Diakonia.id – Kaum Muslim dan Kristen sama-sama berpuasa namun dengan tujuan yang berbeda. Demi menaati salah satu dari Lima Rukun, seorang Muslim wajib berpuasa pada bulan Ramadan. Banyak kaum Muslim yang dengan tulus berusaha memperoleh berkah dan pengampunan saat berpuasa.
Bagi orang-orang Kristen, puasa bukan kewajiban tapi merupakan salah satu bentuk wujud syukur. Dengan tidak makan justru memberi mereka kesempatan untuk menyatakan kepuasan mereka kepada Allah, dan bukannya kepada makanan.
Walaupun puasa tidak menghasilkan upah dari Allah atau bisa memastikan tempat di firdaus, banyak orang Kristen yang berpuasa dengan alasan-alasan berikut ini:
– Menyatakan kepuasan mereka kepada Allah (Lukas 4:4)
– Merendahkan diri di hadapan Allah (Daniel 9:3; 10:12)
– Memohon pertolongan Allah (2 Samuel 12:16; Ester 4:16; Ezra 8:23)
– Mencari kehendak Allah (Kisah 13:2-3)
– Bertobat dari dosa (Yunus 3:5-10; 1 Raja-Raja 21:25-29)
– Menyembah Allah tanpa gangguan (Lukas 2:36-38)
Walaupun Yesus (Isa) mendorong kita untuk berpuasa, Dia tidak pernah menetapkan kapan atau berapa lama seseorang harus berpuasa. Para pemimpin agama pada jaman Isa membanggakan diri bahwa mereka berpuasa dua kali seminggu, namun Yesus mempertanyakan kesungguhan hati mereka. Orang-orang Kristen hanya meneladani contoh dariNya.
Contoh Isa dalam hal puasa
Pada masa awal pelayanan Isa di depan umum, sebelum melakukan mukjizat-mukjizat dan mengajar, Dia berpuasa selama empat puluh hari.
Sesudah itu Iblis mencobai Yesus saat Dia masih lemah karena lapar, “ Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus … Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” (Matius 4:2, 8-11).
Sekalipun Iblis mencobai Yesus untuk berdosa, Yesus tidak jatuh dan tetap sempurna, tidak seperti manusia lain dalam sejarah.
Peringatan Isa mengenai puasa yang sombong
• Jangan berpuasa supaya terlihat suci di hadapan orang lain.
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”” (Matius 6:16-18)
• Jangan berpuasa untuk mendapatkan pengampunan dosa.
(Farisi = seseorang yang menjadi anggota dari sekte Yahudi yang ekstrim)
“Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:11-14)
Yesus mengajarkan bahwa manusia tidak bisa masuk ke firdaus karena berpuasa. Dosa membuat perbuatan baik kita yang paling saleh sekalipun tidak pantas di hadapan Allah.
Isa mengubah puasa (Markus 2:18-22)
Yesus mengajarkan bahwa mengikuti kehendak kudus Allah memberi kepuasan yang lebih besar dari urusan makan. “Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.”
Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:31-34)
Apa itu kehendak dan pekerjaan Allah? “Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”” (Yohanes 6:35-40)
Sama seperti manusia akan mati ketika tidak makan, maka kita juga akan mati secara rohani, terpisah selamanya dari Allah dan harus menghabiskan kekekalan di dalam neraka, kalau kita tidak menerima Yesus, sang Roti Hidup itu.
Karena Dia “turun dari Surga,” lahir dari Anak Dara, Yesus menyebut Allah sebagai BapaNya. Melalui kehidupanNya yang sempurna, kematian dan kebangkitanNya, Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Allah, sekaligus Anak Allah.
Yesus menggenapi kehendak BapaNya, menyelamatkan orang-orang berdosa dengan menanggung dosa mereka di atas salib. Dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati, Allah menyatakan bahwa Dia telah menerima pengorbanan Yesus.
Bagaimana Saudara menerima sang Roti Hidup? Saudara harus berbalik dari dosa dan percaya kepada kematian dan kebangkitan Yesus supaya bisa menyelamatkan Saudara – tidak lagi percaya pada amal ibadah sendiri melalui perbuatan-perbuatan seperti berpuasa.
Setelah menyelamatkan Saudara dari dosa, Yesus memberi Saudara kemauan dan kekuatan untuk memuliakan Allah melalui perbuatan-perbuatan baik, seperti misalnya berpuasa.
“Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:22-23). (gotquestions)