Diakonia.id – Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Prof Dr Siti Musdah Mulia menilai pendidikan agama menjadi ruh penguatan karakter bangsa karena di dalamnya mengajarkan nilai-nilai bersosialisasi dan bermasyarakat yang sangat dibutuhkan dalam berbangsa dan bernegara.“Ini agar bagaimana mengedepankan prinsip persaudaraan, prinsip solidaritas, prinsip persatuan dan prinsip menjaga kepentingan bersama. Itu semuanya adalah esensi dari ajaran agama. Karena itu menurut saya, pendidikan agama itu bukan hanya mampu menguatkan rasa kebangsaan, tetapi sudah semestinya agama itu mendorong seseorang untuk mencintai dan menghormati bangsanya,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat.
Menurut Musdah, pendidikan agama tidak bisa dibuang dari kurikulum pendidikan di Tanah Air ini dikarenakan bangsa Indonesia ini sejak awal sudah menyebut sebagai bangsa yang religius.
Kini tinggal bagaimana memperkuat pemahaman agama, agar agama itu bukan hanya pada aspek-aspek simbolistiknya dan legal formalnya saja yang dipelajari, melainkan pada aspek nilai-nilai.
“Oleh karena itu yang perlu ditekankan pada pendidikan agama itu adalah membangun spiritualitas yang ujungnya adalah moralitas,” tutur pendiri Yayasan Mulia Raya.
Menurut dia, pendidikan agama ini sangat penting sekali sepanjang yang diajarkan itu adalah penanaman nilai-nilai moralitas agama bukan hal-hal yang sifatnya simbolistik, baik itu di agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha maupun Konghucu.
Ia mencontohkan, seperti nilai-nilai menghormati orang tua, menghormati sesama manusia termasuk yang berbeda agama dan juga menghormati kelompok disabilitas, termasuk jangan mengambil yang bukan haknya, tidak boleh korupsi atau melakukan pungli.
“Semua itu adalah moralitas. Karena itulah intisari dari pendidikan agama itu agar bisa menjadi manusia yang memanusiakan antar sesama,” tuturnya
Ia tidak bisa membayangkan jika bangsa ini tidak ada pendidikan agama, karena itu bisa menimbulkan kekacauan. Bila tidak ada nilai-nilai yang diajarkan sehingga bukan tidak mungkin semua agama bisa ‘mengamuk’. Apalagi ada satu fase yang tidak bisa dilupakan bahwa seluruh agama tumbuh dan berkembang di Indonesia itu sudah sejak lama.
“Karena itu tidak bisa juga bangsa Indonesia itu mengembangkan pembangunannya tanpa adanya nilai-nilai religiusitas. Tetapi kemudian yang kita inginkan dalam pengembangan nilai-nilai religiusitas itu bukan pada aspek-aspek formal ataupun simbolistiknya yang bisa menyebabkan orang bertengkar juga satu sama lainnya karena saling memperebutkan simbol-simbol tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Musdah juga menyampaikan bahwa harus ditanamkan juga pendidikan dengan mengedepankan rasa hormat atau respek terhadap semua orang. Demikian juga penghormatan kepada hal-hal kebangsaan.
“Karena para pendiri bangsa ini sendiri mengajarkan mencintai tanah air dan bangsa itu adalah bahagian dari keimanan kita. Ini harus selalu diomongin ke anak-anak,” ujarnya.