Diakonia.id – Pernah dengar istilah itu?
“Anda tidak bisa memoles kotoran”
Gambaran memoles kotoran (pup) selain menggelikan, juga menjijikkan!
Tapi sedihnya, ada situasi dimana istilah ini terjadi.
Hal ini terjadi terutama dalam bagaimana banyak pemimpin menjalankan gereja mereka.
Saya berkesempatan mengunjungi ratusan gereja dalam 2 tahun belakangan ini.
Saya temukan banyak pastor/pendeta yang tahu tentang pesan kasih karunia yang radikal.
Mereka tahu bahwa kasih karunia yang diajarkan perjanjian baru adalah satu-satunya jawaban untuk masalah dosa.
Tapi mereka ketakutan ibarat orang meletakkan telur di keranjang.
Banyak yang berpikir mengkhotbahkan kemerdekaan adalah hal yang menakutkan.
KENAPA?
Karena mereka pikir jika pesan kasih karunia disampaikan, orang akan mulai hidup dalam dosa.
Banyak sekali pastor/pendeta yang pernah ‘mencicipi’ pesan kasih karunia kemudian melihat beberapa orang hidup dalam dosa, langsung membanting pintu terhadap pesan ini.
Pesan berisi hukum Taurat, diperciki sedikit kasih karunia, menurut pendapat mereka lebih dapat diandalkan untuk menciptakan gereja yang lebih ‘bersih’.
Tapi pesan kemerdekaan tidak menyebabkan orang berdosa.
Pesan berisi hukum-lah yang menyebabkan orang berdosa.
Roma 5:20 katakan “Tujuan pemberian Taurat adalah untuk membuat dosa bertambah banyak”.
Roma 7:13 “supaya oleh perintah itu (Taurat), dosa semakin nyata sebagai dosa”.
1 Korintus 15:56 “kekuatan/kuasa dosa adalah Taurat”.
ORANG TIDAK MULAI BERDOSA KARENA MENDENGAR PESAN KASIH KARUNIA.
KASIH KARUNIA HANYA MENUNJUKKAN DOSA YANG TELAH ADA DISANA SEBELUMNYA.
Mungkin selama ini dosa itu tak terlihat, tapi sudah lama berdiam dalam hati.
APA YANG YESUS KATAKAN
Yesus menyoroti masalah ini saat Ia berkhotbah di Bukit Zaitun.
Ia menantang pendengarnya dengan berkata “Kalian pikir kalian aman-aman saja selama tidak berzinah, tapi sebenarnya dengan memandang penuh nafsu pada seorang wanita saja kalian sebenarnya sudah berzinah”
“Kalian pikir kalian hebat karena tidak pernah membunuh seseorang. Tau tidak? Dengan membenci saudaramu, sebenarnya kalian sudah jadi seorang pembunuh”.
Yesus menunjukkan Taurat menunjukkan dosa tapi tidak berurusan dengan ‘yang di dalam’.
Masalahnya tetap disitu, tetap jadi masalah, ada manifestasi luarnya atau tidak.
TIMBUL PERTANYAAN..
Kepada para pemimpin, saya sering bertanya : Mana yang anda pilih?
▪ Gereja yang tampak mulus dan licin di luar tapi membusuk di dalam.
▪ Gereja yang jemaatnya tampak sukacita di Minggu pagi, tapi menyembunyikan rahasia gelap yang tak ingin diketahui siapapun.
▪ Gereja yang jemaatnya bicara tentang kasih dan kehormatan, tapi menyimpan kebencian dan nafsu dalam hati.
▪ Yang terburuk : Gereja dimana jemaatnya harus menghadapi sendiri semua hal ini, karena para pemimpinnya tidak mau tahu!
Atau
▪ Gereja yang tampak ‘berantakan’ dimana masih ada orang yang berdosa dan bikin salah
▪ Tapi mereka jujur apa adanya
▪ Gereja yang jemaatnya terbuka mengenai kegagalan mereka dan dalam perjalanan kasih karunia dimana kasih karunia itu mengubah mereka dari dalam keluar
▪ Gereja yang pemimpinnya berada disamping mereka saat mereka butuh pertolongan.
MANA YANG ANDA PILIH?
Kebenarannya adalah, karena takut akan konsekuensi memiliki gereja yang berantakan, terlalu banyak pastor/ pendeta memilih pilihan pertama.
Banyak alasan yang mendasari pilihan ini.
Ada yang secara tulus merasa inilah pilihan terbaik bagi gerejanya.
Tapi banyak yang lain, yang sudah tahu kebenaran kasih karunia, tidak mau kehilangan muka memiliki gereja yang berantakan.
Tapi pada dasarnya adalah ini :
Banyak orang tidak percaya apa yang Yesus bilang -bahwa dosa dalam hati sama buruknya dengan dosa dalam perbuatan.
Banyak pemimpin lebih suka jemaatnya memiliki hati penuh nafsu dosa, asal tidak dilakukan sehingga mereka tak perlu menanganinya.
KEMBALI KE ‘PUP’
Paulus menulis dalam suratnya kepada jemaat Filipi, “Kuanggap semua keuntungan dari hukum Taurat itu sampah”.
Maksud Paulus : sampah, kotoran,.. ya benar, pup; (maaf) eek, tahi, berak.
ANDA PUNYA DUA PILIHAN
Para pemimpin, ada dua pilihan di hadapan anda :
Kita bisa berpura-pura bahwa jemaat kita adalah orang Kristen dan tetap menjajakan Taurat dengan menganggap Yesus tak lebih dari sekedar tambalan pada ajaran Yudaisme.
Atau
Kita bisa menerima Injil kasih karunia dan melangkah dalam apa yang Kristus rencanakan bagi gerejaNya.
Silakan pilih..
Akankah kita berdiri dalam apa yang Injil ajarkan dan menerima segala hal berantakan yang datang saat orang-orang tampil apa adanya di hadapan Tuhan?
Atau akankah kita terus berpura-pura bahwa gereja kita penuh dengan orang-orang sempurna tapi di belakang layar mereka sedang terhanyut dalam dosa?
Akankah kita terus memoles kotoran itu?
[Phil Drysdale : Is Your Pastor Polishing a Turd; 18 August 2014)
http://www.phildrysdale.com/2014/08/pastor-polishing-a-turd/
*) Diterjemahkan oleh Mona Yayaschka/dailygracia