Diakonia.id – Polisi menyebutkan dua terduga teroris yang ditembak mati Densus 88 Polri di Makassar, Sulawesi Selatan pernah terlibat aksi pengeboman sebuah gereja di Jolo, Filipina pada 2019.
Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Argo Yuwono menjelaskan, dua tersangka diduga kuat terafiliasi dengan dengan kelompok negara Islam (ISIS) sejak 2016.
“Terlibat dalam pengiriman dana kepada pelaku bom bunuh diri di gereja Katedral, Jolo, Filipina,” kata Argo melalui keterangan resmi, Rabu (6/1).
Bukan hanya itu, kata Argo, para tersangka juga turut membantu buronan Andi Baso yang turut beraksi dengan mengebom Gereja Oikumene, Samarinda beberapa tahun lalu.
Berbagai aksi bom itu, diketahui merupakan ulah jaringan teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Argo menjelaskan, kedua tersangka mulai rutin melakukan latihan menembak sejak tahun lalu.
“Mulai bulan Oktober 2020 secara rutin lakukan latihan menembak dan naik gunung (idad),” ucap Argo.
Adapun kedua tersangka itu disebut Argo sempat melawan petugas menggunakan senjata tajam dan senapan angin saat hendak ditangkap.
Dia mengungkap kedua tersangka itu bernama Moh Rizaldy (46) dan Sanjai Ajis (23) warga Kota Makassar.
Sebagai informasi, aksi bom bunuh diri itu terjadi di Gereja Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Sulu, pada 27 Januari 2019.
Penyelidikan kepolisian Filipina menginformasikan ada dua ledakan sejenis yang terjadi pada 27 Januari lalu. Insiden tersebut menewaskan 23 orang yang mayoritas adalah jemaat gereja, serta melukai 102 orang lainnya.
(mjo/psp/cnn)