Diakonia.id -Kita mungkin dapat dengan mudah mengatakan kepada teman Anda yang sedang bersedih karena gagal, “Ayo, kamu harus bangkit dari kegagalan.” Namun, jika Anda sendiri yang berada di posisi itu, Anda tahu bahwa mempraktekkannya tidak semudah mengucapkannya.
Apakah Anda sedang putus asa akibat kegagalan? Mungkin Anda gagal menjadi juara dalam sebuah pertandingan, gagal lulus ujian, gagal diterima bekerja di perusahaan impian. Atau, Anda gagal berumah tangga, gagal menjalin hubungan, bahkan gagal menjadi orang tua yang baik. Kegagalan tentulah bukan pencapaian yang Anda inginkan, karena setiap orang ingin sukses dan berhasil dalam hidupnya.
Theodore Roosevelt berkata, “Satu-satunya orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa.” Selama hidup, tak mungkin kita tidak berbuat apa-apa, bukan? Jadi, kegagalan bukanlah sesuatu yang langka. Setiap orang pernah mengalaminya, meskipun dalam hal berbeda dan dengan respon yang berbeda pula.
Tokoh-tokoh sepanjang masa dalam Alkitab pun pernah gagal. Sebut saja Musa, Daud, Elia, dan Petrus. Mereka gagal dalam area hidup yang berbeda. Namun, tak hanya berhasil bangkit kembali, mereka juga menjadikan kegagalan sebagai peluang bertumbuh. Mereka belajar dari kesalahan.
Lalu, bagaimana cara mengolah kegagalan menjadi kemenangan di dalam Tuhan?
Bangkit Kembali, Lagi dan Lagi

Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. – Amsal 24:16
Kegagalan bukan akhir segalanya. Sebaliknya, kegagalan adalah permulaan dari hal baru yang lebih baik daripada yang Anda jalani sebelumnya.
Ada dua petani palawija yang mengalami gagal panen akibat banjir. Keduanya sama-sama bersedih. Petani yang pertama, setiap kali melihat ladangnya, tidak kuasa menahan tangis. Ladang itu adalah masa depannya. Hari demi hari, ia terus menyesali musibah tersebut. Petani kedua juga sama hancurnya seperti petani pertama. Namun, dua hari kemudian, ia kembali bekerja, mencangkul tanah, menanam benih, mengairi, dan memupuk ladangnya.
Tiga bulan berlalu. Petani pertama masih meratapi kegagalannya, dan ladangnya tak terurus. Di saat yang sama, petani kedua telah menuai hasil panennya!
Terus meratapi dan menyesali kesalahan yang menyebabkan kegagalan itu tidak ada faedahnya. Anda hanya akan menjadi pribadi yang sama, tidak bisa berjiwa besar dengan menerima kekalahan. Anda juga tidak menjadi lebih dewasa dan memiliki karakter yang kuat.
Untuk bertahan, Anda harus memiliki daya tahan dan daya juang yang mumpuni. Orang-orang yang Anda kenal sukses tidak serta-merta sukses begitu saja. Ada yang harus memulai dari nol dan mengalami jatuh-bangun, bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali dalam hidup.
Bangkitlah kembali, berapa kali pun Anda gagal. Tidak usah malu, apalagi berkecil hati. Hanya orang-orang yang berani bangkit setelah gagal yang akan berhasil dalam hidupnya.
Lihat Sisi Positifnya

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. – Roma 5:3-5
Tentu, Anda sengsara ketika gagal. Anda patah hati, putus asa, frustasi, marah, atau sedih. Namun, firman Tuhan mengatakan bukan itu yang seharusnya menjadi respon kita ketika gagal. Tuhan ingin kita menjadikan kegagalan sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan pendewasaan.
Jadikan kegagalan sebagai cambuk Anda untuk bertekun lebih lagi. Menilik apa yang salah di masa lalu, dan berusaha melakukan apa yang lebih baik saat ini. Dengan demikian, Anda akan menjadi pribadi yang tahan uji. Lewat kegagalan, Anda dilengkapi dengan bekal pengalaman agar siap menghadapi situasi sulit di kemudian hari. Ketika Anda tahan uji, Anda punya pengharapan akan keberhasilan dan kemenangan!
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. – Filipi 3:13-14
Lupakan kegagalan Anda. Jangan terus melihat ke belakang, tetapi arahkan fokus Anda ke depan. Berlarilah sedemikian rupa; kejar impian dan cita-cita Anda, sampai Anda memperoleh upahnya! Tidak ada usaha yang sia-sia!
Percayalah, Tuhan Bersama Anda

Kegagalan bisa membuat seseorang menjadi rendah diri. Anda mengurung diri, menarik diri dari pergaulan, dan percaya bahwa Anda seorang pecundang karena Anda telah gagal. Padahal, kegagalan itu sifatnya sementara. Anda bisa mengubah kekalahan menjadi kemenangan. Kesempatan Anda masih terbuka!
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. – Filipi 4:13
Anda boleh saja gagal, dan Anda bisa gagal. Terimalah kenyataan itu. Namun, jangan lupa: Tuhan tidak pernah gagal. Seburuk apa pun kegagalan itu tidak akan mengurangi nilai Anda di mata Tuhan. Ketika Anda berusaha bangkit lagi, Tuhan akan menolong Anda.
Anda harus percaya diri, serta yakin pada diri sendiri karena Tuhan bersama Anda. Anda dapat melalui masa-masa berat ini karena Tuhanlah yang memberikan Anda kekuatan. Mungkin dengan kekuatan sendiri, Anda tidak mampu dan tak berdaya. Namun, adakah hal yang terlalu sulit bagi Allah?
Kini, jangan lagi terpuruk dalam kegagalan. Gagal itu tak selalu buruk. Justru, ia menjadi awal dari sebuah kemenangan, kalau Anda bisa mengatasi dan mengolahnya. Semangat!(gkdi.org)