Diakonia.id – Paus Fransiskus menyatakan peraturan “rahasia kepausan” tidak lagi berlaku bagi pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, ini dilakukan untuk memperbaiki keterbukaan dalam kasus seperti ini.
Gereja sebelumnya menutupi kasus pelecehan seksual dalam kerahasiaan, sebagai usaha untuk melindungi ruang pribadi para korban dan reputasi orang yang diduga melakukannya.
Tetapi dokuman baru paus pada hari Selasa (17/12) mencabut pembatasan atas orang-orang yang melaporkan pelecehan atau menyatakan diri sebagai korban.
Para pemimpin gereja mendesak penghapusan peraturan pada KTT Vatikan bulan Februari.
Mereka mengatakan pencabutan peraturan tersebut dapat memperbaiki keterbukaan dan kemampuan polisi dan badan hukum sipil lainnya untuk mendapatkan informasi dari Gereja.
Patuhi hukum sipil
Informasi kasus pelecehan seharusnya diperlakukan dengan cara yang “aman, berintegritas dan dirahasiakan”, demikian dinyatakan Paus. Dia memerintahkan pejabat Vatikan untuk mematuhi hukum sipil dan membantu pejabat peradilan sipil dalam menyelidiki kasus seperti ini.
Paus juga mengubah definisi Vatikan terkait pornografi anak, meningkatkan usia dari 14 tahun atau di bawahnya menjadi 18 atau di bawahnya.
Charles Scicluna, Uskup Agung Malta dan penyelidik pelecehan seksual paling berpengalaman Vatikan mengatakan langkah ini sebagai sebuah “keputusan penting yang mencabut semua hambatan”, dengan mengatakan kepada berita Vatikan bahwa “masalah keterbukaan sekarang diterapkan pada tingkat tertinggi”.
Gereja diguncang ribuan laporan pelecehan seksual yang dilakukan pastor dan tuduhan tindakan menutup-nutupi oleh pastor senior di seluruh dunia. Paus Fransiskus menghadapi tekanan serius agar menunjukkan kepemimpinan dan memberikan jalan keluar yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah.
Kerahasiaan kepausan dirancang untuk melindungi informasi peka seperti komunikasi Vatikan dengan kedutaan paus – sama dengan kabel diplomatik. Tetapi hal ini juga berlaku terhadap kasus peradilan, untuk melindungi ruang pribadi korban dan jati diri tertuduh.
Disalahgunakan
Para pengecam mengatakan kerahasiaan kepausan telah disalahgunakan sejumlah pejabat Gereja agar tidak perlu membantu polisi yang menangani kasus pelecehan.
“Yuridiksi tertentu dapat dengan mudah mengutip rahasia paus … dengan mengatakan mereka tidak dapat, dan mereka tidak akan, berbagi informasi dengan pejabat negara atau korban,” kata Uskup Agung Scicluna.
“Sekarang hambatan itu, jika kita ingin mengatakannya seperti itu, telah dicabut, dan kerahasiaan kepausan sudah tidak dapat lagi dijadikan alasan.”
Berdasarkan perintah baru, kerahasiaan kepauan tidak lagi mengikat orang-orang yang bekerja di kantor Roman Curia untuk merahasiakan pelanggaran jika terkait dengan pelecehan dan pornografi anak.
Saksi, terduga pelaku dan orang yang mengajukan pengaduan juga tidak terikat pada kewajiban menutup mulut. (BBC)