• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
    • Gereja
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
    • Gereja
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Umum

India Tak Perlu Tiru Indonesia soal Toleransi Beragama, Pak Wapres

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
15 March 2020
inUmum
108 3
AA
0
Ma’ruf, Konflik India, dan Delusi Toleransi di Indonesia

Diakonia.id – India bergejolak di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Warga beragama Islam dan Hindu berkonflik, dipicu oleh keberadaan Undang-Undang Amandemen Warga Negara alias Citizenship Amendment Bill (CAB).

Peraturan ini dituding anti-muslim karena, salah satunya, mengatur bahwa imigran ilegal dari Afghanistan, Bangladesh, dan Pakistan dapat mendapatkan kewarganegaraan, terkecuali mereka yang beragama Islam.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, pemerintah Indonesia seperti punya tanggung jawab turut serta menengahi konflik horizontal ini. Wakil Presiden Ma’ruf Amin, misalnya, berharap India dapat meniru Indonesia.

“Kami menginginkan agar India bersikap seperti kita, Indonesia, yaitu membangun toleransi, moderasi di dalam beragama,” ujar Ma’ruf di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (4/3/2020) lalu.

Seluruh agama yang ada saat ini harus bersikap moderat, kata Ma’ruf. Dan sikap moderat pula menurutnya jalan keluar dari konflik di India. “Sehingga bisa menjaga harmoni dan rukun,” kata ketua non-aktif Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Baca juga:   Ditolak Intoleran, Jemaat Gereja di Semarang Susah Ibadah Selama 22 Tahun

Direktur Riset Setara Institute, Halili, mengatakan solusi moderat dari Ma’ruf ini di satu sisi memang tepat, tapi jadi keliru karena yang ia contohkan adalah Indonesia, negara yang juga punya masalah akut soal toleransi antarumat beragama. “Kalau mau mawas diri, terlalu banyak kasus [intoleransi],” kata Halili kepada reporter Tirto.

Salah satu contoh intoleransi yang sempat ramai adalah pelarangan merayakan Natal bersama di Kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung, Sumatera Barat. Mereka hanya diizinkan merayakan Natal di rumah masing-masing oleh pemerintah setempat dengan dalih “kesepakatan bersama”. Komnas HAM menyatakan pelarangan ini adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Kasus lain yang juga sempat ramai adalah perusakan bangunan yang berfungsi sebagai musala di Perumahan Agape Griya, Desa Tumaluntung, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, akhir Januari lalu.

Ada juga kasus penolakan renovasi Gereja Katolik Santo Joseph di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, oleh sekelompok orang yang menyebut diri Aliansi Peduli Kabupaten Karimun.

Baca juga:   21 Ayat Alkitab tentang Patah Hati Menguatkan dan Memulihkan

Halili menegaskan kalau pemerintah kerap tak mengintervensi kasus-kasus intoleransi meski jelas punya wewenang. “Dari situ kelihatan betul pemerintah tidak punya political will menyelesaikan kasus-kasus itu. Coba tengok sekitar, contoh kasus sudah sangat jelas. Negara tidak melakukan apa-apa, bahkan hukum tidak bisa memberikan keadilan bagi minoritas yang menjadi korban,” Halili menegaskan.

Ketika ada penolakan dalam kasus Gereja Santo Joseph di Karimun, misalnya, pemerintah ‘mengarahkan’ agar semua pihak menjaga situasi dengan cara tunduk kepada proses hukum yang berlangsung, yakni peradilan. “Tapi, kata Halili, “pengadilan itu cara pemerintah menghindar dari mengatasi masalah sesungguhnya.”

Deputi Direktur Riset ELSAM, LSM yang bergerak di bidang HAM, Wahyudi Djafar, mengatakan saat ini belum ada kebijakan yang memadai apalagi menyeluruh untuk menyelesaikan kasus intoleransi. Joko Widodo belum juga mengeluarkan peraturan atau mencabut regulasi diskriminatif setelah lima tahun menjabat.

Baca juga:   Larangan rayakan Natal bersama di Dharmasraya: 'Kami patuh, tapi hati kami menangis'

“Kalau ada penyelesaian di level lokal pun, pemerintah daerah yang berinisiatif ambil proses mediasi antarkelompok,” kata Wahyudi kepada reporter Tirto.

Urus Negara Sendiri

Juru Bicara Gereja Kristen Indonesia Yasmin Bogor, Jayadi Damanik, turut merespons pernyataan Ma’ruf. Menurutnya pernyataan Ma’ruf menunjukkan bahwa pemerintah arogan dan merasa diri lebih baik soal toleransi, padahal tidak.”Rendah hati saja karena masing-masing negara punya kedaulatannya sendiri. Sebaiknya Indonesia tidak merasa lebih hebat dari negara lain,” katanya ketika dihubungi reporter Tirto.

Ia lantas mengatakan ketimbang Ma’ruf “mengurusi negara lain, harusnya urus negara sendiri saja.”

Jemaat GKI Yasmin adalah satu dari sekian banyak korban intoleransi, juga Gereja Huria Kristen Batak Protestan Filadelfia, yang sama-sama tidak punya rumah ibadah. Mereka kerap menggelar ibadah di depan Istana tiap dua pekan sekali. (tirto)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Intoleransi
Share56SendShareTweet35Share10Share14Send
Previous Post

Peran apa saja dalam pelayanan Kristen yang dapat dilakukan oleh kaum wanita?

Next Post

Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu. [2 Korintus 12:9]

Next Post

Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu. [2 Korintus 12:9]

Leave a ReplyCancel reply

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 64 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
    • Gereja
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate

© 2020 Diakonia Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Follow & Support Us!!

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

true