Diakonia.id – Anda pasti suka Paulus. Orang yang sangat jujur. Apa adanya. Seperti dalam suratnya pada jemaat Filipi.
Lihat aku, katanya, aku adalah orang yang sangat taat pada Taurat..
“..disunat pada hari ke 8, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, Israel-nya Israel. Seorang Farisi, dan sempurna dalam mentaati Taurat” (Filipi 3:5-6)
Lalu ia katakan, “Kuanggap semua itu sampah, dibandingkan dengan Kristus!”.
Anda tahu kata apa yang digunakan Paulus saat ia katakan ‘sampah’?
Para penerjemah kitab tidak berani menggunakan kata yang Paulus gunakan.
Kata yang digunakan Paulus dalam bahasa Yunani adalah ‘skubalon’. Artinya (maaf) ekskresi manusia maupun hewan, kotoran, pup, eek, tahi.
Mempercayai bahwa diri kita benar karena melakukan Taurat adalah ‘sampah’, kata Paulus.
Kebenaran kita hanya datang melalui iman kepada Kristus.
Paulus awalnya tak percaya ini. Dirinya seorang Yahudi yang sempurna, pelaku hukum yang sempurna, yang mendadak menemukan kenyataan bahwa ia dibenarkan hanya oleh iman semata, bukan karena melakukan Taurat.
Mendadak ia tidak harus melakukan apa-apa lagi.
Tak perlu bersusah payah.
Bayangkan! Seumur hidup anda berjuang mematuhi Taurat lalu seseorang bilang pada anda adalah mustahil bagi anda menjadi orang benar dengan usaha anda sendiri, tapi jangan kuatir, karena Allah telah memberikan kebenaranNYA sebagai hadiah cuma-cuma buat anda.
Apaa?
Sukar dipercaya!!
Itulah kenapa Paulus tak henti-hentinya memberitakan kasih karunia Allah.
Tak henti-hentinya memberitakan bahwa kebenaran adalah hadiah cuma-cuma tanpa perlu usaha kita.
“..bukan hasil usahamu. Itu pemberian Allah” (Efesus 2:8).
Ada orang yang mengajarkan bahwa kita ‘benar secara posisi’, tapi harus berjuang mempertahankan kebenaran itu.
Hmm.. dimana ya Paulus bilang begitu?
Tidak ada tuh yang namanya ‘benar secara posisi’ dalam surat Paulus.
Kita sudah dibenarkan SEKARANG.
BUKAN nanti.
Itulah kabar baik.
Dan itu cuma-cuma!
Peperangan kita bukan mengalahkan dosa – Kristus SUDAH memenangkan peperangan itu di salib.
“Ia menyatakan diriNya satu kali untuk selamanya untuk MENGHAPUSKAN DOSA dengan korban diriNya sendiri” (Ibr 9:26).
Kristus sudah menyelesaikan masalah dosa. Itu peperanganNYA. Dan Dia menang.
Peperangan kita adalah BERHENTI percaya kita harus menambahi sesuatu kepada apa yang Yesus sudah lakukan.
Peperangan kita adalah BERHENTI berpegang pada kemampuan diri untuk mengatasi dosa, dan berpegang pada kemampuan Yesus.
Yesus berhasil menyalibkan dosa di salib, atau tidak?
Yesus berhasil menghapuskan dosa, atau tidak?
Apakah surat Ibrani berbohong?
Apakah Firman Tuhan itu suatu kebohongan, atau kebenaran?
Kita percaya Allah, atau tidak?
Kita lepas dari penjara dosa, atau tidak?
Jawabannya tidak tergantung pada bagaimana kita hidup.
Kita tidak bisa membebaskan diri kita sendiri dari dosa.
Jawabannya terletak pada salib Kristus.
Apakah itu berguna atau tidak?
Sudah selesai, atau belum?
Kita bebas, atau tidak?
Paulus katakan, kita sudah bebas.
“Kristus telah memerdekakan kita” (Gal 5:1).
Yesus juga mengatakan begitu.
“Jika Anak sudah memerdekakan kamu, maka kamu BENAR-BENAR merdeka” (Yoh 8:36).
Peperangan kita bukan melawan dosa, tapi melawan KEBENARAN DIRI.
Peperangan kita adalah melawan KESOMBONGAN.
Peperangan kita adalah melawan keinginan kita untuk berperan dalam keselamatan kita.
Penolakan atas kebenaran bahwa kita tidak punya peran apapun dalam keselamatan kita, ITU yang MENGHALANGI kita mengalami kemerdekaan sejati.
Kristus sudah memerdekakan kita tapi kita kembali merantai diri, mencoba membuktikan betapa baik kita pada Allah. Padahal Dia sendiri bilang,
“Tak seorang pun yang baik, kecuali Allah” (Markus 10:18).
Apa yang Paulus katakan?
Apakah dia mengatakan : kita yang dibenarkan karena telah berjuang mengalahkan dosa sekarang hidup berdamai dengan Allah?
Atau : “Kita yang dibenarkan karena iman sekarang hidup berdamai dengan Allah?” (Roma 5:1).
Kita tidak menjadi benar karena usaha kita.
Kita berdamai dengan Allah karena apa yang Kristus capai buat kita.
Kita berdamai dengan Allah karena iman.
Tak ada sumbangan kita bahkan yang terkecil sekalipun dalam peperangan melawan dosa.
Yesus yang lakukan semua.
Dia yang mendapat semua ‘medali emas’.
Tak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat kita lebih benar dari yang sudah Ia lakukan.
Anda pikir anda bisa menambahkan sesuatu kepada jubah kebenaran yang Allah pasangkan pada kita, dengan usaha kita sendiri?
Sombong sekali!
John Stott dalam bukunya ‘The Cross of Christ’ pernah berkata :
Kita membenci ide bahwa kita tidak punya andil apapun dalam keselamatan, membuat kita tersandung pada salib.
Tak ada yg perlu ditambahkan.
Yesus sudah melakukan semua.
Semakin banyak kita memberitakan Injil yang sesungguhnya -bahwa kita dibenarkan karena kasih karunia melalui iman- semakin cepat orang mengalami kemerdekaan dan masuk ke dalam ‘peristirahatan’ yang Allah sediakan.
Apakah Yesus berkata :
“Marilah padaKu semua yang letih lesu dan Aku akan membuatmu berjuang memerangi dosamu?”
Atau
“Marilah padaKu semua yg letih lesu dan Aku akan memberimu kelegaan/istirahat” (Mat 11:28).
Dia katakan akan memberi kelegaan, istirahat, rehat.
Intinya, kita TIDAK BISA MENJADI BENAR karena perbuatan kita.
Seperti anak yang hilang, kita diberikan jubah yang terbaik oleh Bapa kita.
Jubah kebenaran.
“Aku bersukaria dalam Tuhan Allahku, karena .. menyelubungiku dengan jubah kebenaranNya” (Yesaya 61:10).
Tuhan menyelubungi Yesaya, dan Ia sekarang menyelubungi KITA.
JubahNYA. BUKAN jubah kita.
Jubah TERBAIK-Nya.
Kita tidak bisa membuat jubah itu lebih bersih.
Atau lebih indah.
Yang perlu kita lakukan hanyalah MENERIMA.
Salam kasih karunia.
[Steve Edwards : Paul says the law is a load of old bull; 6 December 2014]
http://thegracebase.com/2014/12/06/paul-says-the-law-is-a-load-of-bull/
*) Diterjemahkan oleh Mona Yayaschka/dailygracia