• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Gereja

Peran apa saja dalam pelayanan Kristen yang dapat dilakukan oleh kaum wanita?

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
3 March 2020
inGereja, Keluarga & Relasi
68 3
AA
0


Diakonia.id – Topik pelayanan wanita dalam gereja merupakan isu yang sering diperdebatkan di antara umat Kristen dan tidak jarang perselisihan terjadi. Titik perselisihan itu berpusat pada bagian Alkitab yang melarang wanita berkhotbah dalam gereja atau “memerintah laki-laki” (1 Timotius 2:12; baca juga 1 Korintus 14:34). Argumen yang muncul pada intinya membahas apa bagian ayat-ayat tersebut hanya berlaku pada masa penulisan saja. Ada yang mengajukan bahwa karena sudah tidak lagi ada “perbedaan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, antara hamba dan orang bebas, antara laki-laki dan perempuan. Saudara semuanya satu karena Kristus Yesus” (Galatia 3:28), maka wanita seharusnya bebas menekuni karir yang tersedia bagi kaum pria. Adapun mereka yang menegaskan bahwa 1 Timotius 2:12 masih berlaku pada jaman ini, karena dasar pemberian perintah tersebut bukan bersifat kebudayaan melainkan global, yang dipetik dari urutan penciptaan (1 Timotius 2:13-14).

Baca juga:   Ketika Orang Atheis dan Agnostik Enggan Punya Anak

Satu Petrus 5:1-4 memberi kualifikasi seorang penatua. Presbuteros adalah kata Yunani yang digunakan sebanyak enam puluh dua kali di dalam Perjanjian Baru dalam membahas seorang “pria pengawas yang berpengalaman.” Kata tersebut juga berbentuk maskulin. Bentuk feminin dari kata itu, presbutera, tidak pernah digunakan. Berdasarkan kualifikasi 1 Timotius 3:1-7, peran seorang penatua hapmir sama dengan seorang pendeta/pengawas (Titus 1:6-9; 1 Petrus 5:1-3). Dan karena, menurut 1 Timotius 2:12, seorang wanita tidak diperbolehkan “mengajar ataupun memerintah laki-laki,” maka cukup jelas bahwa posisi penatua atau pendeta – yakni mereka yang bertugas mengajar, memimpin jemaat, dan mengawasi perkembangan rohaninya (1 Timotius 3:2) – dikhususkan bagi pria saja.

Baca juga:   Kriteria apakah yang penting dalam memilih gereja?

Akan tetapi, sepertinya jabatan penatua/pendeta adalah satu-satunya jabatan yang dikhususkan bagi para pria. Sejak perkembangan gereja, peranan wanita selalu besar, dan wanita pun menjadi saksi-saksi penyaliban Yesus ketika para murid-Nya melarikan diri (Matius 27:55; Yohanes 19:25). Rasul Paulus juga menghormati kaum wanita, dan cukup banyak suratnya kepada gereja-gereja yang memberi salam kepada nama wanita-wanita tertentu (Roma 16:6,12; Kolose 4:15; Filipi 4:2-3; Filemon 1:2). Paulus menjuluki para wanita itu sebagai “kawan-kawanku sekerja yang lain,” dan dengan jelas pelayanan mereka pada Tuhan menguntungkan gereja secara keseluruhan (Filipi 4:3; Kolose 4:15).

Jabatan diciptakan di dalam gereja mula-mula demi memenuhi kebutuhan tubuh Kristus. Walaupun banyak gereja modern yang saling menggantikan posisi penatua dan diaken, kedua jabatan itu berbeda pada awal mulanya. Diaken ditetapkan untuk melayani secara fisik ketika diperlukan (Kisah 6:2-3). Tidak ada larangan terhadap wanita yang ingin melayani dalam cara itu. Sebaliknya, adalah sangat mungkin bahwa Roma 16:1 mengindikasi seorang wanita bernama Febe merupakan seorang diaken wanita yang dihormati di gereja Roma.

Baca juga:   Apa pentingnya Perjamuan Kudus itu?

Tidak ada contoh alkitabiah yang melarang wanita melayani sebagai pemimpin pujian, pelayan pemuda, atau direktur program anak-anak. Satu-satunya larangan yang ada supaya mereka tidak menempatkan diri sebagai otoritas rohani di atas kaum pria dewasa. Karena perhatian Alkitab kelihatannya berhubungan dengan otoritas rohani, bukan fungsi, maka peran yang tidak mengepalai kaum pria secara rohani sebaiknya diperbolehkan. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Gereja
Share36SendShareTweet22Share6Share9Send
Previous Post

Partisipasi Silang Muslim, Kristen, Hindu, Budha di Papua Barat, Dampaknya Tak Disangka

Next Post

India Tak Perlu Tiru Indonesia soal Toleransi Beragama, Pak Wapres

Next Post
Ma’ruf, Konflik India, dan Delusi Toleransi di Indonesia

India Tak Perlu Tiru Indonesia soal Toleransi Beragama, Pak Wapres

Leave a ReplyCancel reply

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 75 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate

© 2020 Diakonia Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Follow & Support Us!!

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

true