Diakonia.id – Terduga teroris yang ditangkap di Tasikmalaya, Jawa Barat pada Jumat (18/6) sudah berbaiat ke organisasi terlarang Negara Islam Irak-Suriah (ISIS).
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Ahmad Ramadhan menjelaskan terduga teroris DR alias AQD juga merupakan jaringan dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di wilayah Jawa Barat.
“Ditangkap 1 orang DR alias AQD penangkapan hari ini, Jumat jam 13.30 di Desa Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Tasikmalaya, Jabar,” kata Ramadhan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (18/6).
“Kemudian, telah baiat ke pimpinan organisasi terlarang ISIS pada Desember 2019 di rumah saudara Y dipandu saudara T,” tambah dia.
Dia mengatakan bahwa terduga teroris tersebut merupakan anggota JAD di bawah pimpinan berinisial T yang sudah terlebih dahulu ditangkap oleh Densus sebelumnya.
Terduga teroris itu juga terlibat i’dad atau pelatihan aksi teror di Gunung Galunggung. Kegiatan itu pun dilakukan bersama tiga teroris JAD yang sudah ditangkap juga, yakni BRK, AF dan RA.
“Terakhir peranannya mufakat pembentukan RQ Sabilunajah yang digagas oleh T yang telah ditangkap,” tutup Ramadhan.
Polri sendiri menangkap total empat terduga teroris JAD di wilayah Jawa Barat. Pertama, polisi mengamankan tiga terduga teroris di Pangandaran, Jawa Barat, 16 Juni 2021. Dalam penggerebekan itu, polisi mengamankan tiga terduga teroris, yakni T alias AU, RAH alias BM, dan SU alias SUK.
Kemudian, Densus 88 juga menangkap satu terduga teroris lain dari jaringan JAD di Tasikmalaya, pada Jumat (18/6), berinisial DR alias AQD.
JAD sendiri merupakan kelompok teroris yang berafiliasi langsung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka terlibat dalam sejumlah aksi pengeboman di wilayah Indonesia. Misalnya terakhir ialah bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar pada 2021 ini.
Sementara itu, terduga teroris jaringan JAD berinisial KDW (30) yang ditangkap di Bogor, Jawa Barat merupakan pedagang bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan bom oleh sejumlah terduga teroris lain.
“Jadi dia tidak ada pekerjaan tetap tapi swasta. Swasta tadi yang diterima adalah menjual bahan-bahan kimia. Ternyata bahan kimia yang dijual digunakan sebagai bahan peledak,” kata Ahmad, Kamis (17/6).
Insert Infografis Artikel ISIS. (Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)
|
Ramadhan mengatakan bahwa KDW juga berperan untuk mengorganisasi dan menjadi admin di grup WhatsApp yang mempelajari terkait pembuatan ataupun penggunaan bahan kimia itu sebagai alat peledak.
Kata dia, anggota di grup tersebut merupakan jaringan JAD. Pasalnya, dalam penangkapan polisi turut mengamankan sejumlah barang bukti berupa bahan kimia seperti dekstran, sodium borate, hingga HCL.
“Yang bersangkutan sebagai adminnya. Jadi tidak hanya menjual tapi juga memberikan pelajaran,” ucapnya lagi.
Selain itu, kata dia, saat penggerebekan juga ditemukan sejumlah buku-buku yang berkaitan dengan ajaran Daulah dan peracikan bahan peledak.
Ramadhan mengatakan, KDW telah menjual bahan kimia kepada sejumlah terduga teroris JAD yang sudah ditangkap beberapa waktu lalu. Misalnya, terduga berinisial PHP yang ditangkap pada Februari 2016.
Lalu, WB yang ditangkap pada Oktober 2019. Dia menjual bahan kimia berjenis backpowder kepada WB. Ketiga, kata dia, KDW juga menyuplai bahan kiimia kepada terduga teroris berinisial WHK yang ditangkap 8 Mei 2021 lalu.
Terakhir, dia juga menyuplai bahan kimia kepada terduga teroris berinisial ZA yang ditangkap pada 29 Maret.
(mjo/arh)