• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Keluarga & Relasi

Kecanduan Smartphone / Media Sosial

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
5 June 2022
in Keluarga & Relasi, Umum
0
Gerakan sosial berbasis media baru bisa redup tapi tak pernah mati: riset dari Ambon
59
SHARES
311
VIEWS


Diakonia.id – Berikut ini disadur dari “Your smartphone is making you stupid, antisocial and unhealthy,” The Globe and Mail, 10 Apr. 2018: “Jika kita telah kehilangan kendali atas hubungan kita dengan smartphone, maka itu memang sesuai dengan desainnya.

Faktanya, model bisnis dari alat-alat ini memang mengharuskan demikian. Karena kebanyakan website dan app yang paling populer tidak memungut bayaran, maka internet ditopang secara finansial oleh banyaknya perhatian manusia. Jadi, semakin lama dan semakin sering kamu menghabiskan waktu menatapi Facebook atau Google, semakin banyak jumlah uang yang bisa mereka tarik dari para pengiklan. Untuk memastikan bahwa mata kita tetap terpatri ke layar kita, yaitu smartphone kita – dan dunia-dunia digital yang tersambung dengannya – para raksasa internet telah menjadi sangat jago dalam meyakinkan, memanggil-manggil kita untuk mengecek mereka lagi dan lagi – dan untuk waktu yang lebih lama dari yang kita maksudkan. Para pemakai rata-rata mengecek telepon mereka sekitar 150 kali sehari, menurut beberapa perkiraan, dan itu sekitar dua kali lebih banyak dari estimasi mereka sendiri, menurut sebuah studi tahun 2015 yang dilakukan oleh psikolog-psikolog Inggris. Jika ditambahkan, maka para pengguna di Amerika Utara menghabiskan antara tiga hingga lima jam sehari menatapi smartphone mereka.

Sebagaimana dinyatakan oleh profesor marketing dari New York University, Adam Alter, itu berarti bahwa dalam rentang waktu kehidupan rata-rata, kebanyakan dari kita akan menghabiskan tujuh tahun terbenam dalam komputer bawaan kita itu. Perusahaan-perusahaan ini telah berhasil meyakinkan kita untuk menyerahkan begitu banyak dari kehidupan kita dengan cara mengeksploitasi beberapa kelemahan manusia. Salah satunya adalah yang disebut NOVELTY BIAS (Bias Barang Baru). Ini berarti bahwa otak kita sungguh terpincut oleh barang-barang baru. … membuat kita tidak bisa tinggal tenang menghadapi notifikasi Facebook dan nada masuknya email. Itulah mengapa app media sosial terus merengek meminta anda untuk menyalakan notifikasi. Mereka tahu bahwa begitu icon-icon tersebut mulai berkedip di lock-screen anda, anda tidak akan mungkin bisa mengabaikannya. Ini juga alasan mengapa Facebook mengganti warna notifikasinya, dari biru tenang ke merah yang menarik perhatian. …

Matt Mayberry, yang bekerja di perusahaan start-up California bernama Dopamine Labs, mengatakan bahwa adalah pengetahuan umum dalam industri bahwa Instagram mengeksploitasi rasa kecanduan ini dengan secara strategis menahan “like” dari pengguna tertentu. Jika app untuk saling berbagi foto tersebut memutuskan bahwa kamu perlu menggunakan pelayanan mereka lebih sering, ia akan hanya menampilkan sepersekian dari “like” yang kamu dapatkan pada post tertentu, awalnya, dengan harapan kamu akan kecewa dengan pendapatan “like” kamu dan mengecek kembali dalam satu atau dua menit ke depan. ‘Mereka menyerang rasa tidak nyaman terbesarmu,’ kata Mr. Mayberr. … Beberapa logika mental dari eksploitasi smartphone sangat jelas, tetapi ada yang tidak begitu jelas.

Prinsip ‘hadiah bervariasi’ masuk dalam kategori kedua ini. Ditemukan oleh psikolog B.F. Skinner dan para pengikutnya dalam serangkaian eksperimen atas tikus dan merpati, prinsip ini memprediksikan bahwa makhluk akan lebih mungkin mencari hadiah jika mereka tidak yakin seberapa sering hadiah itu dbagikan. Merpati, misalnya, ditemukan lebih sering mematuk tombol untuk makanan, jika makanan itu dibagikan secara tidak konsisten daripada jika selalu konsisten waktunya, demikian penjabaran profesor hukum Columbia University, Tim Wu, dalam bukunya baru-baru ini: The Attention Merchants. Jadi begitu juga dengan app media sosial: walaupun empat dari lima post Facebook berisikan hal yang tidak berarti, feed yang me-refresh tanpa henti secara otomatis itu selalu menjanjikan adanya kata-kata bagus, atau gosip hangat, pas di bawah batasan layar, yang dapat diakses dengan melakukan swipe pada gelas kaca.” (wayoflife)

Join @idDiakonia on Telegram
Previous Post

Satu Lagi Keuskupan Roma Katolik Mengajukan Kebangkrutan Karena Pelecehan Anak

Next Post

Apakah agama masih relevan di zaman ini?

Next Post
10 ALASAN MENGAPA AGAMA TAK BAIK BUAT ANDA

Apakah agama masih relevan di zaman ini?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id