• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Apologetika

Pembelaan Diri Martin Luther di Sidang Worms, April 1521

Diakonia Indonesia by Diakonia Indonesia
19 June 2022
in Apologetika, Sejarah
0
Luther at the Diet of Worms
66
SHARES
346
VIEWS

Diakonia.id – 500 tahun lalu, seorang biarawan Katolik menggugat ajaran dan otoritas pemimpin gerejanya. April 1521 dia dihadapkan ke persidangan di kota Worms. Tapi Martin Luther menolak menarik kritiknya. Sisanya adalah sejarah.

Nama kota Worms di Jerman menjadi nama yang dikenal dunia, karena di sinilah Martin Luther “diadili” otoritas gereja dan kekaisaran atas tesis-tesisnya yang memojokkan Gereja Katolik dan pimpinannya, Paus Leo X.

Luther  adalah “tokoh perintis” dan pembaharu, kata pendeta perempuan Jutta Herbert, 58 tahun. Dia adalah dekan gereja Protestan Jerman di wilayah barat daya kota Worms. Pengadilan tesis Martin Luther 500 tahun lalu itu kemudian dikenal sebagai “Sidang Worms” dalam sejarah gereja. Di sinilah teolog Katolik itu mengucapkan kalimat yang paling sering dikutip di Jerman: “Di sini saya berdiri, dan saya tidak bisa (bersikap) lain”.

Martin Luther menolak menarik kembali kritik-kritiknya terhadap gereja Katolik, yang tertuang dalam 95 tesisnya yang disebar kepada publik. Pertikaian itu membuat dia berhadapan dengan Kaisar Jerman dan Gereja Katolik yang ketika itu sangat berkuasa. Beberapa bulan setelah Sidang Worms, Martin Luther dikucilkan dari Gereja Katolik, dan di kemudian hari melahirkan sebuah “gereja reformasi” yang disebut Gereja Protestan.

Tugu peringatan Martin Luther di kota Worms, Jerman
Tugu peringatan Martin Luther di kota Worms, JermanFoto: Hans-Peter Marschall/imageBROKER/picture alliance

Pembelaan dramatis atas 95 tesis

Sidang Worms (Diet of Worms) berawal dari peristiwa di kota Wittenberg, sekitar 500 kilometer di timur laut Worms. Di sanalah Martin Luther memperkenalkan 95 tesisnya yang terkenal kepada publik, dengan memancangkan tulisannya di pintu gerbang katedral utama. Karena dia berulangkali menolak merevisi pandangannya, Luther dipanggil menghadap ke sidang kekaisaran di kota Worms.

Dalam sidang inilah Martin Luther bersikeras mempertahankan tesis-tesisnya, sekaligus menyerang praktek penjualan surat penghapus dosa yang ketika itu diperdagangkan Gereja Katolik untuk mengumpulkan dana. Siapa yang membeli surat itu, bisa menghapus dosa-dosanya, begitu doktrin yang melatarbelakangi jual-beli surat itu, yang dikritik keras oleh Luther.

Persidangan dramatis di Worms kemudian disebut-sebut sebagai awal kebangkitan gerakan protes yang kemudian melahirkan gereja baru, yaitu Gereja Protestan. Tidak heran kalau kota Worms terutama menjadi kota tujuan wisata utama bagi kelompok-kelompok gereja Protestan dari seluruh dunia.

Katedral St. Peter di kota Worms
Katedral St. Peter di kota Worms Foto: Thomas Lohnes/epd/imago

Pada 18 April lalu di kota Worms digelar peringatan 500 tahun persidangan Martin Luther dengan acara multimedia “The Luther Moment,” yang memproyeksikan peristiwa dramatis lima abad lalu itu ke dinding gereja.

Slogan yang dipertanyakan para ahli sejarah

Apakah dalam Sidang Worms Martin Luther benar-benar mengeluarkan kata-kata “Di sini aku berdiri..” yang menjadi sangat terkenal itu, masih dipertanyakan para ahli sejarah. Karena dalam protokol dari Sidang Worms tidak tercatat ada kata-kata itu. Yang dicatat adalah seruan Martin Luther ke langit: “Tuhan tolonglah saya..”

Yang pasti, dari Sidang Worms terjadilah perpecahan besar antara Gereja Katolik dan Protestan, yang berlangsung hingga saat ini, sekalipun sekarang kedua gereja tidak terlibat pertikaian. Bahkan sejak lama ada Gerakan Ekumene yang bertujuan menjembatani dua cabang utama gereja kristen ini.

Di kota Worms sendiri, dengan jumlah penduduk sekitar 85 ribu orang, 28,3% beragama Protestan dan 23,4% beragama Katolik. Jutta Herbert menekankan, kota Worms memang dikenal sebagai kota Martin Luther, tetapi bukan kotanya kaum Protestan, melainkan kota Protestan dan Katolik sekaligus.

(hp/gtp/dw)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: KatolikMarthin LutherPaus Leo XProtestaanWorms
Previous Post

Kapankah sebaiknya pasangan Kristen mencari konseling pernikahan?

Next Post

Ganjar: Konferensi Kristen sedunia jadi momentum suarakan perdamaian

Next Post
Ganjar: Konferensi Kristen sedunia jadi momentum suarakan perdamaian

Ganjar: Konferensi Kristen sedunia jadi momentum suarakan perdamaian

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment Daftar jadi Agen Pulsa, Voucher Game, dan Multipayment
No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 1 other subscriber

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Berita
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Filsafat
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.