Diakonia.id – Para pejabat forum komunikasi pimpinan daerah (Forkompimda) bersama para tokoh agama di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menggelar pertemuan imbas tragedi kemanusiaan di Desa Lembotongoa Kabupaten Sigi yang terjadi pada Jumat (27/11)
Pada pertemuan itu Kapolres Poso AKBP Rentrix R. Yusuf mengatakan kegiatan ini dilaksanakan agar tidak terjadi dampak di wilayah Kabupaten Poso, apalagi menghadapi Pilkada Serentak yang masa pemungutan suara digelar serentak 9 Desember 2020.
“Kiranya peran serta para tokoh agama untuk mengimbau dan dapat memberikan kesejukan kepada masyarakat agar tidak terpengaruh dengan kejadian yang terjadi di wilayah Sigi,” ujar Kapolres Poso AKBP Rentrix R Yusuf bicara hasil pertemuan Forkompimda Poso yang berlangsung pada Sabtu (28/10) seperti dikutip dari Antara.
Pertemuan unsur Forkompimda dan para tokoh agama di Poso itu juga menyepakati lima poin pernyataan sikap bersama antara lain pemerintah daerah bersama Forkopimda dan seluruh tokoh agama di Poso mengutuk keras tindakan yang tidak berperikemanusiaan yang terjadi di Sigi.
Untuk diketahui, telah terjadi aksi pembunuhan yang diduga dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di kawasan Sigi pada Jumat lalu.
Dalam tragedi kemanusiaan tersebut, kelompok pelaku membantai satu keluarga di Desa Lembontonga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Bukan hanya itu, para pelaku pun membakar tujuh rumah warga. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyatakan salah satu rumah yang dibakar itu adalah ang menjadi tempat ibadah bagi warga Nasrani di sana.
Tanggapan-tanggapan mengecam pun datang dari sejumlah kalangan di Indonesia, termasuk dari ormas-ormas keagamaan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyebut pelaku pembantaian empat orang di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, sebagai ‘pencoleng’ karena berperilaku biadab dengan mengatasnamakan agama.
“Pelaku pembantaian pembunuhan di Sigi itu pencoleng agama. Perilakunya biadab dengan mengatasnamakan agama,” ujar Yaqut saat memimpin Apel Kebangsaan Virtual Ansor di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Minggu (29/11).
Yaqut pun mendesak aparat untuk menindak tegas pelaku ‘pencoleng agama’ di Sigi tersebut. Bahkan, Yaqut memberikan peringatan kepada kelompok-kelompok kecil ‘pencoleng agama’ untuk tidak lagi ‘bermain’ di tanah air. Pasalnya, Ansor akan setia dan ikut membantu Polri-TNI dalam menindak kelompok perusuh yang kerap mengatasnamakan agama.
“Hentikan perilaku kalian atau akan berhadapan dengan Ansor-Banser. Kami, Ansor-Banser siap bersama TNI/Polri mengadang mereka,” tegas Yaqut.
Terkait insiden di Sigi, Yaqut menyatakan GP Ansor mengerahkan anggotanya untuk melakukan deteksi dini di seluruh wilayah daerah di Indonesia dimana kelompok pencoleng agama tersebut biasanya ditandai dengan sikap intoleransi dalam kehidupan masyarakat.
Terpisah, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengecam keras dugaan aksi teror di Kabupaten Sigi.
JK berharap pemerintah mengerahkan berbagai upaya dalam memerangi aksi terorisme di seluruh wilayah Indonesia. Wapres RI ke-10 dan ke-12 itu juga mendukung upaya Kepolisian RI (Polri) dalam menumpas jaringan kegiatan radikal dan teror di Poso.
“Saya berharap aparat mengerahkan segala upaya dalam menumpas gerakan teror sampai ke akar-akarnya, agar mereka tidak berkeliaran lagi di Poso. Demikian pula akar teror di wilayah lainnya di Indonesia ini,” tegas JK seperti dikutip dari Antara.
JK mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan aksi teror tanpa rasa rakut, karena terorisme merupakan musuh bersama.
Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) gabungan TNI-Polri Operasi Tinombala memburu kelompok sipil bersenjata MIT yang diduga melakukan teror pembunuhan kepada masyarakat di Desa Lembantongoa tersebut.
(Antara, dmr/kid)