Diakonia.id – Pelayanan kasih terdiri dari atau mengandung dua aspek, yakni solidaritas dan penatalayanan.
Solider berarti menjadi sesama bagi orang lain. Menjadi sesama bagi orang yang tersisih, tetapi juga menjadi sesama bagi orang yang mempunyai kedudukan. Menjadi sesama bagi orang yang miskin, tetapi juga menjadi sesama bagi orang yang kaya. Menjadi sesama bagi orang yang lemah, tetapi juga menjadi sesama bagi orang yang berkuasa.
Solidaritas harus disertai dengan visi dan orientasi, sebab kalau tidak, kita akan mudah diombang-ambingkan oleh optimisme yang berlebih-lebihan atau pesimisme yang melumpuhkan, oleh semangat yang memabukkan atau apatisme yang mematikan. Visi dan orientasi itu kita dapatkan dalam terang rencana Tuhan dan kasih Tuhan akan dunia ini. (Lihat kembali Yohanes 3.16. Dengan visi dan orientasi tersebut, pelayanan kita akan terarah kepada suatu realisme yang berpengharapan.
Pelayanan yang dijalankan dalam terang rencana Tuhan itu pada satu pihak akan bebas dari belenggu ilusi yang berlebih-lebihan dan tidak realistis, sebab kita maklum, bahwa selama sejarah manusia berlangsung, keadaan yang benar-benar sempurna tidak dapat diraih. Sebaliknya dalam terang rencana Tuhan itu kita tidak akan pernah berputus asa, sebab kita maklum, bahwa dalam keadaan yang bagaimanapun sulitnya, rencana Tuhan membuka perspektif-perspektif yang baru, yang mengajak manusia untuk melayani.
Perlu pula dicatat, bahwa dalam terang rencana Tuhan dan kasih Tuhan akan isi dunia ini, solidaritas kita haruslah ditujukan kepada kepentingan umat manusia umumnya dan tidak hanya kepada kepentingan sesuatu golongan saja.
Dengan visi dan orientasi tersebut solidaritas kita bukanlah solidaritas yang buta, melainkan solidaritas yang kritis. Fungsi kritis dari Gereja dan orang Kristen tidak pernah boleh ditinggalkan.
Penatalayanan adalah prinsip yang mengakui, bahwa Allah adalah Pemilik segala sesuatu, sedangkan kita hanyalah pengurus rumahNya. “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?” (Lukas 12:42).
Allah telah menciptakan bumi dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, lalu Allah mempercayakan kepada manusia untuk dikerjakan dan dipelihara, supaya semua orang memperoleh bagian dari kebaikan bumi ini dan Allah dimuliakan dalam dan melalui ciptaanNya.
Allah juga memberikan bermacam-macam karunia kepada manusia: kesehatan, akal budi, perasaan estetis, keterampilan, kekayaan dan kekuatan untuk melengkapi manusia, agar manusia dapat menjalankan tugas sebagai pengurus rumah Allah yang setia dan bijaksana. Segala karunia tersebut harus dipergunakan untuk kesejahteraan sosial.
Sayang, manusia cenderung untuk mengingkari hal tersebut di atas. Bumi yang dipercayakan Allah kepadanya, ia rebut bagi dirinya sendiri. Bermacam-macam karunia yang diberikan Allah kepadanya, ia salah gunakan untuk membesarkan dirinya sendiri. Semuanya dianggap. sebagai prestasi pribadi untuk menikmati kemewahan dan kejayaan. Akibatnya segala berkat Allah tersebut berubah menjadi laknat bagi kita.