• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Keluarga & Relasi

Hubungan seks pranikah – mengapa umat Kristen begitu anti terhadapnya?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
2 July 2022
in Keluarga & Relasi
0
59
SHARES
308
VIEWS


Diakonia.id – Hubungan seks pranikah mencakup segala tindakan seksual yang dilakukan sebelum menikah secara sah. Ada berbagai alasan mengapa Alkitab dan keKristenan yang tradisional menentangnya. Allah menciptakan hubungan seks untuk dinikmati di dalam hubungan nikah yang berkomitmen seumur hidup antara satu pria dan satu wanita. Jika kita mencabut seks dari konteksnya maka kita sedang menyimpangkan penggunaannya dan mengurangi kenikmatannya. Hubungan seksual melibatkan keintiman yang tidak dapat dialami oleh hubungan manusiawi lainnya. Ketika Allah mempersatukan Adam dan Hawa di dalam pernikahan, Ia menetapkan aspek “satu daging” dalam hubungan mereka. Kejadian 2:24 mengajar bahwa seorang pria akan meninggalkan keluarganya, bersatu dengan istrinya, dan menjadi “satu daging” dengannya.

Ide ini diteruskan di dalam Perjanjian Baru; kita melihatnya dalam ucapan Yesus yang direkam dalam Matius 19:5 dan Markus 10:7. Paulus menjelaskan ide ini dalam 1 Korintus 6:12-20, dalam kaitannya dengan ketuhanan Allah atas tubuh dan jiwa kita. Ia mengajar jika seorang pria berhubungan seks dengan pelacur, maka mereka telah menjadi “satu tubuh” (ayat 16). Cukup jelas bahwa hubungan seksual bersifat istimewa. Ada sebuah kerentanan yang dialami dalam hubungan seks yang hanya boleh dibagikan dalam persatuan yang berkomitmen dan saling mempercayai.

Pada umumnya ada dua alasan yang diberikan sebagai pembenaran terhadap seks pranikah. Pertama, “kita saling mengasihi dan berkomitmen, namun kita tidak ingin menundanya sampai pernikahan,” dan kedua “seks bebas.” Yang pertama seringkali dibela dengan alasan bahwa pasangan itu pasti akan menikah, sehingga tidak salah jika mereka mulai menikmatinya sekarang. Akan tetapi, alasan ini menunjukkan adanya ketidaksabaran dan tidak menghargai diri sendiri atau pasangannya. Keistimewaan seks dicabut dari susunannya yang sah, sehingga bahkan ide tentang adanya susunan tersebut akan ikut tergerus. Jika kita menerima perilaku ini, maka tidak lama kemudian kita akan beranggapan bahwa seks di luar nikah juga diperbolehkan. Berpantangan seks sebelum nikah seolah-olah memberitahu calon pasangan nikah kita bahwa mereka layak menerima kesucian kita; dan hubungan maupun komitmen pada hubungan tersebut akan diperkuat.

Seks bebas merajalela pada jaman ini. Kenyataannya, tidak ada “kebebasan” dalam hubungan seks, karena keintiman yang terlibat dalam hubungan seks amat sangat dalam. Mungkin konsep ini lebih mudah ditangkap dalam bentuk kiasan. Jika kita menempelkan sesuatu kepada barang yang lain dengan lem, keduanya akan menempel. Jika kita mencabutnya, ada sedikit sisa lem yang tertinggal; semakin lama menempel, semakin banyak sisa yang tertinggal. Jika kita mengambil obyek yang kita lem dan kita tempelkan berulang kali pada barang yang lain, maka akan ada sisa yang tertinggal dimana-mana, dan pada akhirnya lem itu kehilangan daya tempelnya. Inilah yang terjadi ketika kita terlibat dalam seks “bebas”. Setiap kali kita meninggalkan hubungan yang telah menjadi seksual, kita meninggalkan “sisa” diri kita. Semakin lama hubungan itu berlangsung, semakin banyak “sisa” yang kita tinggalkan, dan semakin banyak diri kita yang tertinggal. Ketika kita beralih pada pasangan baru, kita semakin kehilangan diri kita, dan pada akhirnya kita tidak lagi mampu menjalin hubungan seks yang mampu bertahan. Hubungan seks begitu kuat dan begitu intim sehingga kita tidak mungkin menjalaninya dengan santai, meskipun kelihatannya begitu saja.

Lantas, apakah ada harapan bagi yang sudah terlanjur? Ketika seorang Kristen terlibat dalam hubungan seks pranikah, atau seseorang sudah kehilangan keperawanan/keperjakaan mereka sebelum mengenal Kristus, Roh Kudus akan menuduh akan dosa tersebut, dan akan ada rasa bersalah yang dirasakan. Akan tetapi kita perlu mengingat bahwa tidak ada dosa yang tidak mampu dibersihkan oleh darah Yesus. Jika kita mengaku, maka Ia tidak hanya mengampuni, Ia bahkan akan membersihkan kita dari “segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Selebihnya, selain pengampunan (yang begitu luar biasa), Allah juga memulihkan kita. Di dalam Yoel 2:25 Allah memberitahui Israel bahwa Ia akan mengembalikan semua yang telah dimakan oleh belalang. Walaupun ini bukan janji bagi umat Kristen di jaman ini, hal ini mengajar bahwa sifat Allah memulihkan. Seks pranikah mirip dengan belalang yang memakan harga diri kita dan kelayakan kita untuk diampuni. Namun Allah dapat memulihkan semuanya. Alkitab juga mengajar bahwa, ketika kita datang pada Kristus, kita menjadi ciptaan baru (2 Korintus 5:17), sehingga mereka yang terlanjur terlibat dalam seks pranikah sebelunya telah diciptakan baru oleh Allah sebagai manusia baru; yang lama telah berlalu, yang baru telah datang.

Pada akhirnya, kita tahu bahwa, sebagai orang Kristen, kita terus diperbarui oleh Roh Kudus setiap hari kita berjalan dengan Yesus. Kolose 3:10 mengajar bahwa diri kita yang baru sedang diperbarui setiap hari menurut rupa Sang Pencipta kita. Tidak ada dosa tanpa harapan. Kuasa injil tersedia bagi setiap orang yang mempercayakan pengampunan mereka kepada Yesus. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Relasi
Previous Post

Seberapa pentingkah faktor daya tarik fisik ketika mencari pasangan?

Next Post

Mengapa tinggal bersama sebelum menikah dianggap hidup dalam dosa?

Next Post

Mengapa tinggal bersama sebelum menikah dianggap hidup dalam dosa?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id