Diakonia.id – Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan Eropa tidak akan tunduk pada teroris. Ini diungkap setelah penembakan yang menewaskan dua orang terjadi di Wina, Austria, Senin (2/11) malam.
“Kami orang Prancis berbagi keterkejutan dan kesedihan dengan Rakyat Austria setelah serangan di Wina,” cuit Macron dalam bahasa Prancis dan Jerman, dikutip AFP, Selasa (3/11).
“Setelah Prancis, negara sahabatlah yang telah diserang. Ini Eropa kita. Musuh kita harus tahu dengan siapa mereka berurusan. Kita tidak akan menyerah pada apapun,” ujarnya.
Dukungan juga diungkapkan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte melalui cuitan di akun Twitter. Ia mengatakan telah menyampaikan dukungannya kepada Austria.
“Saya baru saja menyampaikan solidaritas penuh dari Belanda kepada (Kanselir Austria) Sebastian Kurz,” tulisnya, dikutip Express.
“Pikiran kami tertuju pada para korban dan keluarga mereka, dan dengan pemerintah Austria dalam menangani tindakan keji ini,” kata Rutte.
Kanselir Austria Sebastian Kurz menyebut penembakan Wina sebagai serangan teroris yang mengerikan. Ia juga menunjuk angkatan bersenjata negara untuk mengambil alih penjagaan di wilayah tersebut.
“Agar polisi dapat berkonsentrasi penuh pada perang melawan terorisme, pemerintah federal telah memutuskan angkatan bersenjata mengambil alih perlindungan properti yang sebelumnya dilakukan oleh polisi di Wina dengan segara,” katanya.
“Kami tidak akan pernah membiarkan diri kami diintimidasi oleh terorisme dan akan melawan serangan ini dengan tegas dengan segala cara,” tambah Kurz.
Rabbi Schlomo Hofmeister, seorang saksi mata, mengatakan penembakan dilakukan oleh seseorang yang sedang duduk di luar bar di lokasi tersebut.
“Mereka menembak setidaknya 100 peluru di luar gedung kami,” ceritanya.
“Mulai tengah malam semua bar dan restoran akan tutup di Austria untuk belan depan. Dan banyak orang mungkin ingin menggunakan malam itu untuk bisa keluar,” lanjutnya.
Penembakan tersebut terjadi di enam lokasi di Wina. Serangan serupa bermunculan setelah insiden meninggalnya guru Prancis yang dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas dalam pelajaran tentang kebebasan berpendapat.
Respon Macron terhadap insiden tersebut menuai kontroversi karena dinilai menghina Islam, tidak hanya di Prancis tapi di berbagai negara di belahan di dunia.
Serangan kemudian kembali terjadi di sekitar Gereja Notre Dame Basilica, Nice, Prancis. Tiga orang dinyatakan meninggal dalam serangan tersebut, salah satu korban dipenggal oleh pelaku.
(fey/CNN/dea)