Di manakah PANGGILAN OIKUMENIS itu ditengah buramnya wajah ke Indonesiaan?
Tahun 1950, tepatnya 25 Mei, semangat Oikumene untuk mewujudkan doa dan harapan Yesus: “Agar mereka semua menjadi satu..” akhirnya membangkitkan semangat Oikumene di Indonesia.
Tepatnya pada hari turunnya Roh Kudus, gereja-gereja dari berbagai latar belakang suku, etnik dan bahasa dalam kuasa Roh Kudus mendeklarasikan DGI (Dewan Gereja-Gereja di Indonesia) yang sekarang menjadi PGI. Sebuah semangat untuk menyatukan dan menghadirkan satu gereja yang Esa di Indonesia.
Dalam perjalanan sejarahnya, semenjak DGI berganti nama menjadi PGI pada SR DGI/PGI X 1984 di Ambon, visi beroikumene di Indonesia mengalami pergeseran tidak lagi semata pada perwujudan keesaan gereja atau penyatuan gereja-gereja melalui “pembentukan satoe geredja di Indonesia…” namun lebih merupakan upaya untuk menata dunia ini agar menjadi rumah yang lebih nyaman untuk dihuni bersama (oikos dan menein).
Dalam paradigma ini, gerakan oikumene diletakkan dalam konteks Tugas Panggilan Bersama dan menemukan keesaannya di dalam panggilan dan pelayanan bersama. Singkatnya, suatu penegasan visioner bahwa keesaan gereja-gereja adalah keesaan in action, dalam arti bahwa justru dalam melaksanakan aksi bersama inilah, keesaan gereja semakin lama semakin nyata. Aspek penting yang menempatkan panggilan bersama sebagai gerak keesaan ini maka dalam Sidang Raya 1984 di Ambon, sejumlah dokumen keesaan (PTPB, PBIK, PSMSM, TD-PGI, MKTDD) diterima dan menjadi rujukan bagi gereja-gereja dalam memajukan gerakan oukumene.
Setelah 68 tahun, bagaimanakah semangat dan gerakan oikumene menemukan dirinya dalam konteks ke Indonesiaan kini? Di manakah PANGGILAN OIKUMENIS itu ditengah buramnya wajah ke Indonesiaan?
Merayakan 68 tahun Gerakan Oikumene saat ini seakan mengalami sebuah perziarahan menapaki kehadiran dan kontribusi umat Kristen di Indonesia.
Sebuah perziarahan yang menemukan jalan yang harus diambil oleh gereja adalah sebuah Presensia di ruang publik. Sebuah cara bergereja yang hadir dan terlibat dalam kehidupan publik yang melampaui dinding-dinding kekristenan. Dan sama seperti lahirnya DGI/PGI 68 tahun yang silam, kepenuhan dan karya Roh Kudus lah yang dapat memampukan gereja-gereja di Indonesia dan Gerakan Oikumene untuk dapat mengada, hadir, berdialog dan meruntuhkan tembok-tembok eksklusivitas dalam kasih dan semangat kebangsaan.
SELAMAT ULANG TAHUN PGI. Teruslah berkarya untuk Indonesia.
Penulis: Penrad Siagian
Sumber: Group WA