Diakonia.id –
Jika tidak ada orang kudus milik Allah yang miskin dan berada dalam ujian, kita tidak akan tahu seberapa besar penghiburan yang datang dari kasih karunia ilahi. Ketika kita bertemu musafir yang tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya, tetapi masih bisa mengatakan, “Aku tetap percaya kepada Tuhan;” ketika kita melihat orang sangat miskin dan lapar akan roti dan air, tetapi masih bisa memuliakan Yesus; ketika kita melihat janda yang penuh penderitaan karena ditinggal mati suaminya, tetapi masih beriman kepada Kristus, oh! betapa mulianya mereka merefleksikan cahaya Injil. Kasih karunia Allah digambarkan dan diagungkan dalam kemiskinan dan ujian orang-orang percaya. Orang-orang kudus bertahan dalam setiap kekecewaan, percaya bahwa segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan bagi mereka [Roma 8:28], dan bahwa dari setiap kesusahan yang sedang mereka alami, berkat sesungguhnya akan pada akhirnya memancar keluar — yaitu bahwa Allah mereka akan segera menyediakan kelepasan bagi mereka, atau secara pasti menopang mereka di dalam derita, selama apapun Dia berkenan menaruh mereka di dalamnya. Kesabaran orang-orang kudus ini membuktikan kuasa kasih karunia ilahi. Ada sebuah mercusuar di laut: di sebuah malam yang tenang — aku tidak bisa mengatakan apakah bangunan itu teguh; badai yang besar harus menerjang bangunan itu, barulah kemudian aku tahu apakah bangunan itu tetap berdiri. Begitu juga dengan karya Roh Kudus: jika kita tidak berkali-kali dikepung air yang bergelora, kita tidak bakal tahu bahwa karya itu sejati dan kuat; jika angin tidak meniupnya, kita tidak bakal tahu betapa teguh dan amannya karya itu. Karya besar Allah yaitu orang-orang yang berdiri di tengah-tengah kesulitan, teguh, tidak goyah, —
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.