Diakonia.id – Keluarga mendiang Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua disebut bersedia menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan memberi izin autopsi terhadap jasad pemuka agama yang tewas karena tembakan itu.
Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF Intan Jaya Irjen (Purn) Benny Mamoto mengatakan kesediaan keluarga pendeta Yeremia itu diberikan setelah pihaknya mencoba meyakinkan.
“Sebelumnya pihak keluarga korban tidak mau menandatangani BAP dari pihak kepolisian,” kata Ketua Tim Investigasi Lapangan Benny Mamoto melalui siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (12/10).
Saat ini, kata Benny, tim terus mencoba menggali fakta dan mendalami keterangan dari berbagai pihak, termasuk dari keluarga korban. Hal ini dilakukan untuk memperkuat data dan informasi serta mencari kebenaran yang terjadi dalam peristiwa penembakan di Intan Jaya.
“Ini kami lakukan sampai malam, jadi target akan terus kami kejar hingga tercapai,” kata Ketua Harian Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) tersebut.
Dalam keterangannya, Benny menerangkan tim lapangan telah mendatangi beberapa lokasi kejadian yang menjadi target investigasi tim tersebut. Lokasi itu adalah tempat kejadian perkara (TKP) penembakan, tempat pemakaman, gereja, bertemu keluarga korban, serta melakukan komunikasi dengan sejumlah saksi lain di lapangan.
“Tim telah meneliti TKP dan berdialog dengan keluarga dan warga yang bercerita di lokasi TKP,” kata dia.
Nantinya, kata dia, hasil investigasi yang targetnya selesai dalam dua pekan ini akan dilaporkan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD yang bertanggung jawab atas tim tersebut.
“Seluruh informasi yang kami peroleh akan kami analisa, akan kami evaluasi, kemudian akan kami laporkan kepada bapak Menko Polhukam selaku penanggung jawab,” kata Benny.
Untuk diketahui, saat melakukan tugasnya TGPF Intan Jaya ini sempat mengalami serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Serangan tersebut dikonfirmasi juru bicara OPM, Sebby Sambon.
“Itu keputusan kami, dan dengan tuntutan bahwa kami menolak Tim investigasi bentukan Menko Polhukam Mahfud MD,” kata dia saat dikonfirmasi, Jumat (9/10).
Sebby pun menegaskan pihaknya menginginkan sebuah tim independen untuk melakukan investigasi tewasnya Pendeta Yeremia di Hitadipa. Tim independen tersebut bukan berasal dari unsur pemerintah Indonesia, melainkan dari sejumlah organisasi masyarakat dalam dan luar negeri.
Dalam penembakan itu, satu anggota tim yang juga merupakan dosen di UGM, Bambang Purwako mengalami luka tembak di kaki dan lengannya. Selain Bambang, satu anggota TNI juga tertembak dalam peristiwa itu.
Sebelumnya, terjadi polemik penyebab tewasnya pendeta Yeremia di Hitadipa. TNI menyebut KKB lah pelaku penembakan pendeta Yeremia, sementara TPNPB-OPM menuding prajurit militer Indonesia lah yang menewaskan sang pemuka agama tersebut.
Pernyataan TNI itu pun dibantah pihak gereja, juga kerabat dari pendeta Yeremia. Atas polemik tersebut pun, akhirnya Menko Polhukam Mahfud MD membentuk TGPF yang terdiri atas tim pengarah dan tim investigasi lapangan.
(tst/kid/CNN)