Oleh: Harry Puspito
‘Lust’ atau hawa nafsu adalah salah satu dari Tujuh Dosa Maut yang menjadi topik tulisan kita pada kesempatan ini. Seperti dosa-dosa maut yang lain – pride (kesombongan), envy (iri hati), wrath (kemarahan), greed (ketamakan, serakah), sloth (kemalasan), gluttony (rakus) – dosa ini memiliki sifat distruktif dan menjebak kita dalam dosa-dosa lain. Melalui nafsu kepada pasangan orang lain, kita bisa masuk dalam dosa-dosa lain, seperti iri kepada orang tersebut, marah karena melihat pasangan mereka mesra, dan banyak kejadian mendorong terjadinya pembunuhan. Dalam arti luas, nafsu adalah keinginan yang besar untuk sesuatu, sehingga ada istilah nafsu akan harta, akan kekuasaan, dsb. Namun dosa hawa nafsu ini adalah mengenai kesenangan seksual.
Alkitab berbicara tegas menentang dosa seks ini. PL memasukkan Perintah ‘Jangan berzinah’ (Keluaran 20:14) sebagai perintah ke-7 dari 10 perintah. Dan Yesus mengelaborasi apa yang dimaksud denga berzinah, yang ternyata bukan sekedar perjinahan fisik: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Matius 5:28). Berbagai dosa seks diekspos, dicelah dan dihukum oleh Tuhan. Contoh yang menyolok adalah dosa perjinaan Raja Daud dengan Betsyeba, istri salah satu prajuritnya – Uria. Dosa perjinaan ini sudah ‘beranak’ dengan dosa pembunuhan sang suami, Uria. Walau melalui teguran Nabi Natan, Raja Daud bertobat, tapi Tuhan tetap menghukum dia dengan berat. Anak perjinaan itu harus mati; konflik dan saling bunuh terjadi di antara keturunan Daud; Absalom anak Daud memberontak, bahkan mencemari istri-istri ayahnya.
Kita perlu membedakan nafsu dengan seks. Seks diciptakan Tuhan dan ciptaan Tuhan adalah baik. Dengan seks, laki-laki dan perempuan disatukan dalam suatu pernikahan. Dengan seks umat manusia berkembang. Namun nafsu adalah jahat, karena nafsu menginginkan seks yang bukan haknya atau jalurnya. Memang sesuatu yang baik, seks atau berkat-berkat Tuhan yang lain seperti kebaikan-kebaikan Tuhan bagi manusia, menjadi sasaran Iblis untuk menjadikan sarana dosa. Kalau kesombongan adalah dosa yang paling dibenci Allah, maka nafsu ini adalah dos yang paling berkembang. Dosa nafsu ini mendapatkan bentuknya dalam pornografi yang bisa menyerang kalangan yang luar, perkosaan, perselingkuhan di antara suami istri, pelacuran, sampai bentuk-bentuk seks menyimpang – dengan anak, sesama jenis, dengan mayat, dengan binatang, dsb, dsb. Tidak heran seks telah menciptakan suatu industri dengan pasar yang besar dengan sektor-sektornya seperti media, hiburan visual mau pun pengalaman.
Dan hawa nafsu menghancurkan mereka yang melakukan. Hawa nafsu membuat orang tidak bisa berpikir sehat. Merusak hubungan kasih, karena nafsu menjadikan orang lain obyek pemuasan nafsu. Membuat orang lain sangat menderita ketika nafsu dipaksakan melalui bully atau perkosaan. Membuat tidak setia terhadap pasangan, menghancurkan kebahagiaan rumah tangga, dan membawa perceraian, satu hal lain yang Tuhan benci. Nafsu juga potensi membawa kehamilan di luar nikah, aborsi – pembunuhan bayi, segala macam penyakit untuk pelaku maupun pasangannya. Membuat diri tidak bahagia, karena tidak pernah puas. Merusak hubungan diri dengan Tuhan. Sering menghancurkan seorang pelayanan Tuhan yang hebat.
Ketika kita telah terjebak dalam dosa maut ini, Puji Tuhan, Dia menyediakan pengampunan untuk dosa yang sebesar apapun, ketika kita bertobat, bertekad tidak melakukan lagi. Kita ingat janji-Nya dalam 1 Yohanes 1:9 yang menyatakan: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Untuk tidak terjebak dalam dosa nafsu yang sama, tentu kita perlu memiliki strategi yang unik untuk masing-masing pribadi. Kita perlu memahami kapan dosa nafsu birahi itu biasanya mulai – apakah melalui media sosial, ketika kita lemah fisik, ketika kita sendiri, dsb. Kita perlu menetapkan tekad bertindak ketika menghadapi situasi yang biasa mendorong kita ke dosa nafsu itu. Misalnya, kalau kita lemah terhadap rangsangan gambar di media sosial, maka ketika ada kiriman gambar porno itu segera kita delete. Kalau hati kita galau mengarahkan kita ke pikiran birahi, maka kita perlu mengatasi kegalauan kita dengan sehat, apakah dengan berdoa, atau ‘curhat’ dengan rekan yang kita bisa percaya.
Melakukan dosa nafsu adalah mencari kesenangan melalui aktivitas sekual yang tidak benar. Strategi lain yang penting adalah mencari kesenangan alternatif pada kegiatan-kegiatan yang sehat, melalui olah raga, hobi, kegiatan sosial dan pelayanan rohani. Tuhan menjanjikan ketika orang percaya mencari kerajaan Allah dan segala kebenaran-Nya maka Dia akan menambahkan apa yang kita butuhkan, kesenangan, bahkan sukacita yang sejati. Tuhan memberkati! (Reformata.com)