Diakonia.id – Situs bersejarah yang dipercaya sebagai makam Yesus atau Gereja Makam Kudus di Yerusalem Timur dibuka kembali untuk umum. Pembukaan makam Yesus tersebut untuk menandai selesainya proses penataan kembali atau restorasi yang berlangsung sejak Oktober 2016.
Umat Kristiani, baik dari gereja maupun para peziarah, berkumpul di lokasi tersebut untuk berdoa. Sayangnya, sukacita tersebut harus diikuti dengan kegelisahan setelah ada peringatan dari para peneliti yang terlibat dalam proses restorasi.
Mereka mengingatkan bahwa makam Yesus dibangun di atas fondasi yang rapuh sehingga rentan roboh.
Dikutip dari National Geographic, tim peneliti dari National Technical University of Athens (NTUA) menemukan fakta bahwa situs paling suci bagi umat Kristiani tersebut berpotensi untuk roboh sebab dibangun di atas fondasi yang tak stabil. Tim NTUA mengungkapkan kemungkinan itu usai melakukan restorasi.
Bahkan, bila terjadi, yang roboh bukan hanya makam Yesus, tapi juga kompleks di sekitarnya. Antonia Moropoulou, ketua pengawas NTUA, menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah keniscayaan bila tak segera dilakukan pembenahan yang lebih menyeluruh. “Ketika fondasinya gagal menopang bangunan, proses robohnya tak akan pelan, tapi luar biasa,” ujarnya.
Di bawah makam Yesus adalah batuan kapur yang sekitar 2.000 tahun lalu digunakan sebagai kuburan kelompok elit Yahudi.
Makam Yesus bukan satu-satunya struktur yang pertama kali berdiri di lokasi tersebut. Berdasarkan penuturan tim arkeologi yang tergabung dengan NTUA lokasi makam Yesus berdiri di atas batuan kapur yang pada 2.000 tahun lalu menjadi kuburan bangsawan Yahudi. Keyakinan itu didasari oleh penemuan sejumlah kuburan di dasar gereja.
Tak sampai di situ. Gereja Makam Kudus juga didirikan di atas reruntuhan dari bangunan-bangunan sebelumnya. Kerentanan fondasi juga dipengaruhi oleh kelembaban yang disebabkan saluran drainase yang berada beberapa meter di bawah lantai gereja. Para peneliti juga menemukan beberapa terowongan bawah tanah yang belum diketahui kegunaannya.
Kabarnya, proposal perbaikan menyeluruh yang ditawarkan NTUA masih menunggu tiga kelompok yang menguasai makam Yesus.
Proses restorasi sebelumnya menghabiskan uang lebih dari Rp 40 miliar. Dananya diperoleh dari tiga kelompok penguasa makam Yesus: kelompok Ortodoks Yunani, Armenia, dan Katolik Roma. kelompok Ortodoks Yunani, Armenia, dan Katolik Roma. Restorasi tersebut adalah yang pertama dalam dua abad terakhir.
Sementara itu, bagian Gereja Makam Kudus lainnya sempat direnovasi pada 1960-an dan 1990-an. Dengan fakta bahwa situs tersebut rawan roboh, NTUA merekomendasikan proyek restorasi menyeluruh yang diperkirakan memakan waktu 10 bulan dengan biaya Rp 60 miliar. Kabarnya, proposal itu sudah diberikan kepada tiga denominasi Kristen tersebut. Namun, belum ada keputusan final dari ketiganya.
Makam Yesus sendiri dibangun oleh Kaisar Romawi, Konstantin I, pada abad 4.
Situs yang diyakini sebagai makam Yesus terletak di dalam Gereja Makam Kudus di Kota Lama Yerusalem. Kaisar Romawi, Konstantin I, membangunnya pada abad 4. Menurut tradisi Kristen, tubuh Yesus dikubur di tempat itu setelah disalib oleh orang-orang Romawi. Umat Kristen meyakini bahwa Yesus bangkit setelah kematiannya. Keyakinan itu dilatarbelakangi kabar bahwa para wanita yang mengunjungi makamnya tiga hari usai pemakaman tak menemukan tubuh Yesus di sana. (idtimes)