• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Kebangsaan

Merawat Keberagaman, Masjid dan Gereja Berbagi Tembok Selama 55 Tahun

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
11 April 2021
inKebangsaan
52 1
AA
0
Merawat Keberagaman, Masjid dan Gereja Berbagi Tembok Selama 55 Tahun


Diakonia.id – Memelihara keberagaman atas perbedaan keyakinan tidaklah sulit. Selama sekitar 50 tahun, dua rumah ibadah berbagi tembok di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pemandangan itu terlihat jelas di Masjid Dakwah Wanita dan Gereja Pantekosta, Bukit Zaitun di Jalan Ir Soekarno, Kelurahan Dapu-Dapura, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.

Dua rumah ibadah yang letaknya hanya dipisahkan oleh sekat dinding adalah bukti nyata kehidupan harmonis dan toleransi antarumat beragama di bumi Anoa. Kedua bangunan yang nyaris satu atap itu sama-sama dibangun tahun 1960-an.

Gereja Pantekosta berdiri 3 tahun lebih awal dibandingkan Masjid Dakwah Wanita. Kini, setelah lebih dari 50 tahun, kedua bangunan ini masih kokoh, hidup berdampingan bagai saudara tanpa pernah terjadi gesekan, apalagi konflik antarkedua umat beragama itu.

Salah seorang pengurus Masjid Dakwah Wanita Kendari, Sulfakri Sidik, menuturkan, sejak dulu kehidupan antarumat beragama sangat harmonis. Bangunan masjid dan gereja yang hanya dipisahkan tembok tersebut tidak menjadi penghalang bagi jemaah, baik Muslim maupun Nasrani, untuk menjalankan ibadah masing-masing.

Baca juga:   PERAN POLITIK BAGI KEHIDUPAN SEHARIAN

Tak pernah tebersit sedikit pun perasaan saling terganggu. Bagi mereka, kedekatan tersebut justru sebuah keunikan yang menjadi kebanggaan.

“Setiap penyelenggaraan ibadah maupun kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, kita selalu berkoordinasi dan saling komunikasi. Kita tanya ibadah mereka hari apa, kalau kebetulan waktunya bertepatan dengan ibadah kita, maka pengeras masjid kita kecilkan. Begitu pun sebaliknya, jika mereka ada kebaktian yang bertepatan dengan shalat kita, jadi jadwal kebaktian mereka majukan,” ungkap Sulfakri saat ditemui di Masjid Dakwah Wanita Kendari, Selasa (21/7/2015).

Sementara itu, pimpinan Jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun, Pendeta David Agus Setiawan, menyatakan, masyarakat Kota Kendari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, terutama dalam kegiatan ibadah, sehingga tak heran jika kedua bangunan rumah ibadah tersebut tetap kokoh berdampingan hingga sekarang.

Baca juga:   "Perda Manokwari Kota Injil Berpotensi Melahirkan Konflik"

“Dari dulu juga kita sudah hidup berdampingan tanpa pernah ada rasa saling terganggu. Saat-saat masjid belum lama berdiri, mereka belum punya pompa air sehingga kalau mau wudu agak kerepotan. Karena kami waktu itu sudah punya pompa air, ya silakan ambil selang dan tarik airnya ke masjid,” ungkap David.

Keharmonisan antara dua umat beragama ini pun, lanjut David, terlihat saat mereka membersihkan lingkungan sekitar. Jika yang melakukan kerja bakti adalah pihak masjid, maka halaman gereja juga ikut dibersihkan.

Begitu pun sebaliknya, jika pihaknya yang mengadakan kerja bakti, maka halaman masjid juga ikut dibersihkan. David mengingat, kala isu pembakaran gereja di Jawa Timur sekitar tahun 1997, menyebar hingga ke Kendari. Dia mengaku ada rasa khawatir bahwa gereja mereka akan menjadi sasaran pembakaran. Pihaknya meminta bantuan pengamanan dari kepolisian.

Baca juga:   Kemenag Sebut Polemik Gereja di Karimun Bukan Masalah Intoleransi

Namun, yang terjadi, para remaja masjid tanpa pernah diminta justru ikut bergabung bersama petugas kepolisian dan berjaga-jaga di sekitar gereja. Hingga kini, kedua bangunan tersebut telah menjadi situs sejarah di Kota Kendari.

Tak hanya di situ, Gereja GepSultra Jemaat Immanuel dan Masjid Akbar berjejer dan hanya dipisahkan oleh gang kecil menuju permukiman warga di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Benu-Benua, Kendari. Begitu juga dengan Masjid Agung Al-Kautzar Kendari yang terletak di seberang Gereja Ora Et Labora di Jalan Lawata, Mandonga, Kendari.

Join @idDiakonia on Telegram
Source: nationalgeographic
Tags: Toleransi
Share27SendShareTweet17Share5Share7Send
Previous Post

Jemaat Ingin Walkot Bogor Buktikan GKI Yasmin Klir Tahun Ini

Next Post

Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku. [Mazmur 22:14]

Next Post

Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku. [Mazmur 22:14]

Leave a ReplyCancel reply

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 75 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate

© 2020 Diakonia Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Follow & Support Us!!

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

true