Diakonia.id -Salah satu syarat untuk membangun sebuah hubungan baik adalah komunikasi yang baik. Umumnya setiap anak menyayangi orang tuanya dan ingin punya hubungan akrab dengan mereka. Namun, tidak berarti setiap anak tahu elemen-elemen penting dalam sebuah komunikasi yang baik.
Kendala komunikasi inilah yang sering dialami anak yang sudah dewasa dengan orang tua lanjut usia. Hal-hal apa saja yang menghambat komunikasi anak dan orang tua, dan bagaimana mengatasinya?
Kenali Tiga Masalah Komunikasi
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. – Yakobus 1:19
Pada dasarnya, ada tiga masalah utama dalam komunikasi anak yang sudah dewasa dengan orang tua lanjut usia:
1. Lambat Mendengar
Seringnya, anak-anak yang telah dewasa merasa tidak lagi memerlukan nasihat orang tua. Kita menganggap pembicaraan mereka sudah tidak relevan dengan kehidupan kita. Kita sudah mampu membentuk opini sendiri, serta tidak begitu saja menerima masukan tanpa dipikir. Dengan kata lain, kita tak lagi seluwes anak-anak dalam menerima nasihat karena ada sejumlah penyaring, yaitu persepsi pribadi, pengetahuan, dan pengalaman hidup kita.
Apakah Anda sering menyepelekan topik pembicaraan orang tua Anda? Saat ayah atau ibu Anda ingin mencurahkan perasaannya atau menceritakan peristiwa yang mereka alami, apakah Anda menganggapnya tidak penting sehingga malas mendengar sampai akhir? Atau, Anda merasa nasihat orang tua tidak lagi cocok bagi orang seusia Anda?
Sewaktu menjadi raja, Rehabeam mengabaikan nasihat tua-tua yang setia kepada ayahnya, Salomo. Ia memilih mengikuti nasihat orang-orang sebayanya. Akibatnya, rakyat memberontak dan kerajaan orang Israel terpecah dua (1 Raja-raja 12:1-19).
Poin saya di sini bukanlah bahwa kita tidak boleh mengikuti nasihat orang muda, melainkan hendaknya kita tidak menyepelekan nasihat orang tua.
Solusi masalah ini sebenarnya sederhana: belajarlah untuk cepat mendengar. Dengan kata lain, simaklah ucapan orang tua Anda dari awal sampai akhir. Perhatikan nada bicara dan bahasa tubuh mereka. Apakah mereka gelisah, gembira, sedih, kesal, atau takut?
Saat bicara, usahakan untuk duduk berhadapan. Anda bisa menjadikan makan malam sebagai momen khusus untuk mengobrol dengan orang tua. Jaga kontak mata Anda dan hindari berbicara sambil melakukan aktivitas lain, seperti mengetik di ponsel atau bermain game. Kalau Anda sendiri ingin didengarkan dengan penuh perhatian, mengapa Anda tidak memperlakukan orang tua dengan cara serupa?
2. Cepat Berkata-kata
Makna cepat berkata-kata di sini adalah, ketika orang tua sedang mengatakan sesuatu, kita melakukan interupsi dengan respon negatif.
Apakah Anda sering memberi tanggapan tajam di sela-sela percakapan sehingga orang tua langsung mengakhiri pembicaraan? Misalnya, Anda baru mendengar sepenggal cerita dari mereka, tetapi langsung mengambil kesimpulan dan menyalahkan orang tua Anda.
Kebanyakan orang tidak suka diinterupsi. Anda mungkin jengkel ketika acara televisi atau streaming video yang sedang seru-serunya Anda tonton dipotong oleh iklan. Itulah yang dirasakan orang tua ketika Anda memotong ucapan mereka.
Solusinya ada dalam ayat di atas: lambatlah berkata-kata. Dengarkan baik-baik sebelum memberi respon. Jangan buru-buru menanggapi sampai Anda mengetahui seluruh gambaran yang ingin mereka sampaikan. Jika memungkinkan, carilah waktu atau ruangan khusus agar percakapan Anda dengan orang tua menjadi lebih santai.
3. Cepat Marah
Apakah Anda marah ketika orang tua menanyakan hal yang sama berulang-ulang? Padahal, itu mereka lakukan karena lupa atau kurang jelas mendengar. Orang lanjut usia biasanya mengalami penurunan kemampuan fisik dan daya tanggap psikologis. Contohnya, kemampuan mendengar dan mengingat mereka tidak lagi setajam dulu. Perasaan atau kondisi emosional mereka juga cenderung lebih sensitif dibanding kaum muda.
Dulu, saya cenderung menaikkan nada bicara ketika diminta ibu saya untuk mengulang apa yang sudah saya utarakan lebih dari dua kali. Ketika saya tahu pendengaran Ibu tidak lagi sebaik dulu, saya belajar menyiapkan diri dengan kesabaran sebelum memulai percakapan.
Ingatlah bahwa kondisi tubuh ayah-ibu Anda tidak lagi seprima dulu. Ingat juga, bahwa Anda pun tidak akan muda selamanya. Bagaimana perasaan Anda jika Anda dibentak-bentak karena keterbatasan fisik yang berada di luar kendali Anda?
Solusi masalah ini adalah lambatlah untuk marah. Bersabarlah dalam mendengar dan berbicara. Kalau perlu, carilah tempat yang tenang untuk bercakap-cakap. Bicarakan satu topik dalam satu waktu, dan jangan mengubah topik pembicaraan secara mendadak. Bukankah sewaktu Anda masih kecil dan tidak tahu apa-apa, orang tua menuntun Anda untuk belajar secara perlahan dan bertahap?
Jika selama ini Anda merasa sulit berkomunikasi dengan orang tua Anda, cobalah terapkan cepat mendengar, lambat berbicara, dan lambat marah. Orang tua akan merasa dikasihi, diterima, dan dimengerti. Ketika mereka tahu Anda betul-betul mendengarkan dan memahami mereka, ayah-ibu Anda akan lebih tenang dan bahagia. Bagaimanapun sulitnya hal tersebut, Anda patut memperjuangkannya karena itulah yang Tuhan kehendaki dari kita.
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. – Efesus 6:1-3. (gkdi.org)