Diakonia.id -Apakah hidup Anda sering terasa rumit dan penuh drama? Mungkin Anda sering mengalami konflik yang sama. Atau sebaliknya, menghindari konflik meski ada yang mengganjal di hati. Barangkali Anda sering tersinggung terhadap orang lain, atau ingin selalu terlihat sempurna.
Bisa jadi hal-hal di atas tidak terjadi pada Anda, tetapi pada teman atau keluarga. Terlepas dari itu, tidakkah Anda lelah karena terus-menerus terusik drama?
Tuhan ingin kita semua memiliki kedamaian yang melampaui segala akal (Filipi 4:7)? Dan, hidup yang damai adalah hidup yang bebas “drama.” Lantas, apa makna drama di sini? Situasi apa saja yang menyebabkan drama dalam hidup kita, dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa Itu “Drama?”
Saat Anda tidak menghargai situasi yang ada dan menerimanya, Anda menciptakan drama. – Eckhart Tolle
Drama umumnya terjadi ketika situasi tidak berjalan sesuai harapan. Manusia memiliki kecenderungan untuk bereaksi sewaktu ekspektasinya tidak terpenuhi. Saat kita sulit menerima kenyataan, kita lebih berfokus pada diri sendiri dan keinginan pribadi. Reaksi semacam inilah yang memicu drama. Tidak hanya memberi pengaruh negatif bagi orang lain, kita bahkan dapat menyakiti mereka dan diri sendiri.
Lalu, bagaimana cara memiliki hidup yang bebas “drama” seperti yang Tuhan rancangkan? Kenali tipe-tipe drama, dan simak solusinya di bawah ini.
1. Terjebak dalam Siklus Konflik
Apa lagi-lagi Anda bertengkar dengan orang yang sama? Selalu marah tentang hal serupa? Ini berarti ada akar masalah yang perlu diselesaikan. Cari tahu apakah sumbernya dari ego Anda, cara berkomunikasi yang buruk, atau hal-hal lain. Setelah Anda menemukan akarnya, upayakan untuk mengubahnya. Selama itu masih ada dalam kendali Anda, berusahalah untuk berbaikan dengan orang lain.
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! – Roma 12:18
Tahukah Anda bahwa hubungan yang damai dengan semua orang sangat berkenan di mata Tuhan? Bahkan, hal ini tidak kalah penting daripada semua persembahan dan pelayanan Anda untuk-Nya.
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” – Matius 5:23-24
2. Menghindari Konflik
Jika direspon dengan benar, konflik sesungguhnya dapat menjadi hal yang sehat dalam hubungan. Namun, sebagian orang cenderung menghindari konflik karena tidak tahu cara menanganinya. Tak jarang, mereka menggunakan strategi perilaku passive-aggressive. Alih-alih berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah, seorang penghindar konflik akan ‘menghukum’ orang lain dengan mendiamkan atau bersikap buruk terhadapnya.
Saat ada yang mengganjal di hati Anda, usahakan untuk berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan. Dengan berterus terang, Anda akan menerima klarifikasi atas asumsi Anda. Seringnya, asumsi tersebut tidak benar. Jika hanya dipendam, prasangka itu akan berkembang dan menyiksa Anda, dan bukan tak mungkin, memicu perbuatan dosa.
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. – Filipi 4:8
3. Ingin Terlihat Sempurna
Di era media sosial ini, banyak orang berlomba-lomba agar terlihat keren, menarik, bahkan sempurna. Entah dari segi penampilan, prestasi, status sosial, jumlah likesmaupun pengikut. Jika tidak berhati-hati, Anda dapat terjebak dalam arus tersebut.
Pernahkah Anda berulang kali mengecek jumlah likes yang Anda peroleh dari status atau postingan Anda? Atau, mengambil swafoto (selfie) berkali-kali sampai hasilnya sempurna? Selidiki apa motivasi Anda saat melakukannya. Apakah itu rasa tidak percaya diri? Keinginan untuk membuktikan diri? Rasa tidak ingin kalah? Berhati-hatilah agar tidak ada dosa yang perlahan namun pasti meracuni hati Anda.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. – Mazmur 139:14
Apa pun latar belakang, ras, pendidikan, status sosial, atau gaya berpakaian Anda, semua itu tidak memengaruhi nilai diri Anda di mata Tuhan. Jadilah diri Anda apa adanya, dan berfokuslah pada pertumbuhan karakter serta kerohanian Anda. Sikap ini lebih berkenan kepada Tuhan dan memberi pengaruh positif bagi sesama.
Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. – 1 Petrus 3:4
4. Terlalu Sensitif atau Baper
Apakah Anda cenderung bereaksi keras saat ada yang bergurau atau menegur Anda? Mungkin atasan atau teman kantor Anda yang melakukannya, atau anggota keluarga Anda. Sebelum lekas-lekas tersinggung, cobalah pikirkan kembali makna gurauan atau teguran mereka dengan kepala dingin. Apakah perkataan mereka valid? Apakah disampaikan dengan tujuan yang baik?
Sering kali, penyebab baper adalah ketika kita menempatkan ego atau perasaan pribadi di atas penilaian objektif kita. Mungkin atasan menegur Anda karena ada hal yang perlu Anda perbaiki. Mungkin teman kantor Anda tidak bermaksud menyinggung Anda saat bergurau. Bebaskan diri dari sikap mudah baper, dan niscaya pikiran Anda lebih tenang setiap hari.
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. – Yakobus 1:19-20
5. Hidup dalam Dosa
Banyaknya drama kehidupan juga bisa terjadi karena kita hidup di dalam dosa. Dosa kemarahan atau tinggi hati menyebabkan konflik yang menyakiti orang terdekat. Dosa perzinahan mengakibatkan keretakan rumah tangga. Dosa kemalasan membuat prioritas hidup jadi berantakan.
Oleh karena itu, Tuhan senantiasa memanggil kita untuk meninggalkan dosa. Dia ingin Anda dapat benar-benar menikmati hidup yang merdeka. Hidup yang bebas dari dosa dan drama. Namun, Anda perlu senantiasa merespon panggilan-Nya untuk bertobat.
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” – Yohanes 8:31-32
Hidup yang terus-menerus diganggu drama akan mengikis kebahagiaan dan produktivitas kita. Jadi, kenali jenis drama yang sering melanda hidup Anda, selidiki penyebabnya, dan praktikkan solusinya. Jangan lupa untuk senantiasa berdoa dan mengandalkan Tuhan. Semoga berhasil, dan selamat menikmati hidup bebas drama bersama-Nya!(msn)