Diakonia.id -Meski pandemi masih ada dan grafik kasus positif terus meningkat, banyak di antara kita tetap harus keluar rumah untuk bekerja. Tak ayal, ketakutan tertular virus pun menghantui. Apalagi, selama perjalanan dan di tempat kerja, ada saja orang yang tidak mematuhi aturan protokol kesehatan, seperti tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak.
Masa-masa sulit ini adalah kesempatan kita untuk melatih iman. Kalau orang lain kurang kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan, mari kita ingatkan dengan sopan. Namun, kalau mereka bersikap bebal, sebaiknya kita kerahkan upaya ekstra untuk menjaga diri. Sebagai anak Tuhan, kita tidak boleh dikuasai ketakutan, dan justru harus tetap hidup dengan tertib.
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. – 2 Timotius 1:7
Dalam perjalanan menuju tanah Kanaan, bangsa Israel harus maju berperang, dikejar musuh, kehabisan air minum, berselisih, dan lain-lain. Namun, Tuhan hadir dan melindungi mereka di setiap tantangan tersebut. Pada siang hari, tiang awan melindungi mereka dari sengatan matahari. Pada malam hari, tiang api menghangatkan tubuh mereka dari dinginnya angin padang gurun. Cahayanya juga menerangi jalan sehingga mereka tidak terantuk atau terjatuh.
TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu. –Keluaran 13:21-22
Tiang awan dan tiang api Allah juga menyertai kita di masa pandemi, yang membuat kita serasa berada di padang gurun—kesehatan, keselamatan, dan keuangan kita sedang dipertaruhkan. Memang di luar sana tidak aman, tetapi kita tak punya banyak pilihan. Kita harus pergi keluar untuk bekerja agar bisa menafkahi keluarga. Namun, dengan yakin akan penyertaan Tuhan, hati kita akan lebih tenang.
Percayakan hidup kita dalam penyertaan-Nya. Ingatlah akan tiang awan dan tiang api-Nya di tengah padang gurun kehidupan kita saat ini. Daripada menghabiskan energi untuk khawatir, lebih baik gunakan energi yang sama untuk berdoa dan memohon perlindungan Tuhan.
Tiang Awan dan Tiang Api: Bentuk Tuntunan Tuhan

Ketika bangsa Israel melintasi gurun di malam hari, tiang api Tuhan menerangi dan menuntun jalan yang harus mereka lalui. Kegelapan tidak dapat menguasai atau melumpuhkan aktivitas mereka. Lalu, bagaimana dengan kita saat ini?
Hidup di tengah pandemi ibarat melintasi padang gurun yang gelap. PSBB dilonggarkan, lalu kembali diperketat. Penerapan new normal masih mengambang di sejumlah zona merah (area dengan risiko penularan tinggi). Pro dan kontra pun bergulir. Tampaknya tidak ada kebijakan ideal dalam situasi ini. Yang pasti, pemerintah telah mempertimbangkan berbagai aspek agar roda ekonomi dapat kembali bergerak, sembari tetap memprioritaskan kesehatan masyarakat.
Sebagai orang Kristen, sebaiknya kita tidak memperkeruh suasana dengan protes atau argumen yang tak perlu. Jangan juga kita berputus asa dan terus mengeluh. Bersungut-sungut adalah kebiasaan buruk bangsa Israel yang membuat Tuhan marah dan menghukum mereka (Bilangan 14:29). Kita patut belajar dari kesalahan tersebut. Meski keadaan tidak mudah, hindari bersungut-sungut, karena itu hanya akan mempersulit diri sendiri.
Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. – Yakobus 5:9a
Sebaliknya, berdoalah, minta tuntunan dan hikmat dari Tuhan agar kita bisa melalui situasi ini dengan baik. Kalau pandemi ini adalah cobaan, ketahuilah bahwa Tuhan berjanji akan memberi jalan keluar.
Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. – 1 Korintus 10:13b
Tuhan menuntun bangsa Israel melewati rute perjalanan yang jauh karena memiliki maksud dan tujuan-Nya sendiri. Dia juga pasti punya maksud dan tujuan untuk digenapi lewat pandemi ini. Jangan hanya berdoa agar pandemi segera berakhir, tetapi berdoalah juga agar kehendak-Nya yang terjadi. Belajarlah dari sikap Tuhan Yesus, yang rela mengalami keadaan yang tidak baik, asalkan kehendak Bapa-Nya tetap terlaksana.
Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” – Matius 26:42
Pandemi COVID-19 menunjukkan betapa tidak berdayanya manusia, bahkan terhadap makhluk renik tak kasatmata sekalipun. Jadi, tetaplah berusaha semampu kita, dan utamakan kehendak Tuhan. Mungkin Dia ingin melatih kita menjadi orang yang lebih beriman, tangguh, dan menjadi terang dan garam dunia. Semua itu bisa kita capai jika kita tetap hidup dalam tuntunan-Nya.
Jika dahulu Tuhan melindungi dan menyertai bangsa Israel lewat tiang awan dan tiang api, Tuhan yang sama masih tetap melindungi kita hari ini. Lakukan saja bagian kita, dan selebihnya, serahkan diri pada perlindungan dan tuntunan Tuhan. Biarlah kehendak-Nya yang terjadi. Amin!(gkdi.org)