Diakonia.id –
Apakah engkau ingin rumah bagi jiwamu? Apakah engkau bertanya, “Berapa harganya?” Lebih murah daripada apa yang rela dibayar oleh kodrat manusia yang congkak. Tidak perlu uang dan tidak ada bandrolnya. Ah! engkau mau bayar dengan harga yang terhormat! Engkau ingin berbuat sesuatu untuk memperoleh Kristus? Kalau begitu, rumah itu tidak kaudapat, karena rumah itu “tidak ada bandrolnya.” Maukah engkau mendapatkan rumah Tuanku itu untuk selama-lamanya, tanpa harus membayar apa-apa, kecuali biaya sewa tanahnya saja yaitu mengasihi dan melayani Dia selamanya? Sudikah engkau mengambil Yesus dan “berada di dalam-Nya?” Lihatlah, rumah ini lengkap dengan segala perkakas yang engkau butuhkan, penuh dengan kekayaan, lebih daripada yang bisa kaugunakan sepanjang hidupmu. Di sini engkau bisa bersekutu dengan intim bersama Kristus dan merayakan kasih-Nya; di sini meja dengan makanan yang lengkap untuk engkau hidup selama-lamanya; di dalamnya, ketika engkau capek, bisa menemukan peristirahatan bersama Yesus; dan dari sana engkau bisa melihat ke luar dan memandang surga. Maukah rumah itu? Ah! jika engkau tidak sedang punya rumah, engkau akan berkata, “Tentu saja mau; tapi bolehkah aku memilikinya?” Tentu! ini kunci rumahnya — kunci itu adalah “Datang kepada Yesus.” “Tetapi,” katamu, “Aku terlalu lusuh untuk memiliki rumah seperti itu.” Janganlah kuatir, ada banyak pakaian di dalam. Kalau engkau merasa bersalah dan layak untuk dihukum, datanglah; walaupun rumah itu terlalu baik bagimu, Kristus akan membuat dirimu sendiri cukup baik bagi rumah itu. Dia akan mencuci dan membersihkanmu, dan engkau akan bisa bernyanyi, “kita tinggal di dalam Dia.” Hai orang percaya: sungguh, sungguh bahagianya engkau bisa memiliki tempat tinggal seperti itu! Agunglah hak istimewa yang kaumiliki, karena engkau memiliki “gunung batu, tempat berteduh” [Mazmur 71:3] yang di dalamnya engkau selalu aman. Juga dengan “tinggal di dalam Dia,” engkau tidak saja memiliki rumah yang sempurna dan aman terjaga, tetapi juga rumah yang bertahan selama-lamanya. Walaupun dunia akan meleleh seperti mimpi, rumah kita akan tetap ada, bertahan lebih kuat daripada marmer, lebih kokoh daripada granit, dan berada oleh dirinya sendiri seperti Allah, karena rumah itu adalah Allah sendiri — “Kita tinggal di dalam Allah.”
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.