• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Keluarga & Relasi

Jika pernikahan begitu sulit, apa gunanya menikah?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
17 June 2022
in Keluarga & Relasi
0
60
SHARES
317
VIEWS


Diakonia.id –  “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan…” (Ibrani 13:4). Pernikahan alkitabiah, yang terdiri dari satu pria dan satu wanita dalam komitmen saling mengasihi sepanjang hidup, adalah adat yang ilahi dan harus dihormati. Berbagai mode kekinian akan muncul, dan dunia pun mempunyai anggapan tersendiri, namun rencana Allah bagi pernikahan adalah dasar yang kuat bagi pembangunan masyarakat.

Sayangnya, banyak yang sudah tidak percaya lagi pada lembaga pernikahan. Bahkan dari antara orang yang mengaku Kristen, ada yang mencibir pernikahan sebagai “permainan yang bodoh” yang berakhir dalam kekecewaan. Menurut sudut pandang yang terlanjur kecewa ini, mereka menganggap bahwa komitmen seumur hidup tidaklah cerdas, karena pasangannya kelak akan berubah – tidak ada yang tahu sikap pasangan mereka dalam lima atau dalam dua puluh tahun mendatang. Pasangan mereka bahkan dapat menjadi orang yang sangat berbeda – lantas mengapa kita perlu mengindahkan janji yang diikrarkan pada masa muda kita?

Jika pernikahan hanya dimaksud untuk memuaskan keinginan pribadi seorang pria atau wanita, maka deskripsi pernikahan mungkin dapat dianggap “bodoh.” Namun pernikahan yang ilahi tidak bersifat egois. Janji pernikahan bukanlah komitmen untuk dikasihi seumur hidup. Sebaliknya, ia merupakan janji untuk memberi kasih. Pernikahan adalah komitmen untuk mengasihi seumur hidup. Ialah tekad untuk hidup bagi keuntungan pasangan kita, mendukung, dan mendampingi mereka. Yang ada adalah memberi tanpa kunjung usai, bahkan sampai rela menyerahkan nyawa demi pasangan kita (Efesus 5:25).

Secara lebih mendasar, manusia tidak menciptakan pernikahan. Allah yang menciptakannya. Ketika Allah menciptakan umat manusia dalam bentuk pria dan wanita, dan menempatkan mereka di Taman Eden, Ia menyatukan mereka dalam pernikahan, menurut tujuan-Nya. Salah satu tujuan-Nya yang paling sederhana adalah menghasilkan keturunan atau memperbanyak jumlah orang yang mengemban nama Allah dan mencerminkan rupa-Nya (Kejadian 1:26-28; 2:22-24). Reproduksi seksual merupakan salah satu amanat Allah yang pertama bagi Adam dan Hawa. Pernikahan, lembaga Allah yang pertama dan yang paling sederhana, dimaksudkan menjadi dasar bagi unit keluarga.

Selebihnya, demi memahami dan mencerminkan rupa Allah dengan sempurna, manusia diciptakan dalam bentuk dua jenis kelamin yang berbeda, “pria dan wanita” (Kejadian 1:27). Cerminan sempurna karakter Allah dalam manusia memerlukan kedua jenis kelamin, pria dan wanita. Pernikahan adalah cara dimana kedua jenis kelamin dapat menjalin persatuan yang paling dekat. Ketika pria dan wanita bersatu dalam pernikahan, mereka mencerminkan gambaran antara Kristus dengan gereja (Efesus 5:22-32). Pernikahan lebih besar dari sekedar perasaan romantis, persahabatan, atau hubungan seksual.

Orang percaya menemukan sukacita dalam pernikahan ketika Allah yang membimbing mereka. Tentu ada waktunya “bulan madu” mereka akan berakhir. Memang betul bahwa kedua pasangan akan berbeda dibanding kesan yang diberikan pada waktu sedang berpacaran. Memang betul ada kalanya baik suami maupun istri merasa dikecewakan oleh pasangannya. Manusia memang berubah, dan tidak selalu untuk yang terbaik. Namun ide Allah baik ketika Ia menciptakan pernikahan — “sangat baik,” menutu Kejadian 1:31. Allah sering menggunakan pernikahan sebagai kiasan akan hubungan-Nya dengan umat-Nya (Hosea 2:19-20).

Pernikahan akan mengungkapkan kelemahan pasangan kita. Percobaan dan tantangan akan muncul. Kuatnya janji pernikahan akan diuji. Namun kita hidup dalam iman (2 Korintus 5:7). Pernikahan adalah lembaga Allah bagi manusia. Jika Ia menciptakannya, jika Ia merancangnya untuk memenuhi tujuan-Nya, dan jika Ia berada di dalamnya, maka pernikahan adalah baik. Kita tidak membuang adat pernikahan hanya karena ada orang yang kecewa dengan alasan bayangan mereka tidak terpenuhi. Di dunia ini bukan mereka yang mengambil yang merasa terpenuhi, melainkan mereka yang memberi (Kisah 20:35). Mereka, yang melalui kasih karunia Allah meniru teladan Kristus yang rela berkorban, akan mendapati pernikahan sebagai hal yang baik. Ada harga yang harus dibayar dan harganya memang mahal. Namun, dengan memberi diri kita malah mendapatkan arti kehidupan dalam Kristus.

Semua ini tidak dimaksud menyatakan bahwa setiap orang percaya harus menikah. Allah mengetahui bahwa ada orang tertentu yang sebaiknya tidak menikah, dan adapun situasi dimana pernikahan tidak disarankan. Baca 1 Korintus 7. Seorang yang melajang dapat mengasihi tanpa pamrih dengan cara lain dan tetap mencerminkan karakter Allah. Pernikahan tidak dimaksudkan untuk semua orang, namun perinkahan adalah lembaga ilahi yang harus dihormati.

Kehidupan nikah tidak seharusnya menyedihkan, dan kita dapat menghindari kesedihan jika kita memahami maksud dan tujuan Allah bagi pernikahan serta menaati ajaran-Nya. Pernikahan yang alkitabiah menyediakan kesempatan sepanjang hidup bagi dua orang untuk saling memberkati dalam nama Yesus Kristus. Tuhan kita memberkati pesta pernikahan teman-Nya di Kana (Yohanes 2:1-5), dan Ia masih memberkati persatuan pernikahan pada jaman ini pula. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Relasi
Previous Post

Invasi Rusia Membelah Gereja Ortodoks, Patriark Kirill Jadi Musuh Bersama

Next Post

Russia vs Ukraina: Ngerinya Kuburan Massal di Bucha, yang Ditemukan di Lahan Gereja

Next Post
Russia vs Ukraina: Ngerinya Kuburan Massal di Bucha, yang Ditemukan di Lahan Gereja

Russia vs Ukraina: Ngerinya Kuburan Massal di Bucha, yang Ditemukan di Lahan Gereja

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id