Diakonia.id – Tim Gabungan TNI-Polri melakukan penindakan terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Jalai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Senin (26/10). Penindakan ini dilalukan untuk menangkap pelaku penyergapan dan penembakan terhadap Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya pada 9 Oktober lalu.
Dalam penindakan ini, satu orang yang diduga anggota KKB atas nama Rubinus Tigau meninggal di tempat setelah terkena tembakan ketika tengah berada di Hanoi miliknya. Selain Tigau, TNI-Polri juga mengamankan dua orang lainnya dalam penyergapan ini.
Belakangan tersiar kabar Tigau, korban meninggal dalam penyergapan yang disebut sebagai anggota KKB itu disebut-sebut sebagai tokoh agama di kampung tersebut dan telah aktif menjadi Katekis yang bekerja di Gereja Katolik stasi Jalae.
Terkait hal itu, Kapen Kogabwilhan III Kol Czi IGN Suriastawa membantah perihal informasi yang menyebut Tigau sebagai tokoh agama. Ia mengklaim sebelum dilakukan penyergapan tim gabungan TNI-Polri telah melakukan pengintaian yang cukup lama.
“Bahwa sasaran sudah diintai lama, selain didasarkan info akurat bahwa yang bersangkutan aktif dalam aksi KKSB (Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata). Hal ini juga diakui oleh pihak keluarga dan saksi lain,” kata Suriastwa melalui keterangan pers yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (27/10).
Sebagai informasi, KKB atau KKSB adalah sebutan penegak hukum Indonesia terhadap kelompok militan yang mengatasnamakan diri mereka Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Suriastwa menerangkan setelah insiden di Distrik Hitadipa, Intan Jaya yang menewaskan Pendeta Yeremia Zanambani, ada kecenderungan korban dari pihak KKB selalu dikaitkan dengan tokoh agama. Dia lalu memaparkan di luar kasus Hitadipa saja terdapat tiga kasus lain yang oleh KKB dikaitkan dengan tokoh agama.
“Termasuk tanggal 19 Oktober lalu, masifnya intimidasi dari KKSB untuk mengibarkan bendera bintang kejora sambil berkumpul di rumah-rumah ibadah,” katanya.
Keterangan Pihak Gereja
Lain TNI, lain pula gereja menjelaskan soal status Tigau. Administrator Diosesan Keuskupan Timika Pastor Marthen Kuayo justru menyebut Tigau adalah orang gereja pula.
“Keuskupan Timika menegaskan bahwa Rufinus Tigau (versi TNI menyebut Rubinus) adalah benar seorang Katekis yang bekerja di Gereja Katolik Stasi Jalae,” kata Kuayo.
Dia menerangkan Tigau diketahui telah bekerja sebagai seorang Katekis di Paroki Santo Michaelel Bilogai sejak 2015 silam. Tigau resmi dilantik sebagai Katekis oleh Pastor Paroki Santo Michaelel Bilogai dan Pastor Yustinus Rahangier.
Tigau juga disebut kerap membantu pastor-pastor yang kesulitan berkomunikasi dengan warga lokal. Setiap harinya dia disebut membantu Pastor di Paroki Jalae, karena yang bertugas di sana bukanlah orang lokal.
Alhasil Pastor di Paroki Jalae itu sejauh ini sendiri masih tidak memahami bahasa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan budaya lokal.
Itulah yang kemudian membuat Kuayo menyatakan pihaknya membantah dengan tegas terkait dugaan keterlibatan Tigau dalam setiap aksi kriminil anggota KKB.
“Tuduhan bahwa Tigau terlibat dalam gerakan separatis atau kelompok bersenjata yang dituduhkan kepadanya adalah tidak benar,” kata dia.
Sebelumnya, personel gabungan TNI-Polri melakukan penyergapan terhadap terduga KKB di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Senin (26/10). Dalam penyergapan tersebut seorang bernama Hermanus Tigapau berhasil dibekuk, sementara Rufinus Tigau tewas karena tembakan setelah kontak senjata.
Dalam kontak senjata itu, Kamal mengatakan KKB menggunakan senjata api rakitan. Kepolisian lantas memproses hukum pelaku yang telah ditangkap.
“Dua orang anggota KKB tersebut, terlibat dalam penembakan tim TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta Penembakan Intan Jaya bentukan Kemenkopolhukam),” kata Kamal.
Kamal menyebut kelompok ini merupakan bagian dari pelaku penembakan yang seringkali membuat teror di wilayah PT Freeport. Anggota KKB ini juga kerap melakukan perampokan dan penembakan di perlintasan jalur Freeport.
(tst/kid/CNN)