Diakonia.id – Candi Borobudur telah lama menjadi magnet dalam mendongkrak pariwisata di sekitarnya. Tiap area mengusung konsep wisata #DiIndonesiaAja yang berbeda, namun sama-sama mampu menyuguhkan kemagisan Borobudur.
Misalnya, Punthuk Setumbu di Magelang yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Kota Yogyakarta. Punthuk Setumbu berada di gugusan Bukit Menoreh, di mana pengunjung dapat menyaksikan kemegahan Borobudur dari kejauhan, dengan cahaya fajar membelah kabut pagi hari bak bingkai Candi Borobudur.
Punthuk Setumbu berasal dari bahasa Jawa. Punthuk berarti gundukan atau perbukitan, dan setumbu adalah tumbu. Tepatnya Punthuk Setumbu adalah tempat nasi yang terbuat dari anyaman, menyerupai bentuk bukit itu sendiri.
Wahyu Irawan, pengunjung Punthuk Setumbu yang datang bersama keluarga menegaskan, berwisata tetap dapat dilakukan selama memperhatikan ketentuan protokol kesehatan yang berlaku.
“Kita harus tetap keluar [rumah], kita tetap harus berani dengan tetap menjaga protokol kesehatan, imun tubuh yang baik, dan hati yang harus gembira. Hati gembira? Keluarlah, berwisata,” kata Wahyu yang mengenakan masker mulut.
Protokol kesehatan adalah wajib di Punthuk Setumbu, sebelum wisatawan bersenang-senang dengan berbagai wahana yang disediakan, seperti ayunan. Selain itu, spot-spot menjaga jarak diatur sedemikian rupa hingga pengunjung tetap bisa menikmati pemandangan natural yang luar biasa.
Tak jauh dari Punthuk Setumbu, ada obyek wisata Bukit Rhema yang populer dengan Gereja Ayam. Sejarah panjang mengiringi kehadiran Gereja Ayam ini, hingga kini menyediakan wisata religi, wisata alam, sampai wisata edukasi dalam nuansa berbeda.
Bangunan yang sebenarnya terinspirasi dari burung merpati itu kini menjadi rumah berdoa. Di bagian ekor bangunan, terdapat kafe luar ruangan yang memanjakan mata, dengan hamparan sawah dan perbukitan. Bukit Rhema sendiri memiliki arti firman yang hidup. Pernah ditolak oleh warga, Geraja Ayam sekarang menjadi salah satu tempat wisata unggulan.
Yang menarik, wisatawan bisa menjejak ke lantai paling atas bangunan. Di sini, kembali keindahan pemandangan yang berbeda disajikan, termasuk Candi Borobudur. Jangan tahan keinginan berswafoto, Anda akan mendapatkan hasil-hasil foto yang mengesankan.
Dari Bukit Rhema, Svarga Bumi bisa jadi opsi perjalanan selanjutnya. Terletak bersebelahan di wilayah Candi Borobudur, Svarga Bumi menawarkan keelokan persawahan. Di sini, wisatawan disuguhi hamparan sawah hijau dengan sebaran spot-spot foto.
Ada sekitar 22 spot foto yang masing-masing menawarkan vibrasi berbeda. Mulai dari spot yang menawarkan latar belakang Candi Borobudur, ragam rotan, hingga ayunan-ayunan besar berwarna-warni. Biasanya, wisatawan memilih waktu kunjung pagi atau sore hari.
Uniknya, meski modern namun fasilitas yang disediakan tetap memperhatikan etika lingkungan dan tidak merusak persawahan. Pengunjung masih bisa berjalan menyusuri jalan setapak, atau berbincang langsung dengan pekerja di sawah. Sejak awal, Svarga Bumi menawarkan konsep spot wisata yang mendukung perekonomian masyarakat lewat kearifan lokal.
“Jadi sawah itu naik kelas. Dari sawah tadah hujan, kita jadikan sawah produktif, kemudian sawah wisata, yang mana kita bisa berdayakan masyarakatnya juga,” ungkap pengelola Svarga Bumi, Pungky.
Kini, Candi Borobudur bukan satu-satunya obyek wisata #DiIndonesiaAja yang wajib dikunjungi. Kawasan di sekitarnya pun telah berkembang pesat, sekalipun pandemi tetap menghantam roda perekonomian lokal. Masyarakat luas pun dapat membantu perputaran roda tersebut, dengan berwisata.
Tentunya, dengan tidak mengabaikan pemakaian masker, mencuci tangan di bawah air mengalir atau setidaknya hand sanitizer, serta tertib menjaga jarak. Di berbagai tempat wisata Indonesia, protokol kesehatan berbasis CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment) telah diterapkan sehingga wisatawan diharapkan mematuhinya. Jangan lupa untuk membawa perlengkapan pribadi, serta saling jaga, termasuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. (CNN)