Diakonia.id -Salah satu karakter yang perlu dimiliki seorang suami ialah sabar. Banyak orang mengira karakter ini tidak terlalu penting dibanding kepemimpinan. Kebanyakan pria didorong dan dididik untuk bisa memimpin keluarga. Namun, dalam hidup berumah tangga ada banyak masalah dan tantangan yang menuntut kita, sebagai kepala keluarga, untuk sabar kepada semua anggota keluarga—khususnya istri.
Mengapa Tuhan ingin kita melakukannya, dan bagaimana cara menjadi suami yang sabar?
Mengapa Perlu Sabar?

Untuk menjadi suami yang sabar, Anda perlu terlebih dahulu memahami apa alasan seorang suami harus mengasihi istri.
Ketika seorang pria berkomitmen menikahi seorang wanita, ia siap menerimanya dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya. Entah istri Anda cerewet, pemarah, atau punya pola pikir negatif, ketika Anda mengikat janji setia dengannya, berarti Anda menerima istri Anda sebagai satu paket. Tidak hanya yang bagus-bagusnya saja, tetapi juga keburukan dan kelemahannya.
Seorang pria tetangga di kota kelahiran saya punya istri yang bertabiat kasar dan pemarah. Kalau sedang bertengkar, para tetangga di sekitar rumah mereka pasti bisa mendengar suaranya. Untunglah, suaminya sangat sabar. Setelah lulus sekolah, saya merantau selama lima tahun. Ketika pulang, saya mendengar istri tetangga ini sedang marah-marah kepada suaminya dengan suara yang sama lantangnya dengan lima tahun lalu.
Suatu ketika, saya dan tetangga pria ini bertemu di warung kopi. Di sela-sela obrolan kami, saya bertanya apa rahasianya sehingga bisa sabar terhadap istrinya selama puluhan tahun. Ia menjawab: “Karena aku mengasihinya, dan aku yang memilihnya.”
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. – Kolose 3:19
Kesabaran menjadi salah satu karakter yang perlu Anda miliki untuk menjaga kehidupan pernikahan yang harmonis, karena:
1. Sabar Adalah Wujud Kasih

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. – 1 Korintus 13:4
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. – 1 Korintus 13:7
Dalam definisi kasih, kata “sabar” diulang sebanyak dua kali, yaitu di ayat 4 dan 7. Artinya, Tuhan ingin kita serius dengan kesabaran, karena ini memang tidak mudah. Tuhan memerintahkan kita agar sabar menanggung segala sesuatu. Artinya, kita harus sabar dalam kondisi apa pun. Bukan hanya ketika segalanya baik-baik saja, melainkan juga ketika keadaan sedang tidak ideal.
Kalau Anda bisa bersabar menghadapi pelanggan yang menjengkelkan, Anda pun bisa bersabar dengan istri yang wajahnya cemberut sepulang kerja gara-gara terjebak macet. Kalau Anda bisa sabar menghadapi atasan yang menuntut Anda menyelesaikan target pekerjaan secepatnya, Anda juga harus sabar ketika istri meminta Anda membeli tabung gas malam itu juga.
Jika Anda mengasihi istri, seburuk apa pun ucapan atau tingkahnya akibat situasi tertentu, Anda akan mampu bersabar dan merespon dengan benar. Namun, tanpa hati yang mengasihi, mudah bagi Anda untuk langsung marah dan melupakan semua hal baik yang sudah istri lakukan untuk Anda. Ingatlah bahwa istri adalah penolong terbaik dari Tuhan bagi suaminya.
2. Kesabaran Membuat Anda Melebihi Pahlawan

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. – Amsal 16:32
Ujian untuk bersikap sabar dapat terjadi kapan saja dan berlangsung seumur hidup. Dan, siapa yang paling sering membuat jengkel dan menguji kesabaran kita? Biasanya mereka yang paling sering berinteraksi dengan kita. Misalnya, rekan kerja, relasi bisnis, mertua, anak, atau istri.
Sebelum menunjuk orang lain sebagai penyebab ketidaksabaran kita, mari lakukan evaluasi diri: Mungkinkah mereka menjadi tidak sabar karena sikap kita yang menguji kesabaran mereka?
Orang bisa menjadi tidak sabar karena berbagai sebab. Ketika ini terjadi, alangkah baiknya Anda introspeksi diri. Contohnya, atasan sering bersikap tak sabar kepada Anda. Cobalah koreksi diri dahulu: Apakah cara kerja saya sudah tepat dan hasilnya memuaskan? Atau, apakah saya malas-malasan bekerja sehingga atasan jadi kesal?
Lantas, bagaimana kalau kita yang sering tidak sabaran kepada seseorang?
Atasi hal ini dengan mencari solusinya. Umpamanya, Anda tidak sabar dengan anak Anda yang malas belajar. Untuk itu, cari tahu kenapa ia malas, apa yang bisa memotivasinya untuk rajin belajar, dan seterusnya. Fokuslah pada pemecahan masalah. Marah-marah dan bersikap kasar takkan menyelesaikan apa-apa, tetapi mencari solusi akan membantu anak Anda dan diri Anda sendiri.
Pasangan tentu mau menerima Anda apa adanya, tapi pasangan Anda dan juga Tuhan, tidak ingin Anda terus-menerus apa adanya. Tuhan mau kita mengalami pertumbuhan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Setelah punya istri, yang tidak sabaran perlu belajar menjadi sabar. Yang sudah sabar, belajarlah untuk lebih sabar lagi.
Pegang Teguh 2 Hal Ini
Ada banyak cara untuk menjadi suami yang sabar, tetapi saya ingin berfokus pada dua hal. Keduanya sederhana, tetapi besar dampaknya jika diterapkan dengan serius:
1. Perlakukan Istri Sebagaimana Anda Ingin Diperlakukan

Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN. – Imamat 19:18
Saat sedang kecewa, marah, atau sedih akibat suatu hal, Anda tentu berharap istri bersikap sabar dan mau memahami. Nah, andaikan kondisinya dibalik, maukah Anda juga bersabar dan memahami istri?
Misalkan, istri Anda menjengkelkan dan bicaranya ketus. Pikirkanlah, pasti ada sebabnya mengapa ia bersikap begitu. Mungkin ia sedang haid. Atau, pusing dengan anggaran belanja yang diperketat. Mungkin ia punya masalah dalam pekerjaan, stres mengurus anak yang sakit atau malas belajar, dan lain sebagainya.
Jangan lekas-lekas ikut marah kalau istri marah. Belajarlah untuk diam. Pernah suatu kali, sepulang kerja saya mendapati istri sedang cemberut, dan ketika ditanya, nada suaranya tinggi. Alih-alih mendesaknya, saya memilih pergi mandi. Usai makan, setelah istri kelihatan lebih relaks, barulah saya bertanya lagi. Istri bercerita bahwa ia sedang banyak masalah di kantor, ditambah pula kadar asam lambungnya naik. Saya pun memeluk dan menghiburnya.
Bersabarlah, maka kita akan dapat berpikir positif dan berlaku positif.
2. Terima Koreksi: Mungkinkah Anda yang Lebih Dulu Menguji Kesabaran Orang Lain?

Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati. – Pengkotbah 7:8
Apa yang biasanya membuat istri Anda kesal, lalu kalian bertengkar, dan Anda jadi tak sabaran terhadapnya?
Kalau saya, biasanya karena sudah berkali-kali diberitahu tapi saya tidak mengindahkan. Istri marah, dan kesabaran saya ikut habis. Ketika ditelusuri lebih dalam, barulah saya tahu: yang membuat istri gusar adalah karena saya suka menunda-nunda sesuatu yang menurut saya sepele. Misalnya, memfotokopi KTP.
Menyadari hal ini, saya mengakui bahwa saya salah dan telah menjengkelkan hatinya. Namun, tak berhenti sampai di situ, saya juga belajar mengubah kebiasaan menunda. Apa yang bisa dikerjakan sekarang, saya kerjakan sekarang. Jika hal ini dapat membuat karakter saya bertumbuh, mengapa tidak saya lakukan?
Orang yang panjang sabar adalah orang yang rendah hati. Ia berusaha memahami kenapa orang yang dikasihinya marah, mencari tahu akar masalahnya, dan fokus pada solusi. Ia memikirkan perasaan istrinya. Ia sadar, hal-hal yang dianggapnya lumrah dan tidak merugikan, ternyata menjengkelkan dan merugikan orang lain.
Berubahlah menjadi lebih baik dengan introspeksi diri dan kemauan untuk terus bertumbuh. Jangan menjadi orang sombong yang menolak kritikan. Bukan tak mungkin, inilah yang menjadi awal masalah rumah tangga, yaitu karena orang lain tidak sabar dengan kekeraskepalaan Anda. Bersyukurlah istri Anda masih mau mengoreksi, karena tandanya ia mengasihi Anda. Ia ingin Anda berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Jangan hanya menuntut istri sabar lebih dahulu, baru Anda akan sabar. Kita, sebagai suami, juga harus lebih dulu sabar terhadap istri. Suami adalah pemimpin keluarga, dan pemimpin adalah pengaruh. Jadi, kalau kita sabar, kita bisa memengaruhi orang-orang di sekitar kita untuk bersabar juga.
Asalkan berusaha dengan sungguh-sungguh, Anda pasti bisa sabar menghadapi pasangan. Istri adalah penolong yang diberikan Tuhan untuk Anda, jadi bersabarlah menghadapinya dalam segala hal. Perlakukan istri seperti Anda ingin diperlakukan, terimalah koreksinya, dan bertumbuhlah menjadi pribadi yang lebih baik. Selamat mencoba!(gkdi.org)