Diakonia.id – Firman Tuhan tidak secara eksplisit menyatakan boleh tidaknya orang Kristen bermain (video) game. Tapi, prinsip-prinsip Alkitab mengenai cara menghabiskan waktu bisa kita jadikan pegangan. Kalau sebuah aktivitas tertentu sudah sampai mengendalikan hidup kita, Allah memerintahkan kita untuk melepaskan diri dari hal itu untuk sementara waktu. Kita melakukan “puasa” terhadap makanan, film, TV, musik, video game, atau apapun yang bisa mengalihkan perhatian kita dari pengetahuan dan kasih terhadap Allah dan pelayanan terhadap umat-Nya.
Meskipun beberapa dari hal-hal ini pada dasarnya bukan merupakan hal yang buruk, hal-hal ini sudah menjadi berhala jika mereka mengalihkan perhatian kita dari kasih mula-mula yang kita miliki (Kol 3:5; Why 2:4). Berikut adalah beberapa prinsip Alkitab untuk dipertimbangkan, baik yang terkait video game, TV, film, ataupun hal-hal duniawi lainnya.
1. Apakah bermain video game bisa mendewasakan iman atau sekedar menghibur diri saya? Untuk mendewasakan iman berarti membangun. Akankah bermain video game membangun kasih Saudara kepada Allah, pengetahuan Saudara mengenai Dia, dan pelayanan Saudara kepada orang lain? “‘Segala sesuatu diperbolehkan,’ tetapi tidak semuanya berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan,’ tetapi tidak semuanya membangun” (1 Kor 10:23-24; Rm 14:19 – AYT). Ketika Allah memberikan kepada kita waktu istirahat, kita seharusnya melakukan sesuatu yang bisa membangun kita secara spiritual. Apakah kita memilih kegiatan yang diperbolehkan ketimbang kegiatan yang terpuji? Ketika kita memiliki pilihan antara yang “baik,” yang “lebih baik,” dan yang “terbaik,” maka kita harus memilih yang “terbaik” (Gal 5:13-17).
2. Apakah bermain video game akan membuat kita lebih menuruti kehendak sendiri atau kehendak Allah? Kehendak Allah bagi anak-anak-Nya dapat disimpulkan dalam perintah-Nya yang terbesar: “‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu, dan dengan segenap akal budimu . Dan, kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri'” (Luk 10:27). Kehendak kita telah tercemar oleh dosa. Karena kita telah diselamatkan dari keinginan yang egois, kita harus menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak-Nya (Fil 3:7-9). Kehendak Allah mengubah kehendak kita (Mzm 143:10). Secara progresif, keinginan-Nya juga seharusnya menjadi keinginan kita.
Banyak orang meyakini jika kehendak Allah itu membosankan dan memalukan. Mereka membayangkan seorang biarawan di biara yang sunyi ataupun seorang petugas kebersihan gereja yang pemarah. Sebaliknya, orang yang mengikuti kehendak Allah adalah orang-orang yang paling bersukacita dan paling pemberani yang pernah hidup. Membaca biografi tokoh seperti Hudson Taylor, Amy Carmichael, Corrie Ten Boom, dan George Mueller akan membuktikan hal tersebut.
Tentu saja, orang-orang kudus ini juga menghadapi kesulitan dari dunia, keinginan daging mereka sendiri, dan serangan iblis. Mereka mungkin tidak memiliki banyak harta di dunia ini, tetapi Allah melakukan perbuatan-perbuatan besar melalui mereka. Pada awalnya, kehendak-Nya mungkin tampak mustahil dan terlalu kudus untuk terlihat menyenangkan. Tapi, Allah akan memberi kita kekuatan untuk melakukan hal tersebut. Termasuk kemampuan bersukacita ketika melakukannya. “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku” (Mzm 40:8a; lihat Ibr 13:21).
3. Apakah bermain video game memuliakan Allah? Beberapa video game memuliakan kekerasan, percabulan, dan keputusan yang bodoh (misalnya: “karena saya kalah dari balapan ini, maka saya akan merusak mobil saya saja”). Sebagai orang Kristen, kegiatan kita haruslah memuliakan Allah (1 Kor 10:31) dan membantu kita untuk bertumbuh dalam pengetahuan dan kasih karunia Kristus.
4. Apakah bermain video game bisa menghasilkan pekerjaan yang baik? “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef 2:10; baca juga di Tit 2:11-14 dan 1 Ptr 2:15). Kemalasan dan keegoisan melanggar tujuan Allah bagi kita – untuk melakukan pekerjaan baik kepada orang lain (1 Kor 15:58; baca juga di Gal 6:9-10).
5. Apakah bermain video game bisa menunjukkan penguasaan diri? Banyak orang mengatakan bahwa video game dapat menjadi candu atau obsesi. Tidak ada tempat dalam kehidupan orang Kristen untuk hal-hal seperti itu. Paulus membandingkan kehidupan orang Kristen dengan seorang atlet yang mendisiplinkan tubuhnya sehingga ia dapat memenangkan hadiah. Orang Kristen memiliki motivasi yang lebih besar untuk menjalani kehidupan yang dipenuhi penguasaan diri – yaitu hadiah kekal di surga (1 Kor 9:25-27).
6. Apakah bermain video game bisa menjadi kegiatan yang baik untuk menghabiskan waktu? Saudara akan mempertanggungjawabkan bagaimana Saudara mempergunakan waktu Saudara yang terbatas ini di hadapan Tuhan. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain video game tidak bisa disebut sebagai cara yang baik dalam menggunakan waktu. “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Ef 5:15-17). “Supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah” (1 Ptr 4:2; lihat juga Kol 4:5, Yak 4:14, dan 1 Ptr 1:14-22).
7. Apakah bermain video game memenuhi persyaratan yang dinyatakan di surat Filipi 4:8? “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp 4:8). Ketika Saudara bermain video game, apakah pikiran Saudara terfokus pada hal-hal yang saleh atau justru pada hal-hal yang sekuler?
8. Apakah bermain video game sesuai dengan tujuan hidup saya? Paulus menulis bahwa pada hari-hari akhir orang akan “… lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah” (2 Tim 3:4). Budaya barat cocok dengan gambaran tersebut. Kita suka bermain. Orang non-Kristen menjadi kecanduan terhadap hiburan seperti film, olahraga, dan musik karena mereka tidak memiliki tujuan yang lebih tinggi selain untuk menikmati hidup ini sebelum mati.
Semua jenis hiburan ini tidak bisa benar-benar memuaskan kita (Pkh 2:1). Ketika orang-orang Kristen menjadi kecanduan terhadap hal-hal yang sama seperti orang non-Kristen, dapatkah kita benar-benar menyatakan kalau kita menunjukkan hidup yang baru “di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Flp 2:15)? Ataukah kita membuktikan kepada orang lain bahwa kita sama sekali tidak berbeda dari mereka? Bahwa Kristus tidak membuat perbedaan yang signifikan dalam hidup kita?
Paulus menganggap bahwa mengenal, mengasihi, dan menaati Allah menjadi prioritas hidupnya yang paling utama. “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus… Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Flp 3:7-10).
Apakah bermain video game menunjukkan kasih yang saya miliki untuk Allah ataukah kasih yang saya miliki untuk hal-hal yang dari dunia? (1 Yoh 2:15-17).
9. Apakah bermain video game bisa membuat saya berfokus kepada hal-hal yang bersifat kekal? Orang Kristen memiliki pengharapan atas upah yang bersifat kekal di surga jika mereka sungguh-sungguh setia selama di bumi (lihat Mat 6:19-21 dan 1 Kor 3:11-16). Jika kita berfokus pada hidup di kekekalan ketimbang kesenangan duniawi, kita akan menyerahkan seluruh sumber daya, waktu, dan hati kita untuk pelayanan (Kol 3:1-2; 23-24).
Jika harta atau kesibukan menyebabkan kita kehilangan upah yang kekal, layakkah semuanya itu untuk kita kejar (Luk 12:33-37)? Orang Kristen sering mencoba untuk melayani Allah dan keinginan mereka sendiri. Tetapi, Yesus dengan jelas menyatakan, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat 6:24).
Allah memberikan kita sukacita melalui waktu kerja dan istirahat (Pkh 5:19; Mat 11:28-29; Kol 3:23-24). Kita harus menemukan keseimbangan antara bekerja dan beristirahat. Ketika kita menyisihkan waktu untuk beristirahat, seperti yang Yesus lakukan (Mrk 6:31), maka kita harus memilih suatu kegiatan yang bisa mendewasakan iman kita. Pertanyaannya bukan “Bolehkah saya bermain video game?” tapi “Apakah bermain video game merupakan pilihan terbaik?” Akankah bermain video game mendewasakan iman, menunjukkan kasih kepada sesama, dan memuliakan Allah?
Kita seharusnya mengejar kegiatan yang terpuji, bukan yang sekedar diperbolehkan. Namun, Allah akan memimpin Saudara, dengan penuh gairah, supaya mau mengutamakan-Nya di atas segalanya. Bersiaplah untuk kekekalan. Setiap pengorbanan dan penderitaan kita saat ini tidak dapat dibandingkan dengan sukacita kita kelak ketika bertemu langsung dengan Tuhan Yesus. (gotquestions)x