• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Keluarga & Relasi

Mengapa perselingkuhan begitu merusak pernikahan?

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
7 July 2022
in Keluarga & Relasi
0
63
SHARES
329
VIEWS


Diakonia.id – Perselingkuhan, atau ketidak-setiaan, terjadi ketika satu pihak dari pasangan nikah berhubungan seks dengan orang lain selain pasangan nikahnya. Ada berbagai alasan yang diberikan bagi perzinahan, namun sebagian besar terjadi karena adanya kebutuhan untuk terpenuhi secara emosional. Manusia perlu merasa diperlukan, diinginkan, dan dimengerti. Secara ideal, kebutuhan ini terpenuhi dalam hubungan pernikahan. Namun, jika tidak, satu pasangan akan berusaha memenuhi kebutuhan emosional (dan jasmani)-nya di luar pernikahan, sehingga terjadilah ketidak-setiaan.

Allah menciptakan seks untuk dinikmati dalam hubungan pernikahan yang saling berkomitmen; mencabut seks dari konteksnya adalah sama dengan menyimpangkan penggunaannya dan membatasi kenikmatannya. Seks melibatkan keintiman yang tiada taranya jika dibandingkan dengan hubungan manusia lainnya. Ketika Allah menyatukan Adam dan Hawa dalam pernikahan, Ia menetapkan hubungan “satu daging.” Kejadian 2:24 mengajar bahwa seorang pria perlu meninggalkan keluarganya, bergabung dengan istrinya dan menjadi “satu daging” dengannya. Ide ini dilanjutkan ke dalam Perjanjian Baru pula; kita melihat bagaimana Yesus membahasnya di dalam Matius 19:5 dan Markus 10:7. Paulus mengulas ide “satu daging” ini dalam 1 Korintus 6:12-20. Ia mengajar bahwa jika seorang pria berhubungan seks dengan pelacur, maka mereka telah menjadi “satu tubuh” (ayat 16). Cukup jelas bahwa hubungan seks itu istimewa; bukan semata-mata memenuhi fungsi biologis saja.

Menjadi “satu daging” melibatkan lebih dari sekedar keintiman jasmani. Di dalam seks, selain berbagi fisik adapun emosi yang dibagikan. Pelembutan bahasa bagi topik hubungan seks dalam Perjanjian Lama adalah saling “mengenal” – istilah yang sangat signifikan. Di dalam hubungan seks, hubungan yang paling intim di antara manusia, orang dapat benar-benar “mengenal” pasangannya. Kepercayaan yang dibutuhkan oleh seks membuat seseorang sangat lemah, dan inilah alasan mengapa seks harus dikurung dalam lingkup pernikahan. Pernikahan melindungi kelemahan tanpa ada rasa takut; setiap pasangan dilindungi oleh komitmen dan stabilitas sebuah hubungan perjanjian. Melanggar kepercayaan itu sangat memukul baik individu maupun pernikahannya. Ialah pengkhianatan terkeji, pengingkaran janji, hilangnya rasa aman, dan terpecahnya kesatuan.

Ada studi yang menyatakan bahwa 60-75 persen pasangan yang dikhianati tidak bercerai. Namun, ini tidak berarti bahwa hubungan mereka dipulihkan atau komitmen telah dijalin kembali. Dalam banyak kasus, pasangan memilih bersama setelah kasus perselingkuhan bukan karena mereka bahagia bersama, melainkan karena mereka takut akan alternatifnya. Akan tetapi ada juga pasangan yang berusaha menghadapi masalahnya, mencari kelemahan hubungan mereka, dan mengkoreksi kesalahan. Pasangan yang demikian akan keluar dari proses itu dengan pernikahan yang kuat, bahagia, dan saling memenuhi.

Penting untuk diingat bahwa perselingkuhan, sama seperti dosa lainnya, masih dapat diampuni Allah. Pihak yang berzinah tidak berada di luar jangkauan Allah (Yesaya 59:1). Dimana seorang berdosa bertobat dan Allah mengampuni, pihak yang dikhianati harus turut mengampuni. Dengan mengetahui bahwa hutang kita yang begitu besar telah diampuni oleh Yesus, maka kita diharapkan mengampuni dengan serupa (Matius 6:15; 18:15-22). Mengampuni dan meninggalkan masalah itu tidak mudah dan tidak alami. Jalan pemulihan itu panjang dan menyakitkan. Namun kasih karunia Allah selalu mencukupi. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: KeluargaPerceraianPernikahanPerselingkuhan
Previous Post

Apa kata Alkitab mengenai pernikahan kembali setelah kematian suami/istri?

Next Post

Wabah Pelecehan Seksual di Perguruan Tinggi Berlanjut Karena Budaya Impunitas

Next Post
Wabah Pelecehan Seksual di Perguruan Tinggi Berlanjut Karena Budaya Impunitas

Wabah Pelecehan Seksual di Perguruan Tinggi Berlanjut Karena Budaya Impunitas

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Service funding support: BCA 2100103331 (Sunardo Panjaitan)

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 diakonia.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 diakonia.id