Diakonia.id – Dua aksi terorisme kembali terjadi dalam rentang waktu berdekatan, yakni di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri. Selain para pelaku terduga teroris yang tewas di tempat, beruntungnya tidak ada korban jiwa lain dalam dua peristiwa tersebut.
Aksi teror pertama adalah bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3). Aksi itu dilakukan oleh pasangan suami istri berinisial L dan YSF. Aksi teror kedua berupa penembakan dilakukan oleh ZA di Mabes Polri, Rabu (31/3).
Di hari yang sama usai insiden, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) dilaporkan telah meringkus 13 orang terduga teroris. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merinci lima terduga teroris diringkus di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), empat orang di Condet, Jakarta Timur dan Kabupaten Bekasi, serta empat orang di Sulawesi Selatan.
Terduga teroris di Jakarta dan Bekasi dilaporkan menggunakan kode takjil untuk mengistilahkan bahan peledak. Polisi pun menyita beberapa kilogram bahan peledak aktif yang sudah dirakit oleh para tersangka di Jakarta dan Bekasi.
Dalam penggeledahan di Jakarta dan Kabupaten Bekasi, polisi menemukan sejumlah barang bukti berupa atribut baju dan buku berlogo ormas Front Pembela Islam (FPI). Namun, belum ada kepastian apakah terduga teroris yang diringkus tersebut memiliki keterkaitan dengan FPI.
Kemudian, Densus 88 Antiteror meringkus dua terduga teroris di Mangga Dua, Jakarta Utara, dan di Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan. Penangkapan itu merupakan bagian rangkaian penangkapan empat terduga teroris yang ditangkap di wilayah Jakarta dan Kabupaten Bekasi pada Senin (29/3).
Di tempat terpisah, Densus 88 Antiteror bersama Polres Sukabumi menggeledah rumah terduga teroris di Kampung Limbangan, Desa Cibodas, Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (29/3).
Di Makassar, Densus 88 Antiteror kembali menangkap tiga tersangka terorisme yang terlibat dalam aksi bom bunuh diri do Gereja Katedral, Makassar. Minggu (28/3).
Seorang perempuan terduga teroris berinisial MM disebut berperan sebagai pihak yang turut memberi motivasi kepada pelaku agar melakukan jihad. Dalam hal ini, tersangka mengetahui sudah mengetahui perencanaan oleh pelaku bom bunuh diri L dan YSF tersebut.
Hasil penyelidikan para tersangka yang ditangkap merupakan bagian dari jaringan Jamaah JAD. Mereka tergabung dalam bagian kelompok teroris yang ditangkap pada 6 Januari 2021 di Makassar.
Mirisnya, hasil penyelidikan juga menyebut terduga teroris YSF atau Dewi yang melakukan aksi bom bunuh diri bersama suaminya diketahui tengah hamil empat bulan saat melakukan aksinya.
Selanjutnya, Densus 88 Antiteror menangkap seorang terduga teroris di Dusun Ngipik, Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pada Selasa (30/3). Pria berinisial NM itu dibekuk bersama istrinya, MB, saat perjalanan keluar rumah.
Densus 88 Antiteror mendapati dua pucuk senjata api pistol, berikut delapan butir peluru aktif, satu selongsong, sebilah pisau komando serta paspor di kediaman NM.
Di hari yang sama Densus 88 Antiteror menangkap dua terduga teroris di Tulungagung dan Nganjuk, Jawa Timur, yang disebut berkaitan dengan pelaku teror di Makassar. Dalam penangkapan itu, aparat mengamankan beberapa barang bukti, misalnya dua pucuk senpi rakitan.
Kedua terduga teroris tersebut merupakan jaringan radikal JAD dan terkait dengan pelaku bom di Makassar. Keduanya juga terindikasi berencana melakukan aksi teror atau amaliyah di wilayah Jatim.
Sementara di Makassar, Densus 88 Antiteror juga menangkap satu orang terduga teroris berinisial I (40) yang terlibat dalam aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar pada Minggu (28/3). Terduga teroris itu merupakan bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang turut bergabung dalam kelompok Villa Mutiara, Makassar.
Masih terkait dengan aksi teror di Makassar, Densus 88 juga menangkap tiga orang saat menggerebek sebuah rumah di Perumahan Sanggar Indah, Kampung Nagrak, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Rabu (31/3). Aparat menyita senjata tajam seperti samurai dan golok, ketapel, kartu identitas, dan baju.
Selain itu, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengklaim telah menangkap tersangka terorisme berinisial W yang diduga merupakan otak dari bom bunuh diri oleh pasangan suami istri di depan Gereja Katedral, Makassar.
Pada Kamis (1/4), Densus 88 Antiteror mengklaim telah menangkap 32 terduga teroris pasca serangkaian aksi teror mulai dari bom Makassar hingga penyerangan Mabes Polri.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Rusdi Hartono mengatakan, 18 dari 32 orang yang ditangkap terkait dengan aksi bom bunuh diri di Makassar.
Densus 88 Antoteror juga sempat dilaporkan mengamankan seorang terduga teroris di Surabaya dan menyita sejumlah barang bukti seperti kotak amal dan buku tentang jihad. Terduga yang diamankan berinisial S, warga Simorejo Sari A, RT 04 RW 06, Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya. S (41) merupakan anggota Jemaah Islamiyah (JI).
Densus juga menangkap sejumlah terduga teroris di Yogyakarta dan Tuban pada Jumat (2/4). Seorang terduga teroris berinisial R-H alias A-O (42) yang diamankan di Tuban, merupakan bagian dari JAD.
Polisi juga menyita barang bukti berupa anak panah dan busurnya, buku, serta senapan angin di terduga berinisial W yang diringkus di Bantul, Yogyakarta.
Terkait teror di Mabes Polri, Densus 88 Antiteror Polri meringkus orang yang menjual senjata kepada ZA, pelaku penyerangan Mabes Polri. Dari informasi yang dihimpun, penjual senjata kepada ZA itu adalah MK alias IH. Ia ditangkap di Banda Aceh pada Kamis (1/4).
Terakhir, Densus 88 Antoteror mengamankan tiga orang warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada Jumat (2/4). Polisi juga telah melakukan penggeledahan di kediaman para terduga. Belum ada keterangan lebih lanjut terkait dengan kegiatan tersebut.
(panji/ard)