anggota yang lain untuk melakukan hal serupa.

“Apalagi ini wanita. Wanita bisa menginsipirasi laki-laki. Mereka pasti malu. Laki-laki, teroris maksud saya. Mereka pasti malu lah,” ucapnya.

Bukan Lonewolf

Habib mencurigai ZA bukan merupakan lonewolf atau teroris tunggal tanpa jaringan. Menurut dia, serangan teror oleh anggota JAD kerap dilakukan secara bersama-sama, minimal dua sampai tiga orang. Setidaknya, dalam hal pengajaran teknik terornya.

Pihaknya pun menunggu penyelidikan polisi terkait kemungkinan ada pelaku lain dalam serangan terakhir di Mabes Polri itu.

“Kalau lonewolf, itu kalau sama sekali dia enggak punya jaringan. Kalau saya sih menduga ini ada temennya, entah dua, tiga orang. Tapi saya melihat dia enggak mungkin belajar sendiri,” katanya.

Sebelumnya, Kapolri Listyo Sigit menyebut ZA merupakan pelaku tunggal alias lonewolf. Kepolisian juga menyita surat wasiat dari rumahnya di Ciracas, Jakarta Timur.
(thr/arh)

Join @idDiakonia on Telegram
Source: CNN
Tags: JADJemaah IslamiyahTerorisme
Previous Post

Cerita Eks JAD Dicekoki Berita Kondisi Muslim di Timur Tengah

Next Post

Kapolri pastikan keamanan Malam Jumat Agung

Next Post
Kapolri pastikan keamanan Malam Jumat Agung

Kapolri pastikan keamanan Malam Jumat Agung

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id