Diakonia.id -Dalam agama Abrahamik, disebut juga Ibrahimiah atau samawi, Nuh adalah salah satu nabi utama dengan kisah soal bahtera yang melegenda dan diyakini kebenarannya oleh para penganut agama Islam, Kristen, dan Yahudi.

Detail Bahtera Nuh (Noah’s Ark) dalam setiap agama samawi itu berbeda-beda, namun pada intinya Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah perahu yang amat besar untuk menyelamatkan umat manusia dan sejumlah makhluk hidup dari banjir besar (great flood) yang akan datang.
Hanya sedikit orang yang memercayai sang nabi dan mau naik kapal tersebut, hingga akhirnya banjir bandang itu terjadi dan menghancurkan sebagian besar kehidupan, kecuali mereka yang berada bersama Nuh di bahtera tersebut.
Banyak umat yang percaya kisah tersebut adalah nyata–sesuai dengan yang tertera di Taurat, Injil, dan al-Quran–namun ada juga yang menganggapnya sebagai kiasan.
Mereka yang percaya, hingga saat ini terus berupaya untuk mencari bukti nyata keberadaan Bahtera Nuh tersebut di Bumi.
Baru-baru ini terbit kabar bahwa sekelompok penjelajah mengklaim bukti ilmiah keberadaan Bahtera Nuh telah ditemukan di Turki.
Dikabarkan The Nation, Lebih dari 100 peneliti internasional mengadakan simposium selama tiga hari untuk membahas bukti baru bahwa Bahtera Nuh membuat pendaratan di Gunung Ararat.
Seorang “pemburu bahtera” dari California, Amerika Serikat, yakin bahwa dia menemukan tempat peristirahatan terakhir dari bahtera tersebut.
“Hasil temuan saya akan dipublikasikan di buku, publikasi dan jurnal, namun pada saat ini masih terlalu dini untuk mengetahui apa yang akan kami temukan,” kata Raul Esperante dari Geoscience Research Institute dilansir dari Express (26/12).
“Begitu komunitas ilmuwan tahu tentang keberadaan Bahtera Nuh di Gunung Ararat, kita bisa menyediakannya untuk masyarakat umum.”
“Tujuan saya adalah mengunjungi situs-situs di sekitar gunung untuk menemukan petunjuk tentang kejadian bencana di masa lalu.”
Pada tahun 2010, periset evangelis Tiongkok dan Turki mengklaim telah menemukan sisa-sisa kayu dari struktur “seperti-pohon” sekitar 4.000 m di atas gunung di Provinsi Agri, puncak tertinggi di Turki, yang titik tertingginya berada 5.100 m di atas permukaan laut.
Mereka mengatakan, berdasarkan penanggalan karbon, kayu tersebut diperkirakan berusia sekitar 4.800 tahun, yang dapat menempatkannya pada periode sejarah yang sama seperti saat banjir yang dikatakan telah terjadi.
Kapal tersebut dikatakan berukuran 300 hasta, dengan jarak 50 hasta, kali jarak 30 hasta, yang berarti panjang 157m, lebar 26m, dan tinggi 16m.
Esperante kemudian meminta bantuan dana agar bisa melanjutkan pekerjaan itu.

Meski dianggap sebagai peristiwa bersejarah, kebanyakan ilmuwan dan arkeolog tidak mempercayai penafsiran kisah Bahtera Nuh.
Nicholas Purcell, seorang dosen sejarah kuno di Oxford University, Inggris, mengatakan kepada MailOnline bahwa klaim tersebut adalah omong kosong.
“Jika banjir menutupi daratan seluas Eurasia 12.000 kaki [3.700 meter] pada 2.800 SM, bagaimana dengan masyarakat kompleks Mesir dan Mesopotamia, yang sudah berabad-abad lamanya, tetap berada di tempatnya?”
Brent Landau, seorang ilmuwan biblikal di University of Texas di Austin, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan kepada Newsweek, “Sejak abad ke-19 sampai sekarang, ada banyak klaim bahwa Bahtera Nuh telah ditemukan di sekitar Gunung Ararat.”
“Tapi klaim ini hampir selalu dibuat oleh literal alkitabiah, yang percaya bahwa Alkitab itu 100 persen benar. Jadi mereka tentu saja tidak melakukan penyelidikan mereka dari perspektif ilmiah yang netral.”
Geoscience Research Institute bukanlah entitas yang tidak memihak. Ia disponsori oleh sebuah gereja Kristen Protestan bernama Seventh-day Adventist Church (Gereja Masehi Adven Hari Ketujuh).
Keberadaan Banjir Besar sering diperdebatkan karena alasan yang jelas. Namun ada bukti yang diterima oleh ilmuwan religius dan sekuler (termasuk Landau) bahwa peristiwa semacam itu bisa terjadi, bahkan jika garis waktu sedikit berbeda dari yang ada dalam Kitab Suci.
Namun, tetap banyak orang yang berpetualang mencari bahtera itu sendiri dan mengaku menemukannya. Tapi bukti yang disajikan biasanya berakhir hampa.
Salah satunya adalah klaim penemuan Bahtera Noah pada 2010 yang kemudian terbukti sebagai hoax, seperti dikabarkan NBC. Seorang ilmuwan evangelis mantan anggota tim yang mengaku menemukan tersebut, kepada Christian Science Monitor, menyatakan bahwa analisis telah membuktikan temuan itu adalah tipuan.
Namun tetap, Esperante dan banyak orang yang sejalan dengannya berpikir sebaliknya.
Landau menyatakan semua klaim penemuan Bahtera Nuh pada masa lalu pada akhirnya terbukti palsu. Bahkan ada yang ketahuan diam-diam menempatkan balok-balok kayu atau artefak lainnya, lalu menyatakan bahwa mereka menemukannya.
Atau para penemu itu hanya menunjukkan batu besar yang formasinya mirip sebuah perahu.
“Saya cukup yakin bahwa klaim terbaru ini kurang lebih sama,” tulis Landau.(lokadata)